"Sesungguhnya perubahan penampilanmu yang membuat aku dihantui intuisi walaupun sering kutepis. Kuanggap itu hanya prasangka buruk. Tapi mencolok banget. Membuatku terganggu."
   "Terganggu prasangka buruk atau intuisi? Nggak jelas banget."
   Tapi tak urung Tania terkejut. Wajahnya memerah. Perubahan rona wajah yang juga tertangkap oleh mata Boy. Untuk sesaat darahnya seakan tersirap.
   "Hm...ada apakah di kampus?"
   Tania pun kesal.  Ia menjawab dengan suara agak tinggi,
   "Apa sih maumu? Bekerja dilarang, kuliah juga dicurigai."
   Boy menggenggam kedua tangan isterinya sambil menjawab lembut,
   "Tania. Sejujurnya aku masih nggak yakin akan kondisi mentalmu."
   "Mentalku kenapa?"
   "Kamu labil ataukah rakus? Nggak jelas banget," jawab Boy sedikit emosi.
   "Andaikan dulu aku tidak memburumu membawa mobil papamu, kukira Kamu akan tak acuh selamanya. Cuekmu hanya di awal-awal saja, karena Kamu trauma ulah Rico kan? Tapi di hati terdalam Kamu matre. Wajar. Kamu perempuan. Tapi, nggak nyangka, Kamu masih haus perhatian dari orang lain setelah kebutuhan materi terpenuhi."