Zainab senang bukan main saat seminggu ia telat dikirim, sekarang ia sudah melihat wajah kedua orang tua yang sebelumnya sangat ia rindukan, zainab meneteskan air mata saat melihat ayah dan ibunya tersenyum, pasalnya insiden kemaren belum terselesaikan dengan baik, namun setelah melihat mereka tersenyum bagaimana tanggapan mereka kedepannya. Zainab tak bisa menahan diri lagi ia segera memeluk mereka bergantian, tak peduli saat ini mereka sedang menjadi bahan tontonan, yang paling penting saat ini ia sangat senang.
Setelah setengah jam drama persedihan terlewati, ayahnya membuka percakapan "Nak, apapun keputusan kamu mulai saat ini ayah dan ibu akan terus mendukungmu memberimu semangat, selalu ada dibelakangmu, orang pertama kali yang akan membuatmu bangkit saat kamu terjatuh, orang yang selalu mendo'akanmu dalam kejauhan" keadaan hening tidak ada yang berani membalasa perkataan ayahnya, baik zainab dan ibunya kini perasaanya berkecamuk "Ayah minta maaf, selama ini ayah terlalu mengekang kamu meminta kamu menuruti semua kemauan ayah tanpa mempedulikan kamu, ayah sudah mendapati teguran nak dari allah melalui tetangga kita, anak perempuan mereka dipaksa menikah sampai akhirnya tidak ada kecocokan antara anak mereka dan suaminya cerai, anak mereka menanggung beban selalu dimarahi sampai pada akhirnya anak mereka meninggal" saat ini suara sesenggukan zainab mengisi keheningan "Ayah berterimakasih padamu nak, kamu sudah menjadi anak solehah kebanggaan ayah ibu, ayah berterimakasih_" "Sudah cukup yah, harusnya zainab yang berterimakasih pada ayah, bukan ayah yang berterimakasih, apa yang zainab lakuin itu gak sebanding dengan apa yang ayah ibu lakuin ke zainab, zainab beruntung mempunyai orang tua seperti ayah dan ibu" zainab memotong ucapan ayahnya sambil memeluk kedua orang tuanya bahagia.
Zainab sudah bertekad untuk lebih giat lagi dalam belajar untuk kedepannya, ia tak mau menyia-nyiakan keputusan ayahnya ia harus bisa membanggakan kedua mereka mewujudkan mimpi-mimpinya yang sempat tertunda.
Kita tidak pernah tahu, sampai batas mana kekuatan do'a yang selalu kita langitkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H