Mohon tunggu...
Nanik Sulistiani
Nanik Sulistiani Mohon Tunggu... Guru - BIRUL WALIDAIN

Nanik Sulistiani lahir di Surabaya. Pembina ekstrakurikuler KIR dan Jurnalistik sekaligus pemimpin redaksi majalah madrasah Asmaa ul Husna. Karya Nanik Sulistiani dan peserta didik MTsN 4 Blitar berbentuk buku dan ber-ISBN: 1. Antologi Puisi Boom, Membuncah Asaku, 2. Antologi Cerpen Untukmu, Ibu. 3. Kumpulan KIR Siswa MTsN 4 Blitar Prestasiku adalah Ibadahku 4. Kumpulan Resensi Guru Terbesar Saya adalah Otak Saya. 5. Bunga Rampai Karya Ilmiah, Laporan Percobaan, dan Esai Generasi Emas. 6. Antologi Cerita Pendek, Cermin Diri. 7. Kumpulan Resensi, Mahkota Bunda. 8. Novel Perdana Berjudul JAMILAH 9. Buku Berjudul Takrir, Kumpulan Karya Ilmiah 10. Antologi Cerpen Berjudul Membuatku Mengerti 11. Buku Kumpulan Teks Diskusi, berejudul Open Minded and Closed Minded Semoga, perjalanan karir menulisnya berjalan lurus, tetap pada komitmen awal menulis dengan nurani, berusaha untuk tidak menghakimi, dan membuka diri untuk kritik konstruktif. Gerakan memberantas Buta Membaca Lumpuh Menulis semoga terus menjadi arah tujunya. Amin.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Yang Terundung Tak Selayaknya Terus Murung

13 Agustus 2020   18:37 Diperbarui: 13 Agustus 2020   18:35 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertengahan Maret 2020

Ramai nian orang berbincang di  sudut-sudut perkumpulan. Tidak secara khusus mengulas isu pandemi melainkan liburnya anak sekolah yang berbeda di setiap institusi. Khalayak belum fokus pada apa yang sebenarnya terjadi dan harus bagaimana.menyikapi Kerumuan pasar, aktivitas sekolah, dan jamaah di tempat ibadah masih riuh sebagaimana biasa. 

Di beberapa lembaga pendidikan belum mengambill kebijakan yang sama perihal keberlangsungan pembelajaran . Di tempatku bekerja ujian bertaraf nasionalpun tetap berlangsung selama tiga hari dengan pengawas ujian silang penuh. Suasana masih kondusif.

Geliat songsong dan sukseskan UNBK masih bergema. Banner-baneer motivasi ujian terpancang di halaman utama. Ujian Nasional adalah Marwah. Harga Diri, dan Wajah Madrasah, semangat menjemput tidakdir dengan usaha termaksimal. Sampai pada masa pembelajaran dialihkan dari face to face meeting  ke online. Siswa pun stay at home, daring e-learning.

Asumsi tetap tergelarnya UNBK sebagai rangkaian dari proses belajar yang sudah terjalani tidak terpngaruh adanya isu peniadaan ujian. Media sosial gencar melangsir pemimpin negara memaklumatkan UNBK ditiadakan. Lembaga pendidikan menanti instruksi resmi.Tidak dinyana, penghapusan ujian terwujud setahun lebih awal dari yang direncanakan menteri pendidikan dan kebudayaan RI 2020. Siswa pun ria. Himpitan gunung es serasa mencair seketika. Laiknya ujian adalah penjara bagi siswa.

Tidak terselenggaranya UNBK berdampak pada menurunnya daya belajar siswa. Tradisi belajar saat ujian masih membumi. Menafikan akademik mengedepankan skill berujung pada dilema. Malas membaca. Literasi belum menjadi budaya. Alhasil penguasaan konsep atau teori lemah. Jika dirunut alur belajar dimulai dari membaca. Membaca adalah merambah dan meramu ilmu. Membaca seharusnya disikapi sebagai olahraga otak, memfungsikan saraf benak. Asupan atau dasar dari skill yang dijalani. Jika membaca masih menjadi beban bagi pelajar maka bisa ditebak yang pelajar lakukan atas dasar feeling. Keluasan berpikir dan kebijakan tindakan sangat dipengaruhi oleh ilmu.

Bagaimanapun juga pembelajaran online mengisahkan masalah tidak bersolusi. Lemahnya sinyal internet,  rentannya pemadaman listrik di daerah pegunungan, kepemilikan ponsel yang belum merata, daya beli pulsa yang relatif rendah, belum lagi minat belajar online siswa belum menunjukkan keseriusan. Dibuktikan dengan pengumpulan tugas online yang masih mencapai 75% dari total siswa yang diampu.

Pembelajaran online di masa pandemi bisa dimaknai sebagai awal mengenalkan moto "Merdeka Belajar, Guru Penggerak" Uji coba formula baru dalam interaksi belajar mengajar antara guru dan siswa. Nuansa kelaa diganti dengan rumah sebagai sentra belajar dengan orang tua sebagai pengomtrol belajar anak. 

Rasa nyaman home sweet home akan berdampak pada hasil belajar optimal. Keterbukaan siswa untuk memahami materi online, dengan berani bertanya, berinovasi merupakan langkah pembentukan karakter  berani, mandiri, berkompetensi, serta santun. Setidaknya angka partisipasi belajar siswa sebesar 75% sudah bisa dikatakan berhasil dalam proses belajar mengajar online.

April 2020

Covid 19, coronavirus disease. Istilah medis  yang merebak dan langsung viral. Respon panik mulai tampak. Borong sembako selama lockdown, sosial distancing, dan pemblokiran tempat berkerumunnya massa. Trend setter berubah haluan, cuci tangan jadi keharusan, pemakaian masker menjadi imbauan nasional BNPN (Badan Nasional Penanggulan Bencana), dan PSBB  (Pembatasan Sosial Berskala Besar) memiliki dasar hukum PP nomor 21/2020.

Bilik-bilik hand wash yang didirikan secara mandiri mennjukkan jika msyarakat peduli pandemi. Ritual cuci tangan pun menjadi pemandangan sehari-hari. Pandemi tidak selalu berdampak buruk, nyatanya kesadaran akan bersih diri tumbuh pesat saat ini.

Satu bulan berselang setelah imbauan lockdown, warga mulai terdampak secara psikis. Tidak semata-mata karena virus corona tapi lebih pada dampak ekonomi. Secara geografis, desa tempat tinggalku sangat strategis, 1 km dari pusat kota. Luas desa 129,245  ha yang kurang lebih wilayahnya merupakan tanah kering, cenderung minus alias kurang subur. Hanya 5% dari luas wilayah yang dijadikan lahan pertanian intensif. 242 dari 1.696     kepala keluarga terklasifikasikan miskin. 64,85 % merupakan penduduk usia produktif. Dilema, bantuan dari pemerintah provinsi tidak bisa menjangkau semua lini masyarakat yang membutuhkan.

Sektor swasta yang bergerak di bidang barang dan jasa kembang kempis karena daya beli menurun. Aneka toko pracangan, palen, konveksi, maupun jasa cuci mobil, tegel, cukur tidak seramai biasanya. Sektor usaha mengencangkan ikat pinggang dengan cara meliburkan sebagaian karyawan. Ekonomi bergerak statis.

Berbanding terbalik dengan aktivitas anak muda yang sepertinya tidak berpengaruh pandemi. Hingar bingar sound sistem saat sahur dengan dangdut koplo sebagai aliran musiknya menandakan generasi always happy fun. 

Sementara poskamling di tiap RT memegang peranan penting menghalau maling. Maling yang bergerak serentak di tiga desa berbeda. Nasib para maling pun beragam, ada yang berhasil meloloskan diri dan ada yang babak belur di massa. Penutupan jalan pada jam malam  di gang-gang desa menjadi pemandangan yang familiar. Semuanya untuk waspada corona. Satu ikhtiar untuk kebaikan bersama.

Konklusi Mei 2020

Tugas kemanusiaan yang bisa kita emban adalah menjaga kesehatan mental masing-masing agar imun tubuh tetap terjaga, dengan cara memperlakukan diri sendiri dengan bijak. Berjemur, menanam pohon, sayur, atau pun buah. Memanfaatkan pengaruh kuat antara alam dan kesehatan tubuh untuk memunculkan kebahagiaan. Secara teori manusia mengalami tiga dimensi yaitu ancaman, dorongan, dan kepuasaan. Setiap dimensi membawa perasaan dan motivasi yang berbeda, di antaranya kecemasan, kegembiraan, dan ketenangan. Jika respon ancaman akan pandemi berlebihan maka imun tubuh terganggu. Back to religion, solusi tanpa kompromi.

Ramadan 1441 H adalah momentum untuk mawas diri untul tidak saling memaki, saling berbagi bagi yang terdampak secara ekonomi akibat pandemi.MUI mengeluarkan fatwa Nomor 23 Tahun 2020 tentang zakat, infaq dan sedekah dapat dimanfaatkan secara optimal dalam mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh wabah. Termasuk masalah kelangkaan APD, masker, kebutuhan pokok masyarakat. Ramadan merupakan ibadah yang memiliki dampak sosial yakni berbagi dan bagi pribadi berlatih menahan diri.Ramadan sebagaimana makna harfiah panas yang menghanguskan akan meleburkan khilaf manusia dan mengenyahkan wabah.

Memadumadankan antara tauhid dan ilmiah populer membutuhkan kebijakan berpikir. Agama adalah sumber solusi yang tidak habis untuk terus digali kebenaran hakikatnya. Pikiran-pikiran liar mengembara mencari celah bahwa tidak ada akibat tanpa sebab yang pasti. Mencari jawab atas pandemi sebagai solusi manusiawi. Manusia sebagai makhluk harus terus dalam posisi sadar memahami bahwasanya yang terjadi adalah rangkaian dari skenarioNya. Manusia harus berpikir ulang atas kesewenangannya memperlakukan alam yang berakibat ketidakseimbangan. Alam tidak pernah menghukum. Alam hanyalah perespon bijak dari hukum kausalitas.

Tidak ada penyakit yang tidak ada obatnya. Tidak ada masalah yang tidak ada solusinya. Sebagaimana pandemi-pandemi yang pernah melanda dunia sebelum corona sirna seiring berjalannya waktu. Semua ada masanya. Insha Allah.

Pertengahan Maret 2020

 Ramai nian orang berbincang di  sudut-sudut perkumpulan. Tidak secara khusus mengulas isu pandemi melainkan liburnya anak sekolah yang berbeda di setiap institusi. Khalayak belum fokus pada apa yang sebenarnya terjadi dan harus bagaimana.menyikapi Kerumuan pasar, aktivitas sekolah, dan jamaah di tempat ibadah masih riuh sebagaimana biasa. Di beberapa lembaga pendidikan belum mengambill kebijakan yang sama perihal keberlangsungan pembelajaran . Di tempatku bekerja ujian bertaraf nasionalpun tetap berlangsung selama tiga hari dengan pengawas ujian silang penuh. Suasana masih kondusif.

Geliat songsong dan sukseskan UNBK masih bergema. Banner-baneer motivasi ujian terpancang di halaman utama. Ujian Nasional adalah Marwah. Harga Diri, dan Wajah Madrasah, semangat menjemput tidakdir dengan usaha termaksimal. Sampai pada masa pembelajaran dialihkan dari face to face meeting  ke online. Siswa pun stay at home, daring e-learning.

Asumsi tetap tergelarnya UNBK sebagai rangkaian dari proses belajar yang sudah terjalani tidak terpngaruh adanya isu peniadaan ujian. Media sosial gencar melangsir pemimpin negara memaklumatkan UNBK ditiadakan. Lembaga pendidikan menanti instruksi resmi.Tidak dinyana, penghapusan ujian terwujud setahun lebih awal dari yang direncanakan menteri pendidikan dan kebudayaan RI 2020. Siswa pun ria. Himpitan gunung es serasa mencair seketika. Laiknya ujian adalah penjara bagi siswa.

Tidak terselenggaranya UNBK berdampak pada menurunnya daya belajar siswa. Tradisi belajar saat ujian masih membumi. Menafikan akademik mengedepankan skill berujung pada dilema. Malas membaca. Literasi belum menjadi budaya. Alhasil penguasaan konsep atau teori lemah. Jika dirunut alur belajar dimulai dari membaca. Membaca adalah merambah dan meramu ilmu. Membaca seharusnya disikapi sebagai olahraga otak, memfungsikan saraf benak. Asupan atau dasar dari skill yang dijalani. Jika membaca masih menjadi beban bagi pelajar maka bisa ditebak yang pelajar lakukan atas dasar feeling. Keluasan berpikir dan kebijakan tindakan sangat dipengaruhi oleh ilmu.

Bagaimanapun juga pembelajaran online mengisahkan masalah tidak bersolusi. Lemahnya sinyal internet,  rentannya pemadaman listrik di daerah pegunungan, kepemilikan ponsel yang belum merata, daya beli pulsa yang relatif rendah, belum lagi minat belajar online siswa belum menunjukkan keseriusan. Dibuktikan dengan pengumpulan tugas online yang masih mencapai 75% dari total siswa yang diampu.

Pembelajaran online di masa pandemi bisa dimaknai sebagai awal mengenalkan moto "Merdeka Belajar, Guru Penggerak" Uji coba formula baru dalam interaksi belajar mengajar antara guru dan siswa. Nuansa kelaa diganti dengan rumah sebagai sentra belajar dengan orang tua sebagai pengomtrol belajar anak. Rasa nyaman home sweet home akan berdampak pada hasil belajar optimal. Keterbukaan siswa untuk memahami materi online, dengan berani bertanya, berinovasi merupakan langkah pembentukan karakter  berani, mandiri, berkompetensi, serta santun. Setidaknya angka partisipasi belajar siswa sebesar 75% sudah bisa dikatakan berhasil dalam proses belajar mengajar online.

April 2020

Covid 19, coronavirus disease. Istilah medis  yang merebak dan langsung viral. Respon panik mulai tampak. Borong sembako selama lockdown, sosial distancing, dan pemblokiran tempat berkerumunnya massa. Trend setter berubah haluan, cuci tangan jadi keharusan, pemakaian masker menjadi imbauan nasional BNPN (Badan Nasional Penanggulan Bencana), dan PSBB  (Pembatasan Sosial Berskala Besar) memiliki dasar hukum PP nomor 21/2020.

Bilik-bilik hand wash yang didirikan secara mandiri mennjukkan jika msyarakat peduli pandemi. Ritual cuci tangan pun menjadi pemandangan sehari-hari. Pandemi tidak selalu berdampak buruk, nyatanya kesadaran akan bersih diri tumbuh pesat saat ini.

 Satu bulan berselang setelah imbauan lockdown, warga mulai terdampak secara psikis. Tidak semata-mata karena virus corona tapi lebih pada dampak ekonomi. Secara geografis, desa tempat tinggalku sangat strategis, 1 km dari pusat kota. Luas desa 129,245  ha yang kurang lebih wilayahnya merupakan tanah kering, cenderung minus alias kurang subur. Hanya 5% dari luas wilayah yang dijadikan lahan pertanian intensif. 242 dari 1.696     kepala keluarga terklasifikasikan miskin. 64,85 % merupakan penduduk usia produktif. Dilema, bantuan dari pemerintah provinsi tidak bisa menjangkau semua lini masyarakat yang membutuhkan.

Sektor swasta yang bergerak di bidang barang dan jasa kembang kempis karena daya beli menurun. Aneka toko pracangan, palen, konveksi, maupun jasa cuci mobil, tegel, cukur tidak seramai biasanya. Sektor usaha mengencangkan ikat pinggang dengan cara meliburkan sebagaian karyawan. Ekonomi bergerak statis.

Berbanding terbalik dengan aktivitas anak muda yang sepertinya tidak berpengaruh pandemi. Hingar bingar sound sistem saat sahur dengan dangdut koplo sebagai aliran musiknya menandakan generasi always happy fun. 

Sementara poskamling di tiap RT memegang peranan penting menghalau maling. Maling yang bergerak serentak di tiga desa berbeda. Nasib para maling pun beragam, ada yang berhasil meloloskan diri dan ada yang babak belur di massa. Penutupan jalan pada jam malam  di gang-gang desa menjadi pemandangan yang familiar. Semuanya untuk waspada corona. Satu ikhtiar untuk kebaikan bersama.

Konklusi Mei 2020

           Tugas kemanusiaan yang bisa kita emban adalah menjaga kesehatan mental masing-masing agar imun tubuh tetap terjaga, dengan cara memperlakukan diri sendiri dengan bijak. Berjemur, menanam pohon, sayur, atau pun buah. Memanfaatkan pengaruh kuat antara alam dan kesehatan tubuh untuk memunculkan kebahagiaan. Secara teori manusia mengalami tiga dimensi yaitu ancaman, dorongan, dan kepuasaan. Setiap dimensi membawa perasaan dan motivasi yang berbeda, di antaranya kecemasan, kegembiraan, dan ketenangan. Jika respon ancaman akan pandemi berlebihan maka imun tubuh terganggu. Back to religion, solusi tanpa kompromi.

      Ramadan 1441 H adalah momentum untuk mawas diri untul tidak saling memaki, saling berbagi bagi yang terdampak secara ekonomi akibat pandemi.MUI mengeluarkan fatwa Nomor 23 Tahun 2020 tentang zakat, infaq dan sedekah dapat dimanfaatkan secara optimal dalam mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh wabah. Termasuk masalah kelangkaan APD, masker, kebutuhan pokok masyarakat. Ramadan merupakan ibadah yang memiliki dampak sosial yakni berbagi dan bagi pribadi berlatih menahan diri.Ramadan sebagaimana makna harfiah panas yang menghanguskan akan meleburkan khilaf manusia dan mengenyahkan wabah.

      Memadumadankan antara tauhid dan ilmiah populer membutuhkan kebijakan berpikir. Agama adalah sumber solusi yang tidak habis untuk terus digali kebenaran hakikatnya. Pikiran-pikiran liar mengembara mencari celah bahwa tidak ada akibat tanpa sebab yang pasti. Mencari jawab atas pandemi sebagai solusi manusiawi. Manusia sebagai makhluk harus terus dalam posisi sadar memahami bahwasanya yang terjadi adalah rangkaian dari skenarioNya. Manusia harus berpikir ulang atas kesewenangannya memperlakukan alam yang berakibat ketidakseimbangan. Alam tidak pernah menghukum. Alam hanyalah perespon bijak dari hukum kausalitas.

      Tidak ada penyakit yang tidak ada obatnya. Tidak ada masalah yang tidak ada solusinya. Sebagaimana pandemi-pandemi yang pernah melanda dunia sebelum corona sirna seiring berjalannya waktu. Semua ada masanya. Insha Allah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun