Mohon tunggu...
Kinanthi
Kinanthi Mohon Tunggu... Guru - foto

Seseorang yang meluangkan waktu untuk menulis sekadar menuangkan hobi dengan harapan semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Berteman, Bagian dari Makhluk Sosial

11 Juli 2020   11:14 Diperbarui: 11 Juli 2020   11:35 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adakalanya dalam grup mereka bertengkar dengan aneka tulisan yang menjengkelkan. Akan tetapi, kami yang tidak ingin bertengkar hanya mengikuti sambil tertawa dalam hati sekaligus iba. Jika tidak di grup teman-teman sekolahnya, di mana lagi mereka bisa bergurau dan bebas berpendapat sambil bertengkar sama persis seperti saat mereka masih bersekolah?

Bahkan adakalanya dengan emosional, seorang teman yang tidak sependapat, dikeluarkan oleh admin. Setelah tersadar, dimasukkan lagi. Yang bersangkutan pun tidak marah. Kami hanya tertawa saja menanggapi ulah mereka.

Sesekali ikut berkomentar, sesekali diam sambil sekadar menyimak. Akan tetapi, manakala ada berita duka, berita gembira, maupun ada yang berulang tahun, tak disangka-sangka, hampir semuanya menyampaikan komentar sebagai tanda empati.

"Teman-teman di grup kalau bergurau, bertengkar, seperti anak kecil ya," ada juga komentar seorang teman. "Mereka memang seolah mengulang kembali masa remaja. Masa-masa bertengkar tidak saling mengalah. Ulah yang mengingatkan kepada para siswa yang ingin segera mendengar bel pulang berbunyi.

Tapi begitu bel pulang berbunyi, mereka tidak segera pulang, malah bermain bola sampai menjelang magrib. Mereka bergurau dan bertengkar secara spontan sepertinya hanya di grup teman-teman sekolahnya saja. Mana mungkin mereka bisa bertengkar seperti itu di tempat kerjanya, di grup keluarga besarnya, bahkan di rumahnya maupun di lingkungan tempat tinggalnya?  Grup SMP gaya berguraunya seperti anak SMP. Di grup SMA pun sama seperti masa SMA."

Saat reuni pun sama. Adakalanya mantan ketua kelas menelepon teman-teman agar datang reuni sambil mengatakan,"Awas yo kalau nggak datang, tak antemi Koen," Kemudian yang ditelepon pun menyempatkan diri untuk datang walaupun hanya sebentar, masih dengan pakaian kerja, karena masih ada pekerjaan yang belum terselesaikan.

Sesekali, saat di sekolah, satu dua teman juga ada yang meneleponku,"Kami sedang bertemu di rumah makan ini dekat dengan kantormu kan? Masak sih nggak ada jam kosong?" sambil mengirimkan video call, di situ terlihat  beberapa teman sekolah yang melambai-lambaikan tangan.

Walaupun demikian, ada beberapa batasan dalam berteman yang sebaiknya tidak dilanggar, misalnya mengutip pendapat m. Brilio.net, bahwa manusia sebagai makhluk sosial memang wajar memiliki banyak teman dan adakalanya juga berharap memiliki jalinan keakraban dengan teman. Akan tetapi ada pesan yang perlu diperhatikan, misalnya jangan mudah membuat ikatan emosi yang kuat pada siapapun teman tersebut.

Mengapa? Ikatan emosi yang kuat membuat orang mudah menjadi baper, terbawa perasaan, kemudian berekspektasi berlebih kepada teman yang dianggap dapat memenuhi harapan berwujud penyimpangan dari kewajaran pertemanan.  Demikian pula momen-momen bahagia maupun kesedihan, terlebih yang berkaitan dengan masalah keluarga.

Hal yang bersifat pribadi tersebut juga sebaiknya tidak diceritakan. Selain itu, dengan teman maupun kerabat, janganlah mencoba melakukan pelanggaran tata tertib dengan harapan ada teman atau kerabat yang akan membela kesalahan kita. Hal-hal yang masih bisa dihindari sebaiknya tidak dilakukan agar teman maupun kerabat tidak merasa hanya dimanfaatkan.

Berteman adalah jalan menyambung jalinan silaturahim dan hal itu merupakan anjuran positif. Kita hadir dan bertemu dengan teman-teman sesuai dengan masa kanak-kanak dan remaja dahulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun