Pandemi korona seperti saat ini, kita menjadi hidup di lingkungan yang serba salah aturan dan penerapan. Tentu masih segar di ingatan kita, bagaimana pemerintah dalam hal ini Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid 19 memberi kerangka informasi yang ''serem'' banget, sejak korona masuk ke Indonesia.
Kerangka informasi ''serem'' di sini artinya, sejak awal Gugus Tugas sudah memberi peringatan dini bahwa kita semua harus stay at home, work from home, melaksanakan physical dan social distancing, menerapkan hidup bersih serta sehat, sering cuci tangan, bermasker, menggunakan handsanitizer, dan lain-lain.
Ditambah info lagi, bulan Mei korona akan melandai. Oh bukan bulan Mei tetapi Juni. Mundur lagi menjadi September. Lalu tak jelas lagi entah sampai kapan.
Semua jalan disekat, ditutup, tanpa ada peraturan yang jelas. Seolah-olah, setiap daerah bebas melakukan kebijakan sendiri-sendiri.
Dari semua informasi yang sudah bergulir di tengah-tengah masyarakat adalah bila semua stay at home, korona akan pergi. Awalnya stay at home 14 hari sesuai masa inkubasi virus. Setelah 14 hari, apa yang terjadi? Apakah keadaan membaik?
Dengan menerapkan stay at home, konskwensinya, pemerintah harus menanggung logistic semua warga, agar imun tubuh mereka terjaga.
Sampai di sini, keadaan sudah riuh rendah. Suara-suara jeritan sudah membahana. Artinya, bantuan kurang banyak!
Simpelnya, informasi yang tertanam di otak kita semua adalah tetap stay at home sampai kapan tak tahu. Itu karena kerangka informasi yang dibangun pemerintah sedemikian rupa itu tadi.
Pusing dengan semuanya, pemerintah akhirnya akan melakukan simulasi pelonggaran PSBB, yang tentu saja menuai pro dan kontra. Â Â
Menurut saya, begini. Kegaduhriuhan ini tidak akan terjadi, apabila kerangka informasi yang dibangun Gugus Tugas tidak tumpang tindih begini. Seharusnya semua informasi yang tidak sohih (jelas) dipending dulu, jangan buru-buru dipublish.
Sejak awal seharusnya Gugus Tugas melakukan langkah begini. Ini contoh saja, tidak perlu dimasukin di hati hingga netes eluh nyang pipiku, hehehehe.
Saudara-saudara, kita memang harus stay at home untuk sementara waktu. Sementara kalian semua stay at home, biarlah pemerintah dan para ahli yang bergerak menangani virus ini. Apabila dirasa langkah pemerintah sudah maksimal, namun virus korona tidak juga berkurang, tidak menutup kemungkinan kami akan melakukan langkah-langkah lanjutan.
Bisa jadi langkah yang kami tempuh tidak populis atau mengagetkan kalian semua. Tidak ada cara lain, meski tidak populis, kami tetap harus menempuhnya. Jangan terlalu kaget.
Kita semua tahu, di segala sektor lumpuh. Pajak yang menjadi sumber pendapatan negara juga lumpuh. Anggaran negara untuk menangani Covid 19 pasti lama-lama berkurang, sementara pemasukan tidak ada. Kita harus realistis. Bisa jadi nanti pajak tertentu akan kami naikkan.
Covid 19 ini tidak bisa hilang. Bohong itu bila korona akan hilang atau melandai pada bulan Mei, Juni, atau September. Korona akan tetap ada, berdampingan dengan kita sebelum vaksin ditemukan.
Inilah beberapa skenario yang akan kami lakukan secara bertahap. Skenario A bla bla bla. Skenario B begini begini begitu. Skenario C blab la blaaa. Dan sebagainya. Â Â
Artinya, dengan memberi gambaran skenario sejak awal, masyarakat sudah siap. Kami semua tidak terkaget-kaget lagi bila ternyata ada pelonggaran PSBB. Atau kenaikan iuran BPJS di saat ekonomi sedang lemah-lemahnya.
Apapun itu informasi, lebih menguatkan bila disampaikan sejak awal. (catatan ringan NKRi/ 15-05-20)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI