Siapa yang dirugikan dengan semua ini? Tentu saja rakjat Indonesia, kita semua. Sudah sedih takut dengan Covid, mendekam di rumah dengan bantuan yang tak kunjung datang, menerima banyak informasi yang salah, dan kegalauan-kegalauan yang lain. Betapa berat menjadi rakjat! Eh, ditambahi lagi, rakjat jelata!
Dalam tulisan ini saya hanya ingin mengajak, mari berdamai bersama Covid, seperti anjuran Bapak Presiden Jokowi. Atau seperti ajakan Om Didi Kempot ( Al-Fatehah untuk almarhum) lara ati ora usah ditangisi, dijogeti wae. Â Â Â
Kita tidak perlu berkutat atau berputar-putar di sebuah tempat hanya untuk membahas kesalahan satu ke kesalahan yang lain. Percayalah, tidak akan pernah habis kesalahan-kesalahan itu bila dikupas. Kita membahas seperlunya saja. Sebagai makhluk sosial yang diberi hati dan pikiran, tidak mungkinlah kita tidak membahas tentang apapun di sekitar kita. Tapi secukupnya saja, kawans.
Mengapa secukupnya? Karena apapun yang berlebihan, tidak baik untuk kesehatan. Baik kesehatan mental maupun tubuh. Kita butuh imun tubuh yang memadai untuk menghadapi kerasnya kenyataan hidup, bukan rasan-rasan atau hujatan! Â
Ingat, orang cerdas membicarakan masa depan, orang biasa membicarakan masa lalu, orang bodoh membicarakan aib orang lain. Di dalam tulisan ini ada ketiga-tiganya, hahahaha!
Berdamai dengan apapun dan siapapun, rasanya membuat hidup lebih ringan.
Bersemangatlah, jangan perbanyak keluh. Jangan takut terbang sendiri seperti elang.
Biar saja peraturan social distancing ambyar berdenting-denting, asal semangat kita utuh tak terbanting! (catatan ringan NKRi/ 10/05/2020) Â Â Â
