"Kerja serabutan."
      "Masak sih?"
      "Dulu,  kerja di bank. Lalu saya merasakan kejenuhan. Saya lalu mencoba kesibukan sebagai motivator. Semula membuat brosur-brosur untuk memberikan seminar bersama teman-teman sekolah yang kuliah di berbagai jurusan. Akhirnya keasyikan dan saya jalani sampai sekarang."
      "Sudahlah, nggak usah dicemburui teramat sangat. Masih dalam batas aman."
      "Tapi, sakitnya tuh di sini saat jelas-jelas merasa diduakan."
Lelaki yang memakai jas hitam tertawa,
      "Saya pernah memancing-mancing, kalau ingin kembali bersamaku, seharusnya berani tampil sendirian, bukan berlindung di balik suami. Takut kehilangan dua-duanya ya. Suamimu itu sabar banget. Coba saja aku diperlakukan seperti itu. kudelete. Hehehe."
      "Sabar karena nggak tahu. Atau pura-pura nggak tahu demi anak-anak," ia pun menghela napas,"Jika ia nekat dan diterus-teruskan, saya tak akan tinggal diam."
      "Masih aman Mas. Yang sabar. Maaf, sesekali saya memancing-mancingnya. Tapi sungguh, nggak berniat lebih jauh. Bagaimanapun, kita sama-sama lelaki. Aku hanya penasaran bagaimana kondisi rumah tangganya sehingga ia tidak bisa move on? Kurasa saat SMA dan tahu aku bersama isteriku, ia tak acuh. Tapi begitu ketemu saat reuni, ia teringat kembali masa itu. Ia seolah sangat kecewa aku benar-benar melupakannya yang kecantikan dan fisiknya bak model itu."
      "Betul. Ia terobsesi pada kecantikan dan fisiknya bagaikan narsisus. Ia seolah kecewa manakala ada lelaki yang mengabaikan kecantikannya. Ia pun berulah memancing-mancing. Yang mengeluh suami kelewat sibuklah. Lho...memang uang datang sendiri? Tinggal mencetak? Jika tidak sibuk, darimana aku dapat uang? Padahal semua uang kuberikan kepadanya. Ia pun bisa berdandan ala artis internasional, yang malah semakin membuatnya seolah menggila dalam mengunggah penampilannya."
      "Betul. Tempo hari ia upload fotonya yang kata teman-teman mirip artis Priyanka Copra. Yang dikenakannya serba mahal dan bermerk pula. dalam hati aku bertanya-tanya, sabar banget suaminya? Kalau aku suaminya tentu sudah kusembur." Si hem putih tertawa.