Mohon tunggu...
Kinanthi
Kinanthi Mohon Tunggu... Guru - foto

Seseorang yang meluangkan waktu untuk menulis sekadar menuangkan hobi dengan harapan semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Beginikah Rasanya?

4 Agustus 2020   00:19 Diperbarui: 4 Agustus 2020   01:11 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: bsgwine.com

         Pagi hari terbangun dari tidur, mengapa badan terasa tidak nyaman? Ada sedikit kaku di tengkuk. Lengan kiri dan kanan tatkala dingkat pun serasa tersendat kesemutan. Ketidaknyamanan yang masih ditambah dengan bedhidhing. Keduanya seakan menjepit tubuhku membuat aliran darahku seolah tertekan dan tidak dapat mengalir lancar.

Sejak remaja SMA, tatkala orangtua mengizinkan kos di ibukota kabupaten, saya memutuskan memasak sendiri hanya membayar kamar kos. 

Itu karena teman-teman sekamar kos walaupun tidak satu SMA denganku, juga memasak. Jadilah, uang saku yang diberikan orangtua pun menjadi hemat karena lauk untuk makan hanya kubelikan tahu, tempe, telur, ikan, dan yang pasti adalah buah dan sayuran. Saya tidak begitu menyukai daging dan ayam, kecuali dimasak soto dan rawon, sedangkan ayam dimasak  kare.

Kebiasaan yang berlanjut ketika saya bekerja. Kebiasaan berhemat membuatku ingin segera hidup terpisah dari orangtua begitu adik-adikku memutuskan menikah. Kebiasaan berhemat ternyata sanggup membuat ketagihan, bahkan manakala membuka kulkas di dalamnya tidak terlihat tempe dan cabe saya  menjadi gelisah, merasa tidak memiliki bahan makanan secuilpun.

Demikian pula dengan pola makan. Menu yang kumasak sekitar itu-itu saja. Jika bukan tahu tempe, ikan, tentu telur dan yang pasti, ditambah sambal dan sayur. 

Aneka sambal, adakalanya sambal terasi, sambal petis, juga sambal kecap, sambal pecel dengan aneka sayur. Jika bosan sayur bersambal bumbu pecel, sambal terasi, tentu saya membuat tumis, biasanya kangkung. Begitulah menu favorit dan hanya memasak daging merah ketika idul adha karena memperoleh jatah dari warga, kadangkala dari teman yang tengah melakukan kurban.

Ada gurauan teman-teman manakala saya tidak pernah menerima dana sosial karena sakit. Wah, percuma Kamu membayar dana sosial, toh tidak pernah sakit. Yakh...lebih baik membayar dana sosial namun tidak pernah sakit deh. Semoga, demikianlah harapku.

Ada juga gurauan ketika saya terbiasa membeli buah jeruk, pepaya, pisang, nanas, dan mentimun. Memang mau rujakan? Pertanyaan yang tidak membuat marah karena buah ruk, pepaya, nanas, dan mentimun konon bermanfaat dalam pencegahan penuaan dini.

Seminggu yang lalu, dengan dalih tidak pernah menjalani, saya mencoba seminggu makan menu yang mengandung kolesterol tinggi. Ada bebek panggang, rica-rica bebek, sate, telur, rawon, dan ayam. Seminggu kemudian tubuh menjadi tidak nyaman seperti dalam paragraf pertama. Mengapa? Ada gejala penuaan dini karena faktor usia ataukah karena pilihan menu yang saya konsumsi seminggu yang lalu?

Menurut Effendy (2020) untuk dapat membuktikan bahwa sangat banyak orang yang mengalami penuaan dini,rasanya tidak perlu sampai berselancar di google. Bagaimanakah caranya? Dengan cara  memerhatikan orang sekitar pergaulan kita sehari hari. 

Ada yang belum lagi berusia 60 tahun namun gerakannya menunjukkan seakan akan dirinya sudah berusia 80 tahunan. Oleh karena itu, agar jangan sampai tiba giliran kita mengalami penuaan dini ini ,maka sangat penting kita mengantisipasi secara serius.

Berapa usia Anda? Mungkin kita beberapa kali  bertemu dengan  orang berusia sama, tapi kelihatannya yang satu jauh lebih tua. Ini bisa jadi karena penampilan atau gaya dandanannya yang berbeda, atau juga bisa karena memang usia tubuhnya berbeda dengan usia sebenarnya. Ternyata, dalam ilmu kedokteran usia tubuh memang bisa berbeda dengan usia kita yang sekarang. Lho, kok bisa?

Menurut Veratamala dalam halo sehat (2017), umur biologis adalah umur sel-sel tubuh kita yang sanggup menggambarkan setua apakah diri kita, sedangkan umur kronologis usia adalah usia kita dihitung sejak dari tanggal lahir kita.  

Jadi, bisa saja sel-sel tubuh kita akan menunjukkan bahwa kita terlihat lebih muda atau lebih tua dari usia sebenarnya. Dengan demikian, benarlah pendapat yang mengatakan apalah arti usia karena usia hanyalah angka.

Dalam halo sehat tersebut, Veratamala pun menyampaikan dugaan para ahli bahwa telomer atau yang disebut dengan bagian paling ujung pelindung kromosomlah yang membuat perbedaan antara umur kronologis dan biologis tersebut. 

Telomer menjaga ujung kromosom agar kualitasnya tidak menurun atau melebur dengan kromosom lainnya, karena ia memengaruhi seberapa cepat sel berganti usia kemudian mati.

Dengan kata lain, semakin sering sel membelah, maka semakin pendeklah telomer. Itu karena ujungnya akan jatuh setiap terjadi pembelahan sel.

Menurut Dr. Terry Grossman (dalam Veratamala, 2017), pendiri Grossman Wellness Center, ada hubungan langsung antara panjang telomer dengan usia tubuh. Semakin lamakita hidup, semakin pendek telomer kita, seperti dikutip dari Medical Daily. 

Hal ini menjelaskan bahwa walaupun kita mempunyai usia yang sama dengan teman kita belum tentu kita mempunyai usia tubuh yang sama.

Usia biologis  memiliki perbedaan dengan usia kronologis. Dengan kata lain, berbagai faktor dari luar dan dalam tubuh dapat memengaruhi sel dalam tubuh kita sehingga ia akan  memengaruhi usia tubuh kita.  

Berbagai faktor tersebut menurut Veratamala (2017) antara lain, 1. Stress. Ia ternyata berdampak buruk bagi usia tubuh kita. Selain itu, cara yang salah dalam menanggulangi stress pun berdampak sama bagi usia biologis, misalnya marah, makan secara emosional, minuman beralkohol, penyalahgunaan obat. 

2. bahan kimia yang memasuki tubuh kita pun kendati hal itu berasal dari bahan pangan yang kita konsumsi, dari udara yang kita hirup, aneka produk pembersih, zat yang semakin menumpuk sehingga membuat kerja sel lebih berat lagi untuk membersihkannya.. Untuk itu, kita perlu memerhatikam apa pun yang kita pakai, kita makan minum, juga kita hirup pun diperlukan demi menanggulangi paparan zat kimia tersebut.

Hal yang perlu diwaspadai namun seringkali dialami kaum ibu yang memiliki anak-anak kecil adalah kurang tidur. Kurang tidur berdampak menuakan umur sel kita karena saat tidurlah sel-sel tubuh akan memperbaiki dan bekerja untuk memperbaiki dan memulihkan dirinya kembali. Oleh karena itu, jika kita kurang tidur, sel-sel dalam tubuh tidak punya cukup waktu untuk melakukan hal ini. 

Orang dewasa dianjurkan tidur selama 8 jam setiap malam. Sungguh pengorbanan luar biasa bagi kaum ibu yang kurang tidur demi anak-anak.

Cara sederhana menurut Effendi  (2020) agar tetap  sehat lahir batin hingga usia menua,sangat sederhana,yakni :"jangan racuni diri dengan pikiran negatif " dan menjaga pola hidup sehat. Cuma itu? Benar, karena beliau bersama isteri, telah membuktikannya. Pada usia 77 tahun plus,beliau berdua ,mampu hidup mandiri dan melakukan segala kegiatan ,tanpa membebani anak cucu.

Kembali kepada rasa tidak nyaman di badan yang belum pernah saya rasakan, menuruti saran teman setelah cek kolesterol memang hampir 200, maka saya pun meminum irisan jeruk lemon sesekali jeruk nipis. 

Irisan sitrus tersebut dituangi air hangat, lalu diminum. Begitu air habis dituangi lagi. Keesokan harinya membuat air minum seperti itu lagi.

Sejak remaja saya memiliki bisul di paha dengan diameter sebesar jari kelingking, tidak sakit dan tidak membesar. Orang sering menyebutnya uci-uci. 

Pada hari ketujuh saya minum infus air sitrus itu, uci-uci tersebut tiba-tiba membesar dan berwarna kemerahan. Separuh jiwa serasa hilang melihatnya. 

Maka, saya berusaha tenang, berdoa, tidur, menunggu esok hari untuk ke Yayasan Kanker di jalan Kayoon Surabaya sesuai info yang saya cari di google. Saya berusaha tenang setenang-tenangnya lalu tertidur melupakan segala gelisah yang sebetulnya sangat menyesak dan mengerikan.

Pagi hari tampak darah belepotan di paha. Kulihat, uci-uci tersebut telah pecah berdarah, saat saya tekan, yang keluar kemudian adalah lemak dan lemak, semacam komedo tapi besar. 

Alhamdulillah, lega rasanya. Walaupun minum perasan sitrus semula bukan untuk meletuskan uci-uci melainkan menurunkan kolesterol, namun saat uci-uci melenyap dalam hati pun senang. Dengan perasaan gembira campur berdebaran, saya pun ke dokter untuk cek kolesterol, ternyata sudah turun menjadi 150.

Begitulah rasanya tatkala badan terasa tidak nyaman, lengan kiri diangkat agak-agak kesemutan, tengkuk pun serasa memberat akibat kolesterol meningkat. 

Perasan buah sitrus direndam dalam air ternyata membuatnya turun dan uci-uci di paha pun pecah. Inginkah mencoba perasan sitrus berkaitan dengan musim kurban kali ini?

Bahan Bacaan

kompasiana.com/tjiptadinataeffendi21may43

hellosehat.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun