Mohon tunggu...
Kinanthi
Kinanthi Mohon Tunggu... Guru - foto

Seseorang yang meluangkan waktu untuk menulis sekadar menuangkan hobi dengan harapan semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Si Cerdik Kekasihku

7 Desember 2020   13:56 Diperbarui: 7 Desember 2020   14:01 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sungguh, suatu kesenangan yang dapat menghapus luka hatiku karena dulu Adisty Ratna Wirastutilah yang selalu bermobil bersama si Boy, ulah yang bagai mencabik-cabik hatiku. Luka yang kini sudah tertutup oleh kebaikan Mutmainah, kekasihku.

Selain itu, ATM-nya yang selalu diisi orangtuanya tiap minggu, seringkali diberikan kepadaku dengan catatan aku boleh mengambil secukupnya untuk kebutuhanku sehari-hari. Duh, Mutmainah memang surga bagi Firdaus. Semua mengatakan hal serupa dan hatiku berbunga-bunga karenanya.

Konflik yang timbul, karena tiba-tiba saja teman-teman menggoda, mengapa kini wajah Mutmainah tidak seimut dulu awal memasuki kuliah? Bahkan, tampang teman-teman yang lain masih nampak imut, mengapa kekasihku tidak?

"Mungkinkah karena sudah mulai pacaran dan bersentuhan dengan pria?"goda Airin sahabatku saat SMP ketika melihat foto imutnya yang berubah tidak imut lagi. Aku hanya angkat bahu. Aku merasa tidak banyak menyentuhnya, kecuali menciumnya. 

Salahkah? Entahlah. Dugaanku, kini ia menggemuk bersamaku.  Jadi, tidak tampak imut lagi seperti dulu. Perbedaaannya, aku lelaki, jadi tampak berwibawa, sedangkan dirinya menjadi seperti embak-embak, bahkan sekilas seolah seumuran ibuku. Aku sudah meyakinkannya bahwa seperti apa pun wujudnya, mau sekeriput nenekku mau semelar ibuku, aku tetap mencintainya. Sungguh!!!

Akan tetapi, hal itu membuat Mutmainah menjadi posesif. Ia menjadi pencemburu. Ia selalu ingin mengunggah apapun aktivitas yang kami lakukan, misalnya makan di warung padang berdua, minum es krim, maupun es-es lainnya berdua. Ia selalu ingin mengunggahnya, sedangkan aku keberatan menurutinya.

Sungguh, bukan karena aku tidak mencintainya. Akan tetapi, aku trauma. Dulu ketika masih berpacaran dengan Adisty Ratna Wirastuti, aku selalu mengunggah aktivitas kami dengan harapan tak ada lelaki lain yang memburunya. Toh, aku salah sangka. Boy lengkap dengan segala ketampanan serta kemewahannya, berhasil membuat Adistyku terpikat.

Sungguh, jika aku selalu mengunggah kebersamaan dengan si imut (panggilan sayangku untuk Mutmainah kekasihku yang memang imut mungil menggemaskan), bagaimana kalau ada lelaki lain yang menyabotnya? Aku tentu akan kehilangan si imutku dan aku tak sanggup jika hal itu terjadi lagi dalam hidupku. Aku cemas bakal patah hati bahkan lebih dari itu.

Akan tetapi, si imut tidak percaya. Jika sudah demikian, ia semakin tidak pelit. Ia semakin rajin mentransfer uang kiriman dari orangtuanya untuk dibagi berdua denganku. Suatu ketika, kugoda dirinya. 

Aku menghapus unggahan kebersamaan kami dengan gurauan,"Sehari satu juta ya untuk satu foto. Kalau lima foto lima juta." Ternyata, tanpa babibu, ia pun mentransfer lima juta untuk unggahan foto kebersamaan kami yang dipamerkannya di media sosial.

Duh, betapa polos dirinya. Aku sungguh beruntung memilikinya. Hal yang bukan angan-angan belaka manakala dalam sehari uang lima juta kuperoleh dari parade foto kami. Kunci mobilnya pun diberikannya kepadaku, ia bahkan membawa motor keluaran terbaru yang dapat kami gunakan berdua secara bergantian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun