Mohon tunggu...
NANING Biyati
NANING Biyati Mohon Tunggu... Guru - guru

Humanis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kurikulum Merdeka: Manajemen Diri dengan Puisi

4 Juli 2024   13:27 Diperbarui: 4 Juli 2024   13:32 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kurikulum Merdeka:  Manajemen Diri dengan Puisi


Oleh Naning Sulbiyati

            Urgensi kompetensi manajemen diri bagi murid diera kurikulum merdeka pada jenjang SMA menjadi sebuah kebutuhan. Sebab kesejahteraan psikologis (well-being) akan menciptakan suasana yang aman dan nyaman dalam pembelajaran, sehingga murid dapat belajar dengan senang dan bahagia. Suasana terbaik untuk anak menjadi pertimbangan utama.

Dalam konteks Kurikulum Merdeka  yang memiliki tujuan untuk menghasilkan generasi yang unggul dan berdaya saing global, integrasi pembelajaran sosial-emosional menjadi sangat penting. Ini tidak hanya membantu siswa dalam pengembangan karakter dan kepribadian, tetapi juga mempersiapkan siswa untuk menjadi individu yang berkontribusi positif dalam masyarakat dan berinteraksi secara harmonis dalam lingkungan global yang semakin kompleks.

Manajemen diri  merupakan bagian integral dari Kurikulum Merdeka, yang menekankan pentingnya pengembangan keterampilan sosial, emosional, dan psikologis siswa sebagai bagian dari pendidikan holistik. Pembelajaran yang mengintergrasikan Kompetensi Sosial Emosional  membantu siswa membangun keterampilan dalam berkomunikasi dengan lingkungan sekitar, berkolaborasi dengan teman, bekerja dalam tim, dan membangun hubungan yang sehat dengan orang lain. Ini mendukung kemampuan siswa untuk membangun kerja sama secara efektif dalam lingkungan yang beragam dan global.

Dengan manajemen diri dan pengelolaan emosi dengan baik, siswa dapat menghindari perilaku negatif seperti bullying atau intimidasi, kekerasan, atau penggunaan narkoba. Siswa juga lebih cenderung memilih untuk mengambil keputusan yang lebih baik secara sosial dan moral. Integrasi manjemen diri membantu siswa mengembangkan nilai-nilai, etika, norma, dan karakter yang kuat.

Siswa belajar menghargai kejujuran, empati, tanggung jawab, dan integritas, yang merupakan dasar penting dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, kompetensi manajemen diri dan kesejahteraan psikologis wajib diimplementasikan dalam segala aspek pembelajaran, salah satunya melalui pembelajaran menulis puisi. Puisi, dengan kekuatannya dalam menggugah emosi dan menyampaikan makna, dapat menjadi alat yang sakti untuk pengelolaan emosi (emotional management) dan pengembangan diri (self-development). Melalui pembelajaran puisi, setiap siswa dapat menjelajahi dan melakukan perjalanan dalam dunia emosi mereka, meningkatkan kesadaran diri, dan mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk mengelola emosi secara efektif.

            Di tengah maraknya pembahasan tentang manajemen diri, maka pembelajaran menulis puisi hadir dengan membawa angin segar sebagai media untuk melatih pengelolaan emosi. Karena melalui pembelajaran menulis puisi tersebut, murid dapat memahami, menghayati, dan  mengelola emosi. Selain itu menulis puisi dapat menjadi alternatif terapi bagi murid yang memiliki masalah. Selama perjalanan mencari jati diri pada usia remaja jenjang SMA, tentu saja banyak kegelisahan yang terjadi karena beragam hal yang diinginkan tidak dapat terpenuhi semuanya.

            Remaja sangat senang bereksperimen, bereksplorasi dan memiliki banyak fantasi serta impian. Dengan berbagai dinamika kehidupan remaja tersebut,  maka puisi bisa membantu murid  dalam mengekspresikan emosi dan perasaan yang memenuhi jiwanya. Terutama bagi murid yang sulit mengungkapkan suasana hatinya dengan kata-kata. Menulis puisi juga memungkinkan murid untuk membuat analisis masalah atau peristiwa yang dialami, kemudian memproses pengalaman batinnya untuk  meningkatkan eksistensi dan keyakinan diri. Sehingga pembelajaran menulis puisi mampu membantu murid mengelola emosi untuk mengatasi stres dan kegalauan.

            Kepekaan dan daya empati murid juga terasah jika mereka dapat merasakan dan memahami perspektif orang lain dalam berbagai peristiwa yang menjadi objek penulisan puisi. Daya empati inilah yang dapat menuntun murid dalam mencari makna dan tujuan hidup mereka.  

            Memanfaatkan puisi sebagai sarana pembelajaran tidak hanya memperkaya pengetahuan dan wawasan tentang sastra, tetapi juga membuka peluang untuk menanamkan nilai-nilai manajemen diri (self-management) pada siswa. Adapun strategi pembelajaran puisi sebagai sarana mengelola emosi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Misanya guru dapat memilih puisi yang tepat yang mengangkat tema-tema terkait manajemen diri, seperti pengendalian emosi, motivasi, ketahanan, dan optimisme. Guru harus menyesuaikan tingkat kesulitan puisi dengan usia dan kemampuan siswa serta mertimbangkan variasi genre dan gaya puisi untuk menarik minat dan memberikan pengalaman belajar yang lebih kaya.

Strategi kedua yakni mengajak siswa untuk menulis puisi sebagai sarana ekspresi diri. Pada tahap ini guru dapat mendorong siswa untuk menulis puisi mereka sendiri tentang emosi, pengalaman, dan refleksi diri. Guru cukup memberikan panduan dan contoh bagaimana menulis puisi yang efektif untuk mengekspresikan emosi. Kegiatan menulis puisi tersebut harus difasilitasi dengan ruang kelas yang nyaman dan suportif untuk siswa berekspresi, sehingga siswa dapat menggunakan puisi yang dibuat sebagai alat untuk membangun kepercayaan diri dan mendorong eksplorasi diri.

Jika memungkinkan, guru dapat mendesain pembelajaran kaya akan aktivitas nteraktif dan kreatif. Misalnya dengan mengadakan permainan peran atau drama berdasarkan puisi untuk membantu siswa memahami dan mengekspresikan emosi hingga mereka mampu menciptakan kolase atau karya seni visual yang terinspirasi oleh puisi dan tema manajemen diri. Siswa  dapat menggunakan musik atau gerakan untuk membangun suasana hati dan meningkatkan pemahaman puisi. Beberapa siswa dapat mendemonstrasikan puisi yang ditulis di depan kelas sebagai sarana menunjukkan eksistensi dan potensi dirinya.

Selama pembelajaran menulis puisi, guru selayaknya memberikan kebebasan dan kesempatan dalam mengekspresikan diri. Biarkan murid memilih tema yang disukai dan menyentuh perasaan, karena suasana batin tersebut akan memunculkan inspirasi dan interpretasi dalam proses kreatifnya. Kebebasan itu membantu murid dalam meningkatkan kemampuan berpikir dan mengungkapkan diri. Kemudian akan melahirkan  kreativitas dan kemampuan berpikir abstrak. Dalam pembelajaran tersebut guru dapat memposisikan diri sebagai fasilitator untuk pemilihan kata (diksi) yang tepat dan unsur kebahasaan lain seperti rima, irama, dan tipografi, serta dapat menjadi konsultan dalam hal kemampuan berbahasa dan keterampilan menulis.  

            Adapun ketercapaian kompetensi dalam pembelajaran menulis puisi jangan terlalu dipaksakan. Mengingat setiap anak memiliki bakat dan kemampuan yang berbeda-beda, ada yang pandai membaca puisi, memparafrasekan, bahkan mengonversi dalam bentuk drama. Maka kemampuan yang beragam tersebut dapat difasilitasi melalui pembelajaran berdiferensiasi, yaitu pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan belajar murid. Dampaknya, murid leluasa mengeksplorasi nilai-nilai dan keyakinan serta mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang diri mereka sendiri dan membuat perasaannya menjadi lebih baik. Dalam ilmu psikologi, hal ini disebut katarsis. Mengutip dari KBBI Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, katarsis adalah pelepasan emosi terpendam yang membawa penyegaran rohani atau kelegaan emosional setelah mengalami ketegangan dan pertikaian batin akibat suatu lakuan dramatis.

            Oleh karena itu pembelajaran puisi sangat efektif untuk mengembangkan kompetensi manajemen diri pada murid, sebab dengan menyalurkan emosi-emosi tersebut ke dalam kata-kata, secara tidak langsung mereka berusaha mengidentifikasi dan memahami emosi yang berkecamuk dalam dirinya. Sehingga membuat mereka mampu melihat masalah yang ada dengan lebih jernih dan dapat membantu jiwa dan mental murid menjadi lebih sehat. Hal tersebut selaras dengan tujuan kurikulum merdeka, kurikulum pendidikan baru Indonesia yang difokuskan pada pemberdayaan siswa untuk menjadi individu yang berwawasan luas yang tidak hanya kompeten secara akademis tetapi juga memiliki karakter yang kuat dan kemampuan untuk berkembang di dunia yang terus berubah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun