Mohon tunggu...
Kinanthi
Kinanthi Mohon Tunggu... Guru - foto

Seseorang yang meluangkan waktu untuk menulis sekadar menuangkan hobi dengan harapan semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Aspek Kecerdasan dalam Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Dhiyu (Bagian 2, Tamat)

1 Juli 2020   08:04 Diperbarui: 1 Juli 2020   08:34 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akan tetapi, IQ ( Intelligence Quotients)  yang tinggi ternyata tidak ditunjang oleh EQ ( Emotional Quotients )  yang juga tinggi. Walaupun para ahli psikologi mengkritik keberadaan tes EQ karena alat ukur tes tidak valid. Alat ukur tes kebanyakan soal pilihan ganda sehingga penjawab bisa saja tidak jujur ketika mengerjakannya. 

Walaupun demikian, sebagai brahmana yang gemar bertapa seharusnya ia bisa menahan diri, apalagi niat semula bertemu Dewi Sukesi adalah untuk mencarikan jodoh anaknya, walaupun sang Dewi memaksa memilih dirinya karena ilmu yang dimilikinya. Demikian pula dengan Prabu Sumali yang sedemikian mudah menuruti kemauan anak gadisnya untuk menuntut ilmu Sastra Jendra padahal ia terlihat masih belum sanggup mencerna ilmu tersebut.

Kelalaian yang berbuntut panjang.  Walaupun kehadiran keempat putera Bagawan Wisrawa memang menjadi inti terjadinya peperangan dalam kisah Ramayana, karena tanpa Rahwana, perang Alengka belum tentu akan terjadi. Peperangan yang berawal dari ketidaksanggupan Bagawan Wisrawa menahan diri mendengar rayuan Dewi Sukesi yang terpesona kepadanya. 

Selain itu, ada pula pesan moral bahwa janganlah terlalu percaya diri merasa sanggup bertahan dari gangguan setan manakala berdua-duaan saja dengan lawan jenis di tempat sepi.  Meskipun pelakunya pertapa berpengalaman bahkan telah menjalani ajaran Sastra Jendra sekaliber Bagawan Wisrawa pun, kelengahan bisa saja terjadi.

Kelalaian yang ditunjukkan dalam kisah di atas bukanlah jalinan cinta antara Dewi Sukesi dengan Wisrawa yang memang ditakdirkan berjodoh, melainkan perilaku keduanya yang tidak sanggup menahan diri untuk tidak melepaskan birahi sebelum terjadinya pernikahan resmi. Aktivitas yang akhirnya memunculkan kelahiran anak-anak berkarakter raksasa seperti Rahwana, Kumbakarna, dan Sarpakenaka.

Bahan Bacaan
kompasiana.com/rindangayu
zenius.net
wikipedia.org
oediku.wordpress.com
wikipedia.org
wiyonggoputih.blogspot.com
kebumen2013.com
kerisnews.com
quipper.com
idntimes.com
akarasa.com
tempo.co
merdeka.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun