"Wah, saya malah tidak perhatian. Tapi, Anda sejeli isteri saya. Ia pun berkomentar sama. Ia malah pernah marah-marah pada saya. Pernah melarang saya mengikuti reuni SMA gara-gara itu," lanjut pria berjas hitam tersebut.
      "Apakah ini termasuk gejala parah?" ia bertanya.
      "Sebagai lelaki, bagaimana menurut Anda?" pria berbaju putih membalikkan pertanyaan.
      "Saya malu. Saya pun tidak suka diduakan."
      "Tapi, Kami tidak melakukan apa-apa,"pria berjas hitam membela diri.
      "Maaf. Saya tahu. Maksud saya, ulah istri saya," jawab si baju putih.
      "Ada kronologi kisah yang bisa diingat? Minimal, untuk memaklumi dan memaafkan."
      "Ok,"si jas hitam mulai bercerita,"Kami pernah satu kelas sebelum penjurusan. Teman-teman menjodoh-jodohkan kami. Begitu penjurusan, saya dekat dengan isteri saya lalu kami pun menikah. Ia yang merasa lebih cantik dari isteri saya sering menyindir bahwa aku memilih isteri saya karena ia kaya."
      "Hmm...apakah karena itu, ia narsis? Kupikir untuk apa ia upload foto-foto berbagai eksyen, toh ia sudah laku? Untuk siapa foto-foto itu dipamerkan? Saya baru menemukan titik terang sekarang. Anda kerja di bank?"
      "Iya, itu dulu,"kata pria berjas hitam.
      "Sekarang?"