Ternyata orang tua kandung bisa sadis juga.
   Kesimpulan ini saya dapat ketika suatu berita tentang jual beli bayi dari kompas online tanggal 4 September 2024.
   Di suatu kantor polisi ada cerita tentang tertangkapnya suatu sindikat perdagangan bayi.
   Pelaku kejahatan tidak hanya terdiri dari beberapa pria namun ada juga dari beberapa perempuan yang berfungsi sebagai penghubung dengan orang tua si bayi.
   Menurut ucapan dari juru bicara polisi bahwa para orang tua kandung merasa beruntung bayi mereka terjual dengan harga yang tinggi.
   Memang miris, ketika beberapa pasangan hidup ingin ada buah hati namun ada saja sedikit oknum orang tua kandung yang harus rela menjual darah dagingnya sendiri.
   Ini semua berawal dari kondisi butuh uang banyak untuk mendapatkan ongkos biaya hidup yang semakin membengkak.
   Biaya hidup yang melaju cepat di aspal kehidupan memaksa orang tua kandung untuk berfikir cepat tepat mencari jalan keluar agar terputuslah nasib buruk yang terasa.
   Semua usaha yang dilakukan secara keras tidak menghasilkan hadiah yang sepadan.
   Maka harus ada jalan pintas untuk sampai Kel tujuan akhir yang indah.
   Sayang seribu kali sayang, kaum mungil yang tidak berdosa harus menjadi tumbal kebahagiaan orang tua kandung.
   Orang tua kandung yang mendapatkan keuntungan tunai merasa beban hidupnya berkurang.
   Biaya hidup yang berat bisa berkurang karena sang bayi bisa membawa nasib mujur untuk mereka.
   Tapi apakah oknum orang tua kandung tersebut punya rasa terima kasih kepada sang anak yang sudah memberikan nilai tunai kepada mereka?Â
  Ah hal itu sudah selesai. Setidaknya orang tua kandung itu sudah merasakan kenikmatan yang luar biasa.
   Termasuk juga sang anak yang terjual pasti mendapatkan orang tua angkat yang punya nasib lebih baik dari orang tua kandung mereka.
   Sebagai usulan ringan sebaiknya pihak pemerintah terus berupaya agar jual beli bayi bisa berhenti di negara ini.
   Pemerintah pusat dan daerah harus punya kebijakan politik hukum yang membela kaum lusuh agar tidak bertambah miskin.
   Namun ternyata terlihat dan terasa bahwa derita rakyat miskin semakin parah jangan terkejut suatu hari nanti aksi balas dendam rakyat kepada penguasa tidak berhenti walau aksi tersebut terbukti dari suatu tulisan.
   Melalui tulisan kisah lampau bisa terhubung dengan waktu sekarang.
   Karena tulisan ada mesin waktu yang tak pernah hilang.
   Mari berfikir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H