Bagaimanapun, keenan tidak dapat meminggirkan nama Kugy untuk digantikan Luhde. Remi pun menyadari bahwa ia tidak dapat meminta Kugy untuk menepis nama Keenan dari hatinya, kendati Kugy telah menerima pinangannya. Dengan cara mempersatukan Keenan dan Kugy, maka hilanglah nama Luhde dan Remi.Â
Biarlah keduanya menemukan orang lain dengan cinta setara cinta Keenan dan Kugy, tanpa iming-iming kenyamanan ada sanggar lukisan di tempat Luhde maupun pekerjaan nyaman di kantor Remi.
Sesungguhnya, cinta dan kenyamanan memang berbeda. Kenyamanan belum tentu cinta, namun cinta pasti menimbulkan kenyamanan tanpa harus saling meninggalkan apapun yang terjadi, karena keterpurukan mereka andaikan ada, bukan akibat kemalasan.Â
Keduanya hanyalah bernasib kurang baik, karena hobi yang telah ditakdirkan untuk keduanya, belum booming di negerinya. Keduanya menjalani cinta karena cinta dan chemistry, tanpa bayang-bayang kecemasan kehilangan kenyamanan walaupun harus hidup dalam kesederhanaan. Toh, tak ada yang tak nyaman di dunia ini jika cinta telah menyertai.
Bagaimana kesan tentang Keenan? Mengapa ia tidak merespons ekspresi cinta Wanda? Apa yang kurang dari Wanda? Cantik, bertubuh manekin, anak orang kaya, dengan kesan berkelas pula.Â
Bukankah bersama Wanda, ia akan bisa berlagak "menepuk dada" sekaligus "pamer" keberuntungan? Akan tetapi, Keenan jauh dari karakter tersebut. Pamer  dan menepuk dada, secara universal karakter tersebut memang tidak berterima dan Keenan sepertinya tidak ingin demikian.
Wanda kaya.  Keenan bisa mengandalkan kekayaan Wanda untuk menumpang kemewahan. Ia pun bisa mengandalkan Wanda untuk  sarana pamer. Akan tetapi, Keenan tidak melihat ketulusan Wanda.Â
Ia bisa merasakan perhatian Wanda kepadanya hanyalah sekadar penasaran bahkan ada kecenderungan untuk menguasainya, bukan cinta. Buktinya saat marah karena Keenan tak acuh kepadanya, Wanda bisa seenaknya berdansa dengan lelaki lain.Â
Secepat itukah mengalihkan hati yang luka? Haruskah luka dialihkan dengan menempel ke lelaki lain? Bagaimana jika yang ditempel menjadi "terbawa perasaan"?
Akan tetapi, hati Keenan sebening kaca. Ia menjalani hidup dengan kepolosan fitrah manusia. Begitulah hati manusia sesungguhnya. Ia memang belum mandiri sebagai pelukis, bahkan orangtuanya meremehkan cita-citanya.Â
Hobi yang dianggap tidak akan membuatnya kaya. Dalam proses menemukan jati diri, ia bertemu dengan Kugy yang juga bernasib sama. Sama-sama memiliki hobi yang dianggap tidak akan banyak menghasilkan uang. Keenan pelukis sedangkan Kugy penulis dongeng. Keduanya saling menginspirasi dan optimis bahwa uang bisa dicari bergantung tempat dan situasi.