Ia menatapku dengan tatap mata polos.
"Aku menuruti saran Kamu,"ujarnya lirih tanpa menatapku,"Kan kini Kamu jauh dari Rininta."
Hm...Tabebuya yang bermekaran sepanjang jalan mengingatkanku kepada Rininta yang kini berada di negeri Sakura. Setiba di rumah, aku segera mengirimkan fotoku yang tengah makan berdua dengan Hermalita. Kukatakan sejujurnya bahwa ia telah gagal paham mengenai kedekatan kami. Seperti biasa, ia menanggapi dengan omelan beruntun, lalu mengakhiri ucapannya dengan,
"Katakan kita tidak putus walaupun berjauhan. Aku tidak melarang kalian berteman asalkan ia tidak berniat merebutmu dariku,"katanya melaui video call,"Ia mengirimkan foto Kalian berdua ini kepadaku lebih dulu. Apa maksudnya? Memintaku mengalah? Mengapa ia senekat itu?Bukankah sejak awal ia telah tahu tentang kita? itu yang membuat kepalaku serasa meledak. Tega nian dia.""
Tabebuya yang bermekaran kembali terbayang diselingi senyum Rininta. Aku pun tiba di rumah Hanantyo. Betapa inginku skripsi segera terselesaikan kemudian menyusulnya. Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI