Ternyata ibu ini lulusan S-3 ilmu politik universitas Gadjah Mada dan tercatat sebagai dosen sejak intelijen negara  di Badan Intelijen Negara sejak  Januari 2007 sampai mei 2021 (m.merdeka.com).
     Bahkan pernah terucap juga dari para kaum cerdas seperti Prof Amien Rais dan Prof Kwi Kian Gie bahwa situasi jaman Presiden Soeharto lebih baik dari jaman Presiden Jokowi.
     Ada juga aktivis anti pemerintah bernama Haikal Hasan Baras yang juga menjadi pendukung aksi PA 212. Kata beliau di suatu saluran youtube berkata bahwa jaman Presiden Soeharto tidak ada orang miskin  karena ada program orang tua asuh dan kebijakan politik pemerintah orde baru bagus di bandingkan sekarang (pemerintah Jokowi).
     Pendidikan terakhir Babeh Haikal adalah S-2 teknik perindutrian dari Institut Teknologi Bandung (id.m.wikipedia.org).
     Dari tulisan di atas di pastikan mereka adalah kaum cerdas dan mempunyai label bagus di masyarakat, karena mereka di anggap pintar logika dan punya moral jempol.
     Tapi mari kita perhatikan dengan teliti!
     Ternyata mereka bisa juga berfikir seperti kelompok yang minim informasi. Bisa juga menganalisis bagaikan kelompok yang buta sejarah politik. Padahal mereka bergaul dengan kondisi politik. Dan pasti menyerap ilmu politik dari pergaulan dengan politisi.
     Tapi kenapa mereka bertingkah tidak pintar saat berpolitik. Mungkin mereka panik dengan keadaan yang mendesak sehingga logika waras sedikit terganggu alias mampet.
     Orang cerdas kenapa bertingkah lebay?
     Ah rakyat akan bersikap mirip suatu kalimat yang saat ini sedang populer," aku nggak mau...gelay."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H