Mohon tunggu...
Nani Ferdiani
Nani Ferdiani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Saya suka membaca buku non fiksi

Selanjutnya

Tutup

Book

Resensi Diskursus Munasabah al-Qur'an

12 November 2022   12:35 Diperbarui: 12 November 2022   13:00 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Identitas Buku dan Presensi

Judul                           : Diskursus Munasabah al-Qur’an; Mengungkap Tradisi Tafsir Nusantara: Tinjauan Kritis dalam Tafsir al-Misbah

Pengarang                : Hasani Ahmad Said

Penerbit                     : Lectura Press

Tahun terbit            : 2014

ISBN                            : 978-602-8766-70-8

Tebal halaman        : 330 halaman

Ukuran                       : 14,5 x 20,5 cm

Presensi                    : Nani Ferdiani

NIM                            : 21210340100035

Semester                  : 2

Prodi                          : MIAT

Fakultas                   : Ushuluddin

Instansi                    : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sinopsis Buku

Dalam pendahuluan buku ini, Hasani menuliskan bahwa kajian tentang munāsabah berawal dari kenyataan bahwa sistematika urutan ayat-ayat atau surah-surah al-Qur’an sebagaimana terdapat dalam Muṣḥaf ʻUṡmanī sekarang tidak berdasarkan kronologis turunnya. Inilah penyebab terjadinya perbedaan pendapat di kalangan ulama salaf tentang urutan surah di dalam al-Qur’an. Pendapat pertama mengatakan bahwa urutan surah berdasarkan pada tauqīfī dari Nabi. Pendapat kedua mengatakan bahwa urutan surah berdasarkan atas ijtihādi. Pendapat ketiga mengatakan hal yang serupa dengan kelompok pertama. Atas dasar perbedaan pendapat tentang sistematika urutan surah ini, wajarlah jika masalah teori korelasi al-Qur’an kurang mendapat perhatian dari para ulama yang menekuni ‘Ulūm al-Qur’ān.

Diskursus penting tafsir al-Qur’an muslim modern dalam konteks relevansi untuk kajian munāsabah dalam al-Qur’an di dunia muslim kontemporer mengemuka setelah selesainya penulisan disertasi di School Oriental and African Studies (SOAS) pada tahun 2006, yang telah mencoba menerapkan munāsabah dengan pendekatan bahasa untuk menafsirkan al-Qur’an. Pro-kontra kajian munāsabah antara pentingnya mengedepankan munāsabah dan tidak perlu adanya munāsabah telah menjadi konsumsi public yang tidak terpisahkan dari kajian ‘ulūm al-Qur’ān. Dalam buku ini fokus membahas tentang munāsabah dalam tafsir al-Misbah karya Quraish Shihab.

Isi Resensi

Bab pertama dalam buku ini membahas tentang munāsabah dalam kajian al-Qur’an. sebagaimana yang telah disebutkan di atas, bahwa kajian tentang munāsabah berawal dari kenyataan bahwa sistematika urutan ayat-ayat atau surah-surah al-Qur’an yang terdapat dalam muṣhāf ‘uṡmānī sekarang tidak berdasarkan pada kronologis turunnya. Hasani mengungkapkan bahwa tuntutan bagi terjadinya al-Qur’an yang ṣahīh li kulli zamān wa makān yang diistilahkan oleh Quraish Shihab dengan ‘membumikan al-Qur’an’, dalam bahasa Nashr Hamid Abu Zaid dikenal dengan tekstualitas al-Qur’an atau meminjam kata Syahrus al-qirā’ah al-mu’āṣirah (pembacaan dengan cara baru) yang mulai timbul ketika adanya kesenjangan di antara keadaan, hubungan, dan peristiwa dalam masyarakat, serta sempitnya terhadap pehamahan al-Qur’an. Hasani menyebutkan bahwa dalam konteks tafsir Nusantara, M. Quraish Shihab adalah seorang mufassir yang bisa ‘dianggap’ mewakili tafsir Indonesia. Curahan pemikirannya di bidang al-Qur’an dengan menggunakan pendekatan munāsabah ia hidangkan melalui karyanya tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an.

Pada bab kedua buku ini membahas beberapa teori munāsbaah dari pakar al-Qur’an klasik, kontemporer, ilmuwan barat sampai orientalis, terutama dalam konteks menyoal peranan munāsabah sebagai rancang bangun penafsiran. Munāsabah dan peranannya sebagai instrument penafsiran merupakan variabel yang nantinya akan sangat berperan dalam melihat bagaimana munāsabah secara teoritis mampu memberikan pengaruh terhadap pemahaman al-Qur’an. tidak diragukan lagi bahwa al-Qur’an terdiri dari susunan ayat dan surah yang diturunkan sesuai dengan situasi dan kondisi yang membutuhkan. Hasani mengungkapkan bahwa studi tentang munāsabah atau korelasi ayat dengan ayat atau surah dengan surah mempunyai arti penting dalam memahami makna al-Qur’an serta membantu dalam proses penakwilan dengan baik dan cermat. Ilmu munāsabah bisa jadi berperan menggantikan ilmu asbāb al-nuzūl apabila seseorang tidak mengetahui sebab turunnya suatu ayat, tetapi mengetahui korelasi ayat dengan ayat yang lain.

Pada bab ketiga buku ini membahas tentang tafsir al-Misbah dalam tradisi tafsir nusantara. Pada bab ini akan dijelaskan secara komprehensif mengenai tafsir al-Misbah tentang peran dan posisinya dalam penafsiran al-Qur’an di nusantara. Hasani mengungkapkan bahwa hal ini perlu dilakukan karena dari budaya, tradisi, adat istiadat, mazhab, dan keilmuan inilah pada gilirannya dirumuskan satu model penafsiran dalam bingkai ke-Indonesiaan. Selain itu, perspektif ini menjadi penting ketika melihat fakta bahwa banyaknya upaya penulisan tafsir di Indonesia dari berbagai telisik. Maka dalam buku ini Hasani menjadikan model penafsiran Quraish Shihab sebagai sampel dalam mengupayakan penerapan munāsabah dalam penafsiran. Dalam hal ini akan dilihat kondisi sosial dan intelektual, kesarjanaan dan karya Quraish Shihab, metode dan karakteristik tafsir al-Misbah serta bagaimana Quraish Shihab mendudukkan di antara banyaknya tafsir Indonesia yang dianggapnya sebagai pesan, kesan, dan keserasian al-Qur’an. Salah satu penjelasan tentang sosok Quraish Shihab yang disebutkan Hasani dalam buku ini yaitu Quraish Shihab adalah seorang ahli tafsir sekaligus pendidik. Dia mengabdikan keahlihannya dalam bidang tafsir dalam bidang Pendidikan.

Pada bab keempat buku ini membahas tentang model munāsabah al-Qur’ān dalam tafsir al-Misbah. Setelah sebelumnya pada bab ketiga Hasani menguraikan secara panjang lebar seputar munāsabah sebagai sebuah metodologi, dan dijelaskan pula posisi tafsir al-Misbah dalam tradisi tafsir nusantara. Pada bab ini Hasani menguraikan tentang metode menyikap munāsabah al-Qur’ān, urgensi, fungsi, dan kegunaan memahami ilmu munāsabah serta upaya pengembangannya, dan karakteristik munāsabah dan jenis-jenisnya dalam tafsir al-Misbah, analisis perbandingan terhadap pola dan pendekatan. Hasani mengungkapkan bahwa kajian munāsabah sebagai dispilin ilmu sangat membantu dalam memahami kandungan dan hukum yang terdapat dalam al-Qur’an. Hal ini mengisyaratkan bahwa munāsabah sangat penting dan juga sangat dibutuhkan manusia dalam memahami dan mengetahui isi dan makna dari al-Qur’an. Munāsabah dapat menjadikan bagian demi bagian pembicaraan al-Qur’an menjadi tersusun sedemikian rupa laksana bangunan yang kokoh dan serasi antara bagian demi bagiannya.

Pada bab kelima buku ini membahas tentang tinjauan kritis terhadap konsep dan penerapan munāsabah dalam tafsir al-Misbah. Pada bagian ini Hasani memaparkan tentang penafsiran Quraish Shihab mengenai dua telaah model munāsabah. Model pertama merupakan model kajian munāsabah ayat yang ditelisik lagi melalui lima spesifikasi yaitu kajian munāsabah antar ayat dengan ayat dalam satu surah, hubungan antara satu ayat dengan faṣilah (penutupnya), keserasian hubungan antar kalimat dengan kalimat dalam ayat, hubungan antara kata dalam satu ayat, hubungan antara kalimat dalam satu ayat, dan hubungan ayat pertama dengan ayat terakhir dalam satu surah. Model kedua merupakan pola munāsabah surah yang terbagi menjadi delapan telisik yaitu munāsabah antar surah dengan surah sebelumnya, munāsabah awal uraian surah dengan akhir uraian surah, munāsabah antara awal surah dengan akhir surah sebelumnya, keserasian tema surah dengan nama surah, keserasian penutup surah dengan uraian awal surah berikutnya, hubungan antara kisah dalam satu surah, hubungan antara surah-surah al-Qur’an dan hubungan antara fawātiḥ al-suar denga nisi surah.

Kemudian pada bab terakhir buku ini, Hasani menyimpulkan bahwa susunan al-Qur’an memiliki keserasian dari sisi ayat dan surah. Keserasian dan kesatuan dalam setiap bagian ayat dan antar surah menjadi bukti kesatuan sistem yang utuh dan komprehensif. Sehingga, membenarkan dan menguatkan bahwa al-Qur’an dengan susunan ayat dan surah merupakan mukjizat yang tidak terbantahkan. Berdasasarkan dua pola munāsabah yang menjadi fokus Hasani dalam buku ini, dia menemukan ada lima munāsabah ayat dan delapan munāsabah surah dalam tafsir al-Misbah. Lima munāsabah itu adalah munāsabah antar ayat dengan ayat dalam satu surah, hubungan antara faṣilah denga nisi ayat, hubungan antar kalimat dengan kalimat dalam ayat, hubungan antara kata dalam satu ayat, hubungan antara kalimat dalam satu ayat, dan hubungan ayat pertama dengan ayat terakhir dalam satu surah. Sedangkan delapan munāsabah surah yaitu munāsabah antar surah dengan surah sebelumnya, munāsabah awal uraian surah dengan akhir uraian surah, munāsabah antara awal surah dengan akhir surah sebelumnya, keserasian tema surah dengan nama surah, keserasian penutup surah dengan uraian awal surah berikutnya, hubungan antara kisah dalam satu surah, hubungan antara surah-surah al-Qur’an dan hubungan antara fawātiḥ al-suar dengan isi surah.

Hasani menyebutkan bahwa Quraish Shihab dalam tafsirnya sangat konsen untuk menghidangkan munāsabah di hampir peralihan ayat demi ayat. Lebih-lebih lagi bahasan sangat Panjang lebar ketika peralihan dari surah sat uke surah yang lainnya, baik awal surah dengan akhir surah dan akhir surah dengan awal surah berikutnya. Hasani mengungkapkan bahwa hal inilah yang menjadi nila tambah dari tafsir al-Misbah.

Kelebihan Buku

Buku ini sangat layak untuk dibaca terutama oleh mahasiswa prodi ilmu al-Qur’an dan Tafsir karena buku ini memberikan informasi tentang munāsabah dalam tinjauan ulama klasik sampai kontemporer. Pembahasannya dilengkapi dengan berbagai pendapat ulama yang juga dijabarkan melalui catatan kaki dan juga dilengkapi dengan contoh penafsiran ulama selain penafsiran Quraish Shihab yang menjadi fokus utama dalam buku ini. Berbagai pembahasan yang disajikan dilengkapi dengan banyak refresensi sehingga informasi yang disajikan dalam buku ini menjadi kaya.

Kekurangan Buku

Dalam buku ini ada beberapa materi yang pembahasannya diulang kembali. Bahasa yang digunakan terlalu tinggi sehingga pembaca sulit untuk memahaminya secara langsung apalagi bagi para pemula.

Kesimpulan 

Buku yang ditulis oleh Hasani Ahmad Said ini sangat bermanfaat terutama bagi para mahasiswa podi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir. Pembahasan munāsabah yang disajikan sangat rinci yang dilengkapi dengan tinjauan teori dari ulama klasik hingga kontemporer. Selain itu juga pendapat para ulama dijabarkan di catatan kaki dan dalam pembahasannya dilengkapi juga dengan berbagai contoh penafsiran ulama terkait munāsabah. Pembahasannya juga dilengkapi dengan banyak referensi yang menjadikan buku ini kaya akan informasi terkait munāsabah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun