Mohon tunggu...
NaBe
NaBe Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Sedang doyan berfikir aneh

Berkhayal indah memang enak dan jadi pemenang

Selanjutnya

Tutup

Politik

Orang Cerdas Lebay Rasa Gelay

11 Maret 2021   15:53 Diperbarui: 11 Maret 2021   16:31 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membuat orang lain bahagia memang susah. Perlu kecerdasan dan nasib beruntung. Jika kedua unsur itu tidak bersatu maka terjadi nasib sial. Bisa jadi orang lain yang melihat dan mendengar sikap kita akan tersinggung.

Ini yang saya dapatkan ketika membaca suatu majalah online, Suara Islam.co, 4 oktober 2020. Di sana ada tulisan tentang Rocky Gerung sarjana filsafat dan pernah menjadi dosen di beberapa sekolah tinggi bahkan pernah mendapat label Profesor dari teman-teman politiknya.

Dari penjelasan situs tersebut  tuan Rocky gerung berani menafsirkan surat Al-Baqarah ayat 269.

"Tuhan memberi akal sehat bagi yang di pilih, bukan memberikan akal sehat dan tidak mungkin di tolak kecuali oleh orang yang tidak ingin berfikir."

Unggahan yang berbentuk video mendapat sambutan  dari  @Bams_1eng dan menyatakan bahwa mantan dosen Universitas Indonesia tersebut membuat penafsiran sendiri padahal arti dari ayat 269  berbunyi;

"Dia memberikan hikmah kepada yang dia kehendaki. Barang siapa di beri hikmah, sesungguhnya dia telah di berikan kebaikan yang banyak dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang memiliki akal sehat."

          Pada tanggal 7 maret 2021, seorang ketua DPD partai Demokrat Banten juga Bupati Lebak, Ibu Iti Octavia Jayabaya mengeluarkan komentar mengerikan yaitu akan mengirimkan santet kepada Bapak Moeldoko karena telah melakukan tindak tidak pantas telah melakukan kudeta di partai biru Presiden ke 6 Republik Indonesia.

          Aksi penggalangan kekuatan untuk mengganti pimpinan partai dari Agus yudhoyono, anak pertama dari Presiden ke 6 RI kepada Bapak Moeldoko adalah seorang mantan Panglima Tentara Nasional Indonesia ke 18 dengan masa jabatan 30 Agustus 2013 sampai 8 Juli 2015.

          Dan saat beliau ini menjabat sebagai kepala staf  Kepresidenan Indonesia ke 3, mulai menjabat sejak tanggal 17 Januari 2018 (id.m.wikipedia.org).

          Ternyata Iti Octavia Jayabaya, SE, MM mendapatkan gelar S-2 dari falkutas ekonomi universitas Trisakti dan lulus tahun 2005, (wikipedia.org).

          Kemudian saya teringat kembali dengan kejadian heboh pada tahun 2014, di suatu daerah di cipinang, seorang caleg dan anggota Tim sukses nasional pemenangan Prabwo-Hatta bernama Nurcahaya, memberikan  ucapan bahwa Prabowo adalah titisan Allah SWT.

          Ternyata ibu ini lulusan S-3 ilmu politik universitas Gadjah Mada dan tercatat sebagai dosen sejak intelijen negara  di Badan Intelijen Negara sejak  Januari 2007 sampai mei 2021 (m.merdeka.com).

          Bahkan pernah terucap juga dari para kaum cerdas seperti Prof Amien Rais dan Prof Kwi Kian Gie bahwa situasi jaman Presiden Soeharto lebih baik dari jaman Presiden Jokowi.

          Ada juga aktivis anti pemerintah bernama Haikal Hasan Baras yang juga menjadi pendukung aksi PA 212. Kata beliau di suatu saluran youtube berkata bahwa jaman Presiden Soeharto tidak ada orang miskin  karena ada program orang tua asuh dan kebijakan politik pemerintah orde baru bagus di bandingkan sekarang (pemerintah Jokowi).

          Pendidikan terakhir Babeh Haikal adalah S-2 teknik perindutrian dari Institut Teknologi Bandung (id.m.wikipedia.org).

          Dari tulisan di atas di pastikan mereka adalah kaum cerdas dan mempunyai label bagus di masyarakat, karena mereka di anggap pintar logika dan punya moral jempol.

          Tapi mari kita perhatikan dengan teliti!

          Ternyata mereka bisa juga berfikir seperti kelompok yang minim informasi. Bisa juga menganalisis bagaikan kelompok yang buta sejarah politik. Padahal mereka bergaul dengan kondisi politik. Dan pasti menyerap ilmu politik dari pergaulan dengan politisi.

          Tapi kenapa mereka bertingkah tidak pintar saat berpolitik. Mungkin mereka panik dengan keadaan yang mendesak sehingga logika waras sedikit terganggu alias mampet.

          Orang cerdas kenapa bertingkah lebay?

          Ah rakyat akan bersikap mirip suatu kalimat yang saat ini sedang populer," aku nggak mau...gelay."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun