Bekal di Saku Kecil
Tuturmu yang akan menemaniku hingga aku menua
Nyatanya tutur kita tak selaras dengan kehendak-Nya
Ini bukan pilihanmu, inipun bukan pilihanku
Aku dan engkau terpisah oleh maut
Sejenak ku teringat bahkan daun kecil jatuh
Itu kehendak Tuhan
Hingga Lagu berjudul Bunda yang biasa ku nyanyikan diwaktu kecil
Terasa sangat berat untuk ku nyanyikan kembali
Gerakan jemari menggoreskan tinta air mata
Mengenangmu Ibu
Rasa mencengkam hingga sesak di dada
Namun rasa itu perlahan sirna, dengan rasa kerelaanku
Kau panjatkan doa untukku sepanjang hari
Hingga akhir hayatmu kau tak pernah berhenti mendoakanku
Tetesan air mata tiap sujudku
Tak mampu membalas doa yang yang kau panjatkan tiap kedipan matamu
Kecintaanmu padaku melebihi kecintaanmu pada dirimu
Langkah demi langkau kau tempuh untuk penghidupanku
Kasihmu tak pernah hilang walaupun kau telah tiada
Jika kau tahu Bu, goresan yang tulisan ini penuh air mata Bu
Teringat buih-buih cinta yang kau selipkan di dalam hidupku
Tertanam begitu besar arti cinta dalam hidupku
Kita sudah berbeda tapi keyakinanku tetap sama yaitu kau selalu menemani langkahku
Tiap jejak langkah yang aku pijakkan adalah tuaian dari doa yang tanamkan
Impian mu terhadapku satu-persatu akan terwujud
Benih bintang yang kau tanam pada ku kini mulai bersinar
Darahmu mengalir di darahku, hembusan nafas ini adalah pengorbananmu
Petuahmu yang selalu menancam di sanubariku
Mengutus akal ku selalu berpikir sabar
Air mata ku terus menetes
Tatkala ku ingat ujaran rendah orang pada kita
Terimakasih atas semua bekal yang kau selipkan di saku kecilku
Yang ku bawa untuk aku melajutkan hidupku tanpamu
Hanya doa yang kupintakan pada Sang Pencipta
Kau mendapatkan kasih dari-Nya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H