Mohon tunggu...
Nanti Ujarwati
Nanti Ujarwati Mohon Tunggu... Lainnya - Bunda

Penyuluh Kehutanan di UPTD KPH Pesawaran Dinas Provinsi Lampung

Selanjutnya

Tutup

Nature

Kembali ke Alam: Antara Brotowali, Kesehatan dan Covid-19

11 Agustus 2021   10:49 Diperbarui: 11 Agustus 2021   13:47 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Brotowali yang disebut juga cintawali oleh suku Dayak Bahau di Kalimantan Timur adalah tanaman merambat yang banyak ditemui di hutan-hutan tropis di Indonesia. 

Namun saat ini brotowali sudah banyak dibudidaya oleh masyarakat untuk keperluan pengobatan secara tradisional. Olahan brotowali berupa ekstrak atau air rebusan maupun batang yang sudah dikeringkan disedia oleh penjual jamu tradisional. Pemanfaatan brotowali untuk pengobatan merupakan salah satu kearifan budaya lokal beberapa suku masyarakat di Indonesia.

A. Pengenalan Tanaman Brotowali

Brotowali merupakan tumbuhan menjalar yang memiliki daun berbentuk hati atau jantung berwarna hijau cerah dengan permukaan mengkilat. Tangkai daun brotowali berbentuk bulat dengan panjang rata-rata 10 cm dan berwarna kuning kehijuan.

Batang brotowali dapat mencapai ukuran sebesar ibu jari tangan orang dewasa tetapi rata-rata sebesar jari telunjuk, berwarna hijau terang pada saat muda dan berubah menjadi hijau gelap atau keabu- abuan bahkan kehitaman saat sudah tua.

Batang brotowali banyak memiliki tonjolan-tonjolan kecil yang menyerupai duri tetapi lunak (duri semu) yang awalnya merupakan tempat menempelnya  tangkai daun pada batang, selanjutnya ketika  daun sudah gugur menimbulkan bentuk duri semu tersebut. Akar brotowali adalah akar serabut.

Perbanyakan tanaman brotowali dapat dilakukan dengan mudah menggunakan stek. Tanaman ini cenderung mudah tumbuh dengan subur di daerah yang lembab. Untuk pertumbuhannya tanaman brotowali perlu sedikit naungan (sekitar 30 % - 40 %) dan membutuhkan batang/benda untuk memanjat. Getah tanaman brotowali berwarna bening dan berasa pahit. Makin tua batang brotowali maka getahnya makin terasa pahit.

Klasifikasi tanaman brotowali adalah :

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Ranunculales

Famili : Menispermaceae

Genus : Tinospora

Spesies : Tinospora Crispa L.

B. Manfaat Brotowali

Senyawa kimia yang terkandung pada tumbuhan brotowali menurut Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Balingkangkes RI, yaitu Zat kolombin yang menimbulkan rasa pait, Alkaloid, Glikosida, Terpenoid dan Lignin steroid. 

Sebuah artikel yang berjudul "12 Manfaat Daun Brotowali Untuk Kesehatan, Bisa Mencegah Kanker" yang diterbitkan oleh majalah pada bulan Februari 2020 juga menyatakan bahwa brotowali mengandung zat flavonoid yang sangat bermafaat untuk kesehatan.

Beberapa Jenis Penyakit dan gejala sakit yang dapat dikendalikan dan diobati dengan menggunakan brotowali :

* Pengobatan menggunakan air rebusan brotowali

Batang brotowali berukuran 30 Cm yang direbus sampai air rebusannya berwarna kekuningan kemudian diminum setelah airnya dingin telah diyakini dan digunakan oleh masyarakt tertentu untuk mengobati dan mencegah penyakit seperti malaria, demam, diabetes dan corona virus 2019 (Covid 19) yang kini tengah menjadi pandemi. 

Dengan meminum rebusan brotowali diyakini dapat meningkatkan imunitas tubuh sekaligus mencegah intrusi virus covid 19 ke dalam sel tubuh sehingga mampu mencegah dan mengendalikan infeksi virus tersebut.

Meminum rebusan air brotowali secara berkala juga diyakini oleh sebagian masyarakat di pedalaman wilayah Kalimantan Timur dapat mencegah infeksi cacing di dalam pencernaan tubuh manusia.

Dosis yang dianjurkan dalam mengkonsumsi air rebusan brotowali adalah 150 cc dalam 1 minggu untuk tujuan pencegahan. Sedangkan untuk pengobatan adalah setiap hari mengkonsumsi sebanyak 150 cc selama satu minggu, setelah itu harus diistirahatkan minimal selama 1 minggu.

Catatan :

Pada tahun 1999 beberapa anggota masyarakat Dayak Bahau di Desa Memahak Teboq banyak menggunakan brotowali (cintawali) untuk pengobatan dengan dosis 1 lingkaran kepala (batang brotowali dilingkarkan dikepala kemudian dipotong) ukuran tersebut digunakan untuk anak-anak. Sedangkan dosis untuk orang dewasa adalah satu lingkar perut.

* Pengobatan menggunakan batang dan daun yang dihaluskan

Batang dan daun brotowali yang dihaluskan juga dapat mengobati penyakit kudis dan cacar dengan cara membalurkan batang dan daun yang telah dihaluskan tersebut secara rutin dan membiarkannya sampai mongering sebanyak 2 sampai 3 kali dalam sehari pada permukaan kulit tubuh yang terkena cacar atau kudis.

C. Cara Pengawetan Brotowali

Pengawetan batang brotowali agar tidak mudah rusak saat disimpan dapat dilakukan dengan cara mencuci batang brotowali, kemudian mengiris tipis batang brotowali selanjutnya  menjemur irisan batang tersebut dibawah terik matahari sampai mongering. Biasanya diperlukan waktu 2 -- 3hari untuk mengeringkan batang brotowali. Jika irisan batang sudah kering dapat disimpan dikemas di dalam kantong plastic atau toples yang ditutup rapat kemudian disimpan di tempat yang kering.

Keringan batang brotowali dapat digunakan dengan cara direbus atau diseduh seperti menyeduh teh, namun akan lebih efektif hasilnya jika direbus.

D. Efek Negatif Brotowali

Menurut hasil penelitian beberapa ahli,  akar brotowali sebaiknya tidak digunakan karena bagian tersebut mengandung senyawa berberin yang memiliki efek samping seperti sesak napas, lesu, mimisan, iritasi pada kulit, diare, muntah dan bisa juga menyebabkan keracunan.

Konsumsi air rebusan atau ekstrak brotowali tidak boleh dilakukan secara terus menerus karena diduga dapat mengakibatkan kerusakan pada hati dan dapat mengakibatkan penurunan Hemoglobin (Hb) dalam darah.

*Dari Berbagai sumber

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun