Mohon tunggu...
Kinanthi
Kinanthi Mohon Tunggu... Guru - foto

Seseorang yang meluangkan waktu untuk menulis sekadar menuangkan hobi dengan harapan semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Cinta Mendewasa Seiring Chemistry

12 Juli 2020   04:34 Diperbarui: 12 Juli 2020   04:31 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: @barackobama/instagram

Apakah yang disebut dengan chemistry? Ternyata kata tersebut berasal dari bahasa Inggris, yang berarti ilmu kimia atau dapat juga diartikan adanya ketertarikan antara molekul-molukel kimia dengan zat lain sehingga membentuk reaksi kimia. Reaksi kimiawi tersebut tatkala dialami oleh manusia, menimbulkan kecocokan dan kenyamanan manakala berdekatan sekaligus menyulut kerinduan tatkala tidak bersua.

Cinta itu di otak bukan di hati, begitulah pembukaan yang tertulis dalam buku berjudul "Love  Chemistry" karya Whita Aditia yang saya pinjam dari iPusnas. Betulkah? 

Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa cinta ternyata berada di pikiran atau otak manusia. Dengan adanya proses kimiawi dari zat-zat kimia yang bereaksi tatkala seseorang sedang jatuh cinta itulah yang disebut dengan chemistry.

Jika cinta melibatkan reaksi kimia yang disebut chemistry,  "Mengapa cinta begitu pemilih?"  Sekali lagi untuk menjawabnya, tentu kita ingin mencari tahu definisi cinta.  Definisi yang pasti beraneka ragam karena masing-masing orang memiliki alasan tersendiri mengapa merasa cinta, bukan?            

Pakar cinta, telah membagi cinta ke dalam tujuh unsur yaitu 1. Cinta erotis. Dari judulnya, jelas terlihat bahwa cinta yang begini tak jauh dari hal yang berkaitan dengan seksual. Dengan kata lain, cinta dengan menomorsatukan ketertarikan kepada daya tarik seksual sebagai motif utama dalam memutuskan mencintai pasangannya.

2. Cinta platonis. Definisi cinta yang seperti ini lebih mengarahkan cinta kepada persahabatan. Dia yang kita cintai merupakan sahabat dalam suka duka, sedih gembira. 

Walaupun demikian, menganggap seseorang yang dicinta sebagai partner juga sanggup menghadirkan gurat kerinduan bahkan kehampaan tatkala lama tak berjumpa. Seolah ada sisi otak kita yang hilang, sehingga bukan daya tarik fisik yang kita rindukan saat terpisah, namun jalinan persahabatan itu sendiri;

3. Cinta romantis. Apa perbedaannya dengan cinta erotis? Cinta romantis terasakan sebagai cinta yang ingin selalu bisa membahagiakan pasangan. Romantismelah yang terasakan menjalari hati. Perhatian yang diberikan tatkala bersambut di hati penerima, sanggup  membuatnya merasa bahagia berbunga-bunga bak di surga lho.

 4. Cinta praktis. Yakh...adakalanya seseorang pun tak mau merasa ribet dengan yang disebut harus berkorban, harus membahagiakan. Maka, dipilihlah seseorang yang baginya mau menerima cintanya yang praktis. Jika bersama si A lebih nyaman, mengapa memilih si B yang belum mapan? Yang praktis-praktis dan enak-enak sajalah. Simpel kan?

5. Cinta filosofis. Mencintai dengan cara mau menerima bahkan melibatkan diri sesuai dengan keyakinan bahkan prinsip-prinsip hidup yang dicintai, mungkin seperti cinta Isabella Marie Bella Swan tokoh dalam novel Twilight karya Stephenie Meyer. 

Oleh karena ia jatuh cinta kepada vampir tampan bernama Edward Cullen, maka kelak ia pun berubah menjadi vampir seperti suaminya.

6. Cinta intelektual. Cinta dengan berusaha memahami pasangan, misalnya memahami kebiasaannya,  hobi-hobinya, juga berusaha memahami jalan pikirannya. Dengan mau berkorban memahami pasangan,  selain pasangan merasa dihargai, tentu juga akan terjadi saling mengerti satu sama lain.

7. Cinta abadi. Manakala kebersamaan telah dijalani dan terasakan ada saling kecocokan, ada perasaan nyaman tanpa kecemasan, dan saling percaya, perjalanan cinta pun tiba pada puncaknya yaitu cinta abadi. Keinginan untuk merencanakan masa depan bersama merupakan gejala akan terjadinya cinta abadi jika hal itu dilakukan tanpa keterpaksaan.

Masih dalam buku yang berjudul tersebut di atas, Hellen Fisher, pakar antropologi membahas cinta ke dalam tiga fase. Fase yang mendasari pemunculan chemistry. 

Fase-fase tersebut yaitu lust (nafsu), romantic love (percintaan romantis), dan attachment ( kasih sayang). Dalam bukunya why We Love: the nature & romantic love, ia meyakini bahwa ada proses kimiawi yang berbeda-beda dalam setiap fase percintaan. 

Ada hal yang mengejutkan. Pendapatnya bahwa selain fase cinta tersebut tidak selalu dapat dirasakan secara berurutan, kita pun dapat merasakannya untuk orang yang berbeda-beda dalam waktu yang sama. Waow!!!

Bagaimana sih yang disebut lust? Perasaan yang muncul manakala bersentuhan, misalnya saat saling tersenggol, saat memeluk, tentu ada perasaan berdesir. 

Perasaan yang bersifat sementara dengan tujuan semata memperoleh kepuasan fisik. Walaupun ada perbedaan karena testosteron lelaki 20 kali lebih banyak daripada perempuan. 

Pertengkaran kecil sanggup membuat api libido perempuan menjadi padam dan tak lagi bergairah untuk bemesraan. Hal itu berlainan dengan lelaki. Pertengkaran paling seru pun tak selalu membuat gairahnya menjadi surut. Wah...sereem!!!

Jika lust lebih mengarah kepada pemuasan gairah, berlainan dengan love yang lebih bersifat tulus. Walaupun demikian, cinta romantis pun terasakan memabukkan karena yang bekerja bukan hanya libido melainkan juga perasaan, misalnya merasa bahagia bersamanya. Perasaan  yang menimbulkan ketagihan untuk terjalari cinta yang seperti itu selamanya.

Banyak anggapan bahwa fase attachment merupakan fase kemunduran dalam cinta, padahal hilangnya getar-getar cinta yang memabukkan tersebut telah berubah menjadi kasih sayang. 

Perasaan yang lebih halus dan lebih kompleks. Para pakar berpendapat bahwa setelah hubungan cinta berjalan 18 bulan sampai empat tahun, akan muncul kekebalan dalam tubuh terhadap rangsangan gairah cinta. Semua itu karena perjalanan cinta tengah menuju cinta yang dewasa.

Hellen Fisher (dalam Aditia,2012:83) menggambarkan bahwa rasa kasih sayang yang hadir sebagai perasaan luar biasa dan sangat indah karena attachment, terasakan smooth. 

Ada perasaan kecanduan yang sama seperti dalam romantic love, namun lebih halus dan bersifat jangka panjang, menjanjikan hubungan cinta yang mapan, memberikan ketenangan, dan kenyamanan.

Bagaimanakah cara mengetahui bahwa kita memiliki keterikatan secara chemistry dengan seseorang?  Amy Spencer dalam bukunya "Meeting Your Half Orange: An Upbeat Guide to Using Dating Optimism to Find Your Perfect Match" (dalam Panca,2016) mengemukakan: 

1. Ketika terasakan ada chemistry, tubuh akan memproduksi norepinephrine sebagai syaraf  penghubung. Tiba-tiba canggung dan tidak dapat mengoordinasikan otak dengan gerakan tangan, namun pertanda baik; 

2. Kita akan mengamati seseorang lebih detail jika ada chemistry, karena ada peningkatan kadar dopamine; 

3. Ruangan  terasakan lebih terang tatkala kita menatap seseorang yang menumbuhkan chemistry; 

4. Kita beberapa kali mengelus tangan, menepuk kaki, gelisah; 

5.  Adakalnya kita terpaku sampai lupa menyentuh hidangan. Peningkatan kadar dopamine memberikan perasaan ringan, meningkatkan energi, membuat tidak merasa lapar.

Oleh karena itu, perlu juga kita merasakan proses cinta di hati secara alami.  Semula berawal dari munculnya desir rasa suka namun malu-malu, berlanjut pacaran. Untuk selanjutnya hubungan tidak selalu berjalan mulus. 

Adakalanya muncul pertengkaran bahkan gangguan pihak ketiga yang memaksa hati harus memilih untuk setia atau tidak? Manakala badai telah sanggup ditepis, dan keinginan untuk terus bersama pun tak surut, berarti tiga tahap menuju chemistry telah terlampaui dengan aman, yaitu lust, romantic love, dan attachment.

Setiap hubungan memang akan melewati banyak pasang surut.  Satu di antara tanda kita kehilangan chemistry adalah tatkala prioritas telah berubah, misalnya saat kehilangan keinginan mengerjakan sesuatu yang istimewa bersama pasangan. Masing-masing tidak lagi menyampaikan hal-hal yang baik. Kehilangan keinginan memuji pasangan yang bisa menimbulkan kebencian dan pertengkaran, bahkan perdebatan.

Kerenggangan yang terjadi tidak akan bertahan lama jika kita sanggup mengatasi secara bijak. Hal lain yang perlu  perhatian yaitu keluhan dan lelucon, termasuk masalah seksual. 

Untuk mengatasi kehampaan pun bisa diupayakan misalnya dengan mengenal bahasa cinta pasangan dengan cara memuji, membelikan sesuatu yang diingini, memberikan perhatian lebih, berlibur, menonton film, memasak, atau bermain game bersama. Lakukan apa pun yang diperlukan demi menghalau kerenggangan dan kehampaan.

Sekali lagi, dalam hal ini, hilangnya getar cinta kepada pasangan bukan berarti telah kehilangan cinta dari dalam diri. Perasaan jantung berdebar yang tidak lagi muncul bisa jadi cinta telah mengarah menuju cinta yang dewasa. 

Hayatilah sekejap yang terjadi dalam perasaan. Adakah perasaan kangen? Jika masih ada, berarti cinta pun masih ada. Cinta menuju smooth, dewasa, dan abadi. Adakah yang telah berhasil sampai ke tahap ini? Selamat deh!

Sdoarjo, 12  Juli 2020

Bahan Bacaan

Aditia, Witha.2012. Love Chemistry. Medpress Digital 2012.

Ardiati, Monica Dwi. 2019.  Hubungan Percintaan Kehilangan Chemistry? Begini Cara Mengatasinya. Maret 2019

Panca, Anang. 2016. Arti Chemistry dan Tanda-tandanya. 21 Agustus 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun