Cashless dan pembayaran digital adalah tren baru di masyarakat. Perpindahan dana dan perputaran ekonomi di masyarakat kini semakin mudah. Satu QRIS bisa semua. Mengapa demikian?
Gawai atau Handphone (HP) adalah istri kedua. Rasanya tidak berlebihan. Apapun dan dimanapun batang kotak ini selalu dibawa. Bahkan,bangun tidur, HP adalah perangkat pertama yang dicari. Minimal melihat jam atau mematikan alarm.
 Fungsi HP memang membantu dan memudahkan semua. Terkadang HP memiliki keterbatasan memori penyimpanan, apalagi kalau harus mengintal banyak aplikasi. Hal ini dikarenakan tidak ada aplikasi yang bisa merangkum semua. Akan bayar ini harus instal aplikasi. Akan nonton itu harus instal pula aplikasi.
Oleh karena itu, QRIS Hadir. QRIS (QR Code Indonesian Standard) adalah standard QR yang dikeluarkan Bank Indonesia dan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) sebagai kemudahan pembayaran digital baikpemilik usaha maupun konsumen. Sudah teritegrasi dengan aplikasi mobile banking atau mobile payment. QRIS bisa digunakan Bank Mandiri, BRI, BCA, BSI, CIMB, BPD dan bank lainya. Juga Gopay, Ovo, Dana, Link Aja, Shopee dan lainnya (1)
 QRIS tidak perlu di unduh. QRIS bisa digunakan untuk semua dan ada di semua aplikasi pembayaran. Baik E-Wallet maupun m-banking. Cukup scan, klik dan bayar deh. Aku dan teman-teman merasakan benar manfaatnya sendiri.
Awal Bulan September lalu, ketika mendatangi Kayoetangan Heritage sebuah wisata baru di tengah kota Malang. Mirip seperti Malioboro di Jogja.
Ada sekelompok pemuda yang lihai memainkan alat musik modern dan tradisional angklung. Membuat perpaduan mesra ditelinga. Dag dig dug suaranya membuat kaki ini tidak terasa ikut menghentak dan bergoyang sembari jari bertepuk dan bibir menganga menyaut lanjutan lirik yang didendangkan.Â
Selepasnya, terdengar suara salah satu vokalis menyampaikan bahwa penonton bisa membantu berdonasi lewat pembayaran digital. Cukup scan QR di samping sound system.Â
Kaki ini pun melangkah kesana, merogoh HP di saku dan membuka aplikasi merah. Donasi sudah terbayar.
"Akhirnya ke sini juga,"sapa Yuga mengagetkan. Dia teman sekelas waktu kuliah dulu. Dia bekerja di perusahaan pertanian dan hobi fotografer. Makanya setiap ada tempat yang viral atau unik dia  datang.
"Loh, umak ta? (umak=Kamu, bahasa walikan lokal Malang). Sama siapa ?"tanyaku sembari mengulurkan tangan bersalaman.