Mohon tunggu...
Naomi Retno Ramasari
Naomi Retno Ramasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa jurusan Ilmu Hubungan Internasional di UPN Veteran Yogyakarta

Saya menghabiskan waktu luang saya dengan bernyanyi, membuat sajak dan juga menonton podcast favorit saya di Youtube. Saya juga senang mmebaca buku terutama buku sejarah tentang kerajaan-kerajaan yang ada di Indonesia zaman dahulu, karena saya merasa sebagai rakyat bangsa ini kita harus selalu mengingat dan menghargai jasa leluhur kita.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diplomasi Digital: Strategi Mempengaruhi dan Pencitraan Cina Selama Pandemi COVID-19

25 Mei 2024   01:08 Diperbarui: 25 Mei 2024   01:16 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diplomasi digital adalah perkembangan dari diplomasi publik. Diplomasi digital mengarah pada penggunaan media sosial dan teknologi informasi untuk melalukan diplomasi, pembuatan kebijakan luar negeri maupun masalah dalam kebijakan luar negeri.

Diplomasi digital adalah diplomasi yang melibatkan teknologi digital dan sosial media seperti twitter, facebook dan Instagram. Diplomasi ini berkaitan dengan aktivitas diplomasi dan negosiasi.

Diplomasi digital tentunya dapat mempengaruhi cara pandang dan pendapat masyarakat. Masyarakat mudah terpengaruh dengan tren dan tanggapan orang lain.

Diplomasi digital digunakan negara untuk mengemukakan tujuan kebijakan luar negerinya dan mengoordinasikan upaya mereka untuk mempengaruhi keputusan dan perilaku pemerintah. Selain itu, diplomasi digital juga digunakan oleh negara untuk mengamankan kepentingan tertentu dan menjaga perdamaian serta menjaga niat kerjasama yang baik dengan negara lain.

Pandemi Covid-19 telah mengubah cara berinteraksi dan berkomunikasi antarnegara. Dalam hal ini, saya akan menjelaskan mengenai peran diplomasi digital menjadi strategi penting bagi negara untuk meningkatkan

Dalam konteks tersebut, Cina dapat menjadi salah satu contoh negara yang telah aktif menggunakan diplomasi digital guna memperbaiki citra negara dan menghadapi tuduhan negara bahwa Cina adalah penyebab terjadinya COVID-19. Cina menggunakan Twitter untuk berkomunikasi dengan masyarakat internasional.

Pandemi   Covid-19   membuat   Cina   mengalami   krisis   karena menghadapi  kritik dunia tentang  Cina  yang  menjadi  sumber wabah dan sengaja  menutupi  kebenaran  tentang  COVID-19.  Cina  kemudian berusaha  aktif dalam  penolakan  setiap  kritik  tentang negaranya.

Cina menggunakan Twitter untuk menjawab tuduhan yang dianggap tidak benar. Penggunaan Twitter oleh Cina dalam diplomasi digital ini menunjukkan bagaimana negara tersebut berusaha untuk meningkatkan transparansi dan interaksi dengan masyarakat internasional.

Dalam suatu kesempatan, juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina bicara tentang dibutuhkannya perlakuan yang sama akan tuntutan transparansi dan investigasi terkait wabah terhadap AS. Cuitan tersebut disukai lebih dari tiga ribu kali dan dicuit ulang sebanyak 769 kali, menunjukkan bagaimana diplomasi digital membantu meningkatkan kesadaran global dan mempengaruhi pendapat masyarakat.

Diplomasi digital Cina selama pandemi COVID-19 menunjukkan bagaimana negara tersebut menggunakan Twitter untuk meningkatkan citra sebagai aktor yang bertanggung jawab secara internasional. Mereka menggunakan akun Twitter @MFA_China untuk memperbaharui informasi terkait diplomasi Cina, termasuk kebijakan terkait isu politik, sosial, budaya, dan pandemi.

Dalam akun tersebut, pemerintah Cina berusaha menampilkan citra sebagai negara yang terbuka dan berbagi informasi pandemi, serta menampilkan solidaritas global dan upaya kolektif dalam menghadapi pandemi. Strategi diplomasi digital Cina ini menunjukkan bagaimana negara dapat menggunakan teknologi digital untuk meningkatkan efisiensi pelayanan dan meningkatkan kesadaran global tentang kepentingan nasional.

Cina memiliki beberapa alasan mengapa mereka memutuskan untuk menggunakan Twitter sebagai media diplomasi digital. Salah satunya yaitu karena Twitter menjajikan kemampuan jangkauan yang baik, dengan adanya hashtag yang memungkinkan Cina mendapatkan perhatian internasional atau basis pengguna twitter dengan cepat dan efektif.

Alasan kedua yaitu karena Twitter memungkinkan Cina untuk mengukur dan menyaring opini publik internasional. Twitter digunakan oleh diplomat Cina untuk mengukur dan memantau opini publik asing.

Untuk   penggunaan  Twitter   secara   resmi   dari   China   ada kemungkinan  bahwa  anggota  inti  dalam  lingkaran  pembuatan kebijakan  di  China  dapat  mengetahui  dampak  yang dapat ditimbulkan dari  platform  tersebut  dalam  hal  diplomasi  publik  dan menolak anggapan China sebagai kritik yang tidak beralasan.

Penggunaan Twitter memiliki manfaat yang besar bagi Cina. Dengan adanya “Twiplomacy”  warga  negara  termotivasi  untuk  aktif terlibat dalam  debat  mengenai  kebijakan  luar  negeri  dan  berpartisipasi  dalam  proses pengambilan keputusan.

Jika warga negara merasa tidak puas dengan kebijakan saat ini  ataupun  kebijakan  baru  pemerintah,  mereka  dapat  langsung mengirim tweet   kepada   kepala   negara   atau   perwakilan   pemerintah   sehingga percakapan  dapat  terjadi.  Twitter  juga  dapat digunakan untuk  merespons masalah  yang  sedang  terjadi  dan  memberikan  dukungan  kepada  warga  yang membutuhkan bantuan.

Adanya pandemi COVID-19 menyebabkan beberapa negara memiliki pandangan negatif terhadap Cina. Adanya tuduhan terhadap Cina karena dianggap sebagai penyebab terjadinya pandemi tersebut membuat sekiranya 14 negara besar memilki pandangan negatif terhadap Cina.

Citra negara Cina memburuk karena berbagai alasan, contohnya yaitu karena Cina dianggap tidak dapat menangani pandemi COVID-19 dengan baik. Dari 14 negara maju yang di survei, 61% beranggapan Cina memiliki cara kerja yang buruk dalam menghadapi pandemi COVID-19.

Cina memperbaiki citranya dengan cara mempengaruhi masyarakat dengan membangun konten viral dan menarik, hal ini guna menarik audiens untuk kembali terhubung dengan mereka. Cina juga memanfaatkan pengaruh jaringan dengan negara lain, Cina   telah   menggandeng   media   pemerintah   dan   akun   resmi pemerintah  Rusia,  Venezuela  dan  Iran .

Untuk mengembalikan citra nya, Cina juga membuat teori konspirasi yang bertentangan, Cina menggunakan teori konspirasi tentang asal wabah virus corona yang berasal dari Amerika Serikat melalui juru bicaraya yaitu Zhao Lijian. China telah mengerahkan akun diplomatik dan media yang didukung negara untuk membantu meningkatkan teori-teori ini. 

Ada  kesamaan metode  manipulasi  informasi  China  dan pendekatan Rusia yaitu menggunakan saluran resmi untuk mempromosikan teori konspirasi, memperkuat situs web pinggiran, meragukan laporan resmi tentang peristiwa yang dipolitisasi, sebagian untuk menyoroti  kelemahan  politik  barat  dan menyebarkan "whataboutisme" untuk melawan kritik atas tindakan negaranya sendiri dan membingkai  dirinya  sebagai korban propaganda barat.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah diplomasi digital dan sarananya seperti platform media sosial Twitter dapat membawa dampak yang baik guna meluruskan masalah yang terjadi pada Cina. Dengan adanya strategi untuk mempengaruhi dan pencitraan, dapat membuahkan hasil yang baik bagi citra Cina.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun