"Iya. Jawab saja begitu,"sahut neneknya,
"Tapi yang sopan menjawabnya. Begini lho, - Secara manusiawi, sebetulnya orang senang dan bersyukur kalau ada yang naksir kan? Itu bukti kita memiliki daya tarik kan? Tapi, sikap mereka membuat kita menanggapi orang yang naksir menjadi tigal hal. Pertama, senang dan bahagia jika saling suka. Kedua, jika kita tidak suka, setidaknya ia mau mengerti bahwa rasa cinta tidak dapat dipaksa dan tetap berteman adalah hal terbaik tanpa dendam dan marah. Ketiga, ada manusia tipe psikopat. Ada yang mengatakan sebagai manusia mereka produk gagal karena ketidakmampuan otaknya dalam mengelola emosi. Ada yang mengatakan ia lahir dari masa lalu kita untuk menuntaskan dendamnya pada masa lalu kepada kita."
"Yang pasti, mereka tidak bisa menerima penolakan. Ia akan terus berjuang dengan segala cara untuk menyakiti kita akibat penolakan tersebut. Caranya pun bermacam-macam, dari memfitnah, mengadu domba, menghasut, sampai membuat kita tidak bisa menikah selamanya. Mereka bisa saja akan selalu mengganggu aktivitas kita yang berkaitan dengan pencarian jodoh, dari memblokir email sampai media sosial, bahkan memasang CCTV tersembunyi di rumah kita demi mengawasi gerak-gerik kita. Kalaupun membiarkan kita ketemu jodoh, mereka akan berjuang mencuci otak pasangan kita agar ia kelak menghancurkan hidup kita. "lanjut neneknya.
"Hi...kejam banget ya."
"Itulah, makanya kakek dulu melarang kami tampil seksi di luar rumah."
"Tapi, Nek. Adakalanya kesan seksi tersebut kan tidak sama bagi tiap orang. Berbusana gombrong dengan kerudung rapat pun adakalanya tampak seksi juga. Namanya juga wanita," kilah Talia termenung.
"Ada masalah?" tanya neneknya.
"Aku lagi menghadapi hal serupa, Nek."
"Apa?"
"Sebagai siswa baru yang tinggal di desa, apalagi nenek termasuk keluarga berada padahal aku pewaris tunggal...
"Paham,"sahut neneknya.