Diplomasi digital adalah perkembangan dari diplomasi publik. Diplomasi digital mengarah pada penggunaan media sosial dan teknologi informasi untuk melalukan diplomasi, pembuatan kebijakan luar negeri maupun masalah dalam kebijakan luar negeri.
Diplomasi digital adalah diplomasi yang melibatkan teknologi digital dan sosial media seperti twitter, facebook dan Instagram. Diplomasi ini berkaitan dengan aktivitas diplomasi dan negosiasi.
Diplomasi digital tentunya dapat mempengaruhi cara pandang dan pendapat masyarakat. Masyarakat mudah terpengaruh dengan tren dan tanggapan orang lain.
Diplomasi digital digunakan negara untuk mengemukakan tujuan kebijakan luar negerinya dan mengoordinasikan upaya mereka untuk mempengaruhi keputusan dan perilaku pemerintah. Selain itu, diplomasi digital juga digunakan oleh negara untuk mengamankan kepentingan tertentu dan menjaga perdamaian serta menjaga niat kerjasama yang baik dengan negara lain.
Pandemi Covid-19 telah mengubah cara berinteraksi dan berkomunikasi antarnegara. Dalam hal ini, saya akan menjelaskan mengenai peran diplomasi digital menjadi strategi penting bagi negara untuk meningkatkan
Dalam konteks tersebut, Cina dapat menjadi salah satu contoh negara yang telah aktif menggunakan diplomasi digital guna memperbaiki citra negara dan menghadapi tuduhan negara bahwa Cina adalah penyebab terjadinya COVID-19. Cina menggunakan Twitter untuk berkomunikasi dengan masyarakat internasional.
Pandemi Covid-19 membuat Cina mengalami krisis karena menghadapi kritik dunia tentang Cina yang menjadi sumber wabah dan sengaja menutupi kebenaran tentang COVID-19. Cina kemudian berusaha aktif dalam penolakan setiap kritik tentang negaranya.
Cina menggunakan Twitter untuk menjawab tuduhan yang dianggap tidak benar. Penggunaan Twitter oleh Cina dalam diplomasi digital ini menunjukkan bagaimana negara tersebut berusaha untuk meningkatkan transparansi dan interaksi dengan masyarakat internasional.
Dalam suatu kesempatan, juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina bicara tentang dibutuhkannya perlakuan yang sama akan tuntutan transparansi dan investigasi terkait wabah terhadap AS. Cuitan tersebut disukai lebih dari tiga ribu kali dan dicuit ulang sebanyak 769 kali, menunjukkan bagaimana diplomasi digital membantu meningkatkan kesadaran global dan mempengaruhi pendapat masyarakat.
Diplomasi digital Cina selama pandemi COVID-19 menunjukkan bagaimana negara tersebut menggunakan Twitter untuk meningkatkan citra sebagai aktor yang bertanggung jawab secara internasional. Mereka menggunakan akun Twitter @MFA_China untuk memperbaharui informasi terkait diplomasi Cina, termasuk kebijakan terkait isu politik, sosial, budaya, dan pandemi.
Dalam akun tersebut, pemerintah Cina berusaha menampilkan citra sebagai negara yang terbuka dan berbagi informasi pandemi, serta menampilkan solidaritas global dan upaya kolektif dalam menghadapi pandemi. Strategi diplomasi digital Cina ini menunjukkan bagaimana negara dapat menggunakan teknologi digital untuk meningkatkan efisiensi pelayanan dan meningkatkan kesadaran global tentang kepentingan nasional.
Cina memiliki beberapa alasan mengapa mereka memutuskan untuk menggunakan Twitter sebagai media diplomasi digital. Salah satunya yaitu karena Twitter menjajikan kemampuan jangkauan yang baik, dengan adanya hashtag yang memungkinkan Cina mendapatkan perhatian internasional atau basis pengguna twitter dengan cepat dan efektif.
Alasan kedua yaitu karena Twitter memungkinkan Cina untuk mengukur dan menyaring opini publik internasional. Twitter digunakan oleh diplomat Cina untuk mengukur dan memantau opini publik asing.
Untuk penggunaan Twitter secara resmi dari China ada kemungkinan bahwa anggota inti dalam lingkaran pembuatan kebijakan di China dapat mengetahui dampak yang dapat ditimbulkan dari platform tersebut dalam hal diplomasi publik dan menolak anggapan China sebagai kritik yang tidak beralasan.
Penggunaan Twitter memiliki manfaat yang besar bagi Cina. Dengan adanya “Twiplomacy” warga negara termotivasi untuk aktif terlibat dalam debat mengenai kebijakan luar negeri dan berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan.
Jika warga negara merasa tidak puas dengan kebijakan saat ini ataupun kebijakan baru pemerintah, mereka dapat langsung mengirim tweet kepada kepala negara atau perwakilan pemerintah sehingga percakapan dapat terjadi. Twitter juga dapat digunakan untuk merespons masalah yang sedang terjadi dan memberikan dukungan kepada warga yang membutuhkan bantuan.
Adanya pandemi COVID-19 menyebabkan beberapa negara memiliki pandangan negatif terhadap Cina. Adanya tuduhan terhadap Cina karena dianggap sebagai penyebab terjadinya pandemi tersebut membuat sekiranya 14 negara besar memilki pandangan negatif terhadap Cina.
Citra negara Cina memburuk karena berbagai alasan, contohnya yaitu karena Cina dianggap tidak dapat menangani pandemi COVID-19 dengan baik. Dari 14 negara maju yang di survei, 61% beranggapan Cina memiliki cara kerja yang buruk dalam menghadapi pandemi COVID-19.
Cina memperbaiki citranya dengan cara mempengaruhi masyarakat dengan membangun konten viral dan menarik, hal ini guna menarik audiens untuk kembali terhubung dengan mereka. Cina juga memanfaatkan pengaruh jaringan dengan negara lain, Cina telah menggandeng media pemerintah dan akun resmi pemerintah Rusia, Venezuela dan Iran .
Untuk mengembalikan citra nya, Cina juga membuat teori konspirasi yang bertentangan, Cina menggunakan teori konspirasi tentang asal wabah virus corona yang berasal dari Amerika Serikat melalui juru bicaraya yaitu Zhao Lijian. China telah mengerahkan akun diplomatik dan media yang didukung negara untuk membantu meningkatkan teori-teori ini.
Ada kesamaan metode manipulasi informasi China dan pendekatan Rusia yaitu menggunakan saluran resmi untuk mempromosikan teori konspirasi, memperkuat situs web pinggiran, meragukan laporan resmi tentang peristiwa yang dipolitisasi, sebagian untuk menyoroti kelemahan politik barat dan menyebarkan "whataboutisme" untuk melawan kritik atas tindakan negaranya sendiri dan membingkai dirinya sebagai korban propaganda barat.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah diplomasi digital dan sarananya seperti platform media sosial Twitter dapat membawa dampak yang baik guna meluruskan masalah yang terjadi pada Cina. Dengan adanya strategi untuk mempengaruhi dan pencitraan, dapat membuahkan hasil yang baik bagi citra Cina.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H