Mohon tunggu...
Nisenonis
Nisenonis Mohon Tunggu... profesional -

Moms ; Fatiha, Fathan, Fara. medical doctor, Pecinta kuliner Nusatara, Peminum Air Putih, Book Lover, Traveller Adict, Jatuh Cinta dg segala hal berbau Indonesia !

Selanjutnya

Tutup

Drama Artikel Utama

Hanya Sebuah Cerita

23 April 2015   16:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:45 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia yang pertama.
Aku punya banyak alasan untuk mencintainya yang begitu sempurna. dan dia juga mencintai ku. kami menutup mata dan telinga untuk dapat menikmati kebersamaan dan bahagia atas nama cinta. Tapi nyatanya, cinta saja tak cukup. Kami memiliki orang tua yang mencintai kami lebih dari cinta yang kami miliki. Asa dan mimpi kami tak sama. dan itu cukup menjadi alasan untuk tidak bersama.

Benturan yang paling keras terasa dalam hidup ku adalah hubungan ku dengan Mama. Orang yang berjuang mempersembahkan hal terbaik untuk ku sepanjang hidupnya. dan saat aku ada pada titik paling bawah hidup ku, cuma mama orang yang mengulurkan tangannya untuk ku bangkit. dalam diam menahan marah dan kecewa, mama menerima ku dan Anak ku. dengan air matanya, mama meyakinkan aku bahwa hidup harus tetap berjalan. dan semua akan baik-baik aja.

Sejak itu, Aku bersumpah untuk melakukan apapun untuk Mama bahagia.

Aku meng-iya kan saran mama untuk aku menikah dengan putra dari sahabatnya. Aku melihat binar dimata mama saat bercerita tentang anak itu dan keluarganya. walau hati ku menolak, tak kuasa lisan ku mengatakannya. Semua orang mengatakan kami serasi. dilihat dari segi manapun. mereka bilang betapa beruntungnya aku bersandingnya dengannya yang gemilang. Walau yang terasa tidak demikian adanya. tapi tidak ada pilihan untuk anak durhaka seperti ku.
selain meng-amini opini itu "iya, dia suami terbaik dan papa yang baik untuk anak-anak (nya)". Bukan untuk anak ku ku.

Aku yang mau anak itu ada di dunia ini. Aku yang melahirkannya, Aku yang di Amanahkannya oleh Allah, aku juga yang berkeras mengasuh anak itu dari keluarga Ayah kandungnya, di tengah keterbatasan ku sebagai Sarjaa yang belum resmi menyandang gelar profesi waktu anak itu lahir. Aku dan anak ku berjuang bersama, tumbuh bersama, dari anak ku aku belajar menjadi manusia dewasa, menjadi Ibu. anak adalah segalanya buat ku. Anak ku adalah orang kedua yang harus juga ku bahagiakan selain Mama.

Tapi aku tetap percaya, restu mama adalah restu Allah. Aku memutuskan menelan bulat-bulan semua yang terjadi. tanpa pernah sepatahpun aku mengeluh. tidak pada dunia, apalagi sama Mama. berbeda dengan Mama yang begitu memuja dia dan keluarganya, tidak demikian dengan dia dan keluarganya. tak terhitung berapa kali mereka mencaci dengan kasar aku dan keluarga ku. kemiskinan kami, drajat sosial kami, dan segala keterbatasan kami adalah hal yang menyenangkan untuk terus dibicarakan tanpa akhir. dan aku ada pada posisi tak dapat membalasnya. Tiap kali marah, dia menjatuhkan talaq nya. dia mengusir ku. bahkan untuk masalah kecil. begitu terus. Aku tak tau betapa aku berharga dan aku tak tau rasanya diinginkan oleh laki-laki yang ku sebut suami. menulis adalah cara terbaik ku untuk mensugest diri dan terlihat baik-baik saja. juga cara terbaik tetap tersenyum menahan semua beban. Aku menurunkan semua standar hidup ku. Aku mematikan rasaku. Aku Aku rela menukar hati ku yang tercabik, harga diri ku terinjak dan luka-luka fisik ku. asalkan dia bisa memanusiakan Anak ku dan membahagiakan Mama. dia menerima syarat ku. asal aku juga bisa terlihat sakinah mawaddah warrahmah di hadapan publik. believe me, pura-pura bahagia itu sakit dan capek !

Tapi Aku hanyalah wanita akhir jaman yang tidak sempurna untuk patuh dengan sakit dan tanpa cinta. salahkan aku dengan ketidak sabaran ku untuk terus terus berdoa dan berharap mukjizat bahwa suatu hari dia dan keluarganya mau menerima Aku, Mama dan anak ku dengan baik. Semakin aku belajar untuk mencintainya, semakin sakit yang aku rasa. semakin keras ku melawan rasa ingin pergi semakin perih menghujam sanubari. ah...

Awalnya, Aku mentolerir diri untuk membuka diri dengan lawan jenis yang berpikir tentang aku dengan seribu perkiraan dalam pikirannya. Aku menjawab manis rasa penasaran mereka, tanpa aku memberi jawaban yang sebenarnya. kepastian? TIDAK PERNAH. Aku hanya mencari senang. Karena faktanya, nalar ku tak pernah mengijinkan ku bersikap lebih. Aku tau, aku mencari masalah. dia mulai merasakan perubahan ku. Katanya, dia mau aku yang dulu. aku yang sholeha dan manut sebagai istri dari pria jawa (tanpa dia memberi hal yang sama???).
Belum lagi saat dia mengadu sama mama tentang apa yang dia pikirkan. Mama ada dipihaknya. Katanya, aku terlalu sibuk bekerja, aku lebih banyak menghabiskan waktu diluar (aku memang ga lagi betah dirumah), aku boros, aku yang sibuk dengan hp ku, aku yang enggak nurut......
dan efeknya, mama ku sedih. Apa lagi yang kamu cari, Nisa ? kamu tidak tahu diri. mama malu. katanya dalam tangis perih suatu hari. dalam hati, Nis bilang. Maaf, mama. "Nisa tau nisa salah. tapi nisa enggak mau begini terus". Belum lagi saat aku tau, laki-laki diluaran itu tidak serius. mereka rata-rata sama seperti ku. mencari senang untuk melarikan masalah mereka. Aku yang tak pernah memakai hati dan mendewakan logika, begitu gampang berubah. bosan alasan ku. padahal sebenarnya, Aku tidak mendapatkan rasa aman dan nyaman untuk aku betul-betul siap berpisah dari dia. walau aku tidak bahagia.

"Dia psikopat, tapi kamu lebih parah dari dia. karena kamu menikmati semua sikapnya" kata seorang pria yang serius dengan ku.
Aku terus merenungi kata-kata itu. ada beberapa pria yang katanya mencintai ku, bersedia menerima ku apa adanya, memberi ku perhatian, memuja ku, memperjuangkan aku dll. tapi hati ku dingin. sedingin aku memberi tanggapan pada mereka. "just take ur time. I will be waiting for u" kata pria yang lain saat aku memutuskan menjaga jarak pertemanan kami.

Sampai suatu hari, Aku bertemu kamu di pesawat dalam perjalanan dinas ku dari Yogya ke Jakarta. Hati ku bersedir saat pertama kali melihat mu berjalan cepat di lorong pesawat, dan rasanya lega luar biasa saat kamu duduk di sederet bangku yang sama yang aku tempati. aku menyibukan diri dengan buku yang ku baca, tapi nyatanya, Aku menikmati kata demi kata yang keluar dari mu. Aku tak kuasa menahan diri untuk meredam rasa ingin tau ku tentang kamu. sesekali aku bertanya. dan kamu menjawabnya dengan baik. Aku kecewa saat kamu memejamkan mata. menyudahi pembicaraan. dan aku tak bisa memaksa kamu untuk terus bicara. Aku malu sama temen ku :)

Saat aku berjalan di sisi mu, aku bisa mencium harum tubuh mu. dan aku suka. ah, rasanya aku suka semua tentang kamu saat itu. rasanya, enggak rela klo harus berpisah begitu aja disitu. entah gugup atau sibuk mencari cara bagaimana caranya bisa mendapat kontak pribadi mu, Aku melakukan suatu hal konyol. yang membuat kita terpingkal. dimoment itu, enggak tau kenapa aku yakin, aku bisa bahagia sama kamu. sampai detik ini, klo inget itu, aku masih bisa tertawa lebar sendiri. Terimakasih, kamu enggak sampai hati menolak permohonan ku untuk menyimpan kontak pribadi mu. klo di moment itu sedikit aja kamu meninggikan ego mu, mau ditaro dimana coba muka ini, huhuhu...

Aku tak sabar memulai percakapan dengan mu lagi. aku mewartakan bus yang ku tumpangi yang nyaris menabrak mobil yang seenaknya pidah jalur. tapi tidak ada tanggapan. sesampainya dirumah, aku senang waktu mengecek hp dan ada balasan dari kamu. sejak saat itu, hobi ku bertambah. yaitu seneng ngecek HP :)

"Dok, kayaknya mas suka deh" kata Vita besoknya
"kenapa emang?" tanya ku
"dia tanya-tanya kamu terus" jelas vita
"enggak ah..."sangkal ku. tapi dalam hati...is true? is he ask about me? *senang*

Aku percaya rumus fisika yang ku pelajari setengah mati itu bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Newton salah satunya. dan apa yang Vita bilang benar. Kamu bertanya tentang usia anak ku. sekian detik, aku bingung harus jawab apa. anak ku tiga. anak yang mana yang kamu tanya kan usianya? bukan bermaksud menutupi. tapi aku enggak nyaman bicara hal pribadi di awal perkenalan. dan sepertinya kamu pahami itu. di waktu yang sama, kamu memperkenalkan diri mu dan bercerita tentang keluarga mu. Aku menikmati pertemuan kita. dan pertemuan-pertemuan dengan mu selanjutnya selalu menjadi momen manis yang aku tunggu.

Kamu membalas kejujuran ku dengan membuka diri. aku tidak merasa disembunyikan. Kamu tidak malu memperkenalkan ku dengan Ibu mu. dan aku takut. aku takut terlena dengan kenyamanan ini. aku takut terjebak dengan sesuatu yang enggak jelas. Aku istri orang dan aku cinta sama kamu. masalahnya, aku enggak tau, kamu merasakan hal yang sama atau enggak. dan aku rindu kamu saat kita jauh. batin ku berontak satu hari aja enggak tau kabar mu. hidung ku rindu harum tubuh mu, mata ku ingin dimanja dengan semua yang ku suka dari mu, telinga ku mencari suara merdu mu. Godnees, what wrong with me ?

Tapi kamu dingin *KARMA* kamu terlalu acuh...
Aku menyalahkan newton, mengutuk diri yang terlalu berbesar rasa dan berharap :(
Di usia ku, rasanya bukan waktunya lagi mencintai diam-diam. emansipasi :) Aku memutuskan untuk memberi tahu kamu tentang apa yang aku rasa. terserah apapun reaksi kamu. yang penting aku udah usaha. dan ingat, hasil tidak pernah mengkhianati usaha !

Kamu tetap dingin. tetap acuh.
Tapi kamu tak henti menelpon ku, tak henti mengirimku pesan secara berkala.
Dalam galau ku menterjemahkan sikap mu. Aku tau diri, aku ibu dengan tiga anak yang punya riwayat gagal berulang kali. aku tau, aku tak layak buat kamu yang sempurna.
Tapi aku terpesona...
"Allah, Engkau maha membolak balikan hati manusia. Kalau lelaki ini yang terbaik untuk ku, anak-anak ku, Mama ku, dunia ku, akhirat ku...maka satukan kami. bagaimanapun cara nya. kalau bukan, hapus rasa dihati ini. aku tersiksa. aku harus fokus dengan anak-anak dan perceraian ku"

Tak ada yang lebih membahagiakan dalam sejarah aku dan kamu, selain saat kamu memberi jawaban sesuai dengan apa yang ku harapkan. Kamu memiliki rasa yang sama, kamu menerima aku dengan keluarga dan hidup ku, kamu mau beradabtasi dengan anak-anak ku, mau mengerti kerasnya hati ku, tinggi nya ego ku dan bersedia memperjuangkan aku dan anak-anak :)

Kalau selalu ada pelangi indah setelah badai, itulah kamu, mas. Hey, Malaikat...kenapa kamu harus naik pesawat ? kemana sayap mu? tapi kalau kamu memakai sayap mu untuk terbang, kita enggak akan pernah ketemu ya :)

Allah menjawab doa-doa ku (mungkin juga doa mu) dengan banyak kemudahan yang kita dapat. Banyak hal yang membuat ku yakin bisa jalan dan bahagia dengan mu, hati ku tidak lagi nakal (dia menolak berbagi batin saat aku berkomitmen dengan mu), saat emosi bertahtah diantara kita, kita (sepertinya) sama2 tau kalau kita sebenernya slaing membutuhkan, Ibu mu memberi restu, Mama ku yang tidak pernah setuju aku berpisah dengan yang lalu dan karena itu selalu menolak semua pilihan laki-laki yang ku perkenalkan. saat pertama kali ketemu Mas, mama menerima dan mengaku jatuh hati sama mas, anak-anak ku dekat dengan mu. Mereka mngaku sayang dan kangen sama kamu. dan banyak hal yang lainnya.

Mas, hal diatas itu + bismillah, nis rasa cukup untuk kita bisa jalani hidup ini bersama. Aku tak takut mengawali semuanya dari awal. asal bersama kamu. kita dengan gelar, kemampuan, usaha yang kita miliki, kebaikan Allah, segala kekuarangan dan kelebihan kita...aku percaya kita bisa menghadapi hidup, saling melengkapi dan membangun mimpi-mimpi kita menjadi nyata.

Hanya orang gila dan orang mati yang tidak pernah berubah. dan kalaupun kamu da aku harus berubah, semoga perubahan itu kearah yang lebih baik. Bicarakan apapun yang kita rasa, jangan pernah sungkan mengungkapkan yang diinginkan, pertengkaran kita adalah proses saling mengenal dan beradabtasi. aku dan anak-anak cuma mau kamu, mas.

Terimakasih sudah hadir dalam kehidupan kami yang berat, mas. terimakasih sudah bersedia menerima kami. Kamu berarti banyak arti buat kami. semoga asa, cita dan mimpi kita sama dan bisa bersatu...

Thanks for Everything mas :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun