Mohon tunggu...
nang arsadi saputra
nang arsadi saputra Mohon Tunggu... -

i love my Father

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Senja di Hati Ine

13 Februari 2012   16:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:42 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ine,,,kenapa dia (ragu) dia..dia...suka sama kamu yo..!Rio menatap Ria tak mengerti. Ria mulai meneteskan air mata (terbata-bata) Aku minta sama kamu untuk mencoba menyukainya.Maksud kamu......Aku harus bersama Ine ? Ria mengangguk. Air matanya terus mengalir. Rio berubah gusar. Berjalan di sekitar Ria lalu menendang pasir dengan kesal. Gila..!! kamu gila..!! Ria menatap mata Rio dalam-dalam. Aku tau yo, aku sangat mencintai kamu. Itu artinya kamu minta aku untuk membohongi Perasaan aku, kamu dan Ine ?

Ria melempar pandangannya ke laut. Ria memeluk tubuhnya sendiri. Kebahagian Ine adalah hal yang paling penting buat aku. Rio kembali menarik bahu Ria agar memandangnya. Aku nggak bisa....! Kamu sayang aku kan yo,, Dan kamu juga janji untuk ngebantu aku kan ? Rio menatap Ria dengan sedih. Air mata Ria makin membanjir. Keduanya bertatapan. Saling diam. Lalu Rio mengusap air mata di pipi Ria Adegan-adegan Rio dan Ria berdua. Jalan-jalan, makan, bercanda dsb..diselingi voice over Ria Aku tersiksa dengan keadaan ini.Tapi aku bingung. Aku sayang kamu yo..Tapi, aku juga nggak mau mengecewakan Ine Aku harus rela berkorban demi kebahagiaan Ine..

Suasana kampus sekilas. Tampak Ine sedang mencari-cari seseorang sambil sesekali bertanya pada orang yang lewat. Kemudian Ine menghampiri teman-teman Rio yang sedang mengobrol.Rio dan Ria sdang berbincang dengan serius. Tolong yo,,kamu harus bisa menyukai Ine. Nggak bisa,,kita nggak bolehmembohongi perasaan kita masing-masing !Ria terdiam sambil menangis Pokoknya cukup ya’...Aku sayang kamu. Mereka berpelukan. Tanpa disadari sepasang mata Ine memperhatikan dari balik tembok. Tiba-tiba Ria melihat kalau ada Ine yang sedang memperhatikan mereka. Ria segera melepaskan pelukannya.

Ineeee......tungguuu..! Ine langsung lari diikuti Rio dan Ria. Ine terus saja berlari di atas rel kereta api tak menghiraukan panggilan Rio dan Ria. Tiba-tiba dari arah berlawanan muncul kereta yang sedang melaju. Tapi Ine terus saja tak berhenti. Kereta semakin dekat. Tapi Rio sudah berhasil menyusul Ine dan segera mendorong bahu Ine ke luar rel. Rio memegang bahu Ine. Tapi Ine terus berontak. Kereta berlalu. Dari kejauhan Ria tampak berdiri dengan sock karena kawatir sekali dengan Ine. Perlahan ia mulai terduduk sambil memegangi dadanya yang terasa sakit. Dari arah belakang teman-teman Rio berlari mendekat dan segera menolong Ria yang ambruk.

Foto Ria tergolek di bawah nisan. Gundukkan tanah yang masih baru penuh dengan taburan bunga-bunga. Ine tak kuasa membendung airmata kesedihan yang teramat dalam di pelukan Rio. Ine memandang ke tengah laut dengan airmata yang tak henti mengalir. Begitu dasyat kesedihan yang tengah dialaminya. Kedua orangtuanya sudah lebih dulu pergi. Sekarang satu-satunya kakak yang ia sayangi juga pergi untuk selamanya. Di belakangnya Rio mengawasi. Kemudian perlahan mendekat dan berhenti di samping Ine. Pandangannya menghujam ke arah laut. Ini semua sudah kehendak yang maha kuasa..Lu harus tabah ne’. Ine hanya diam. Ia larut dalam kesedihan sambil tetap memandang ke arah laut. Percayalah,,,Masih ada gw yang akan selalu nemenin hari-hari lu ne’...Selamanya..........!Dipegangnya bahu Ine. Dipeluknya denganpenuhrasa kasih dan sayang. Senja makin merambat, bulan muncul di balik semburat jingga di atas laut. Angin yang bertiup pelan menggoyang pucuk daun-daun nyiur. Laut begitu tenang, senja begitu tenang, alam begitu tenang.

-TAMAT-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun