Sebagai mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis, saya mulai berpikir mengenai apa yang pendidikan tradisional ajarkan di bangku kuliah. Kita diajari teori makroekonomi, konsep investasi, dan prinsip-prinsip akuntansi, tetapi ada hal lain yang lebih penting dan jarang pelajari secara mendalam yakni :”pendidikan finansial sejati” Padahal, kemampuan ini adalah kunci menuju kebebasan finansial, yaitu keadaan di mana seseorang memiliki kendali penuh atas keuangannya tanpa perlu bergantung pada pekerjaan tetap atau penghasilan aktif semata.
Menurut Robert Kiyosaki dalam bukunya yang berjudul “Rich Dad Poor Dad” menganggap sekolah tidak pernah dirancang untuk mengajarkan bagaimana uang bekerja. Sebaliknya, pendidikan formal lebih fokus pada penguasaan keterampilan teknis dan profesional, sehingga sering kali mengabaikan literasi keuangan. Akibatnya, banyak individu sukses secara akademik tetapi kesulitan dalam mengelola uang mereka.
Mengapa pendidikan keuangan bisa menjadi sangat penting untuk di pelajari, dan bagaimana cara agar uang bekerja untuk kita, bukan malah kita yang bekerja untuk uang. Inilah langkah awal yang perlu kita lakukan untuk menuju kebebasan finansial sejati. Artikel ini akan membahas alasan di balik pentingnya literasi keuangan, kesalahan dalam pendekatan pendidikan konvensional, dan strategi praktis menuju kebebasan finansial.
Yang perlu kita pelajari dengan bijak dan cermat yaitu uang, uang adalah alat penting dalam kehidupan modern. Namun, yang lebih penting adalah memahami cara kerjanya. Kalau kita mau bebas secara keuangan kita harus bisa menciptakan aset dan investasi, dan sebelum mengawali langkah tersebut kita perlu mempelajari dasar-dasar mengenai bisnis dan investasi.
Tetapi literasi finansial bukan hanya tentang memahami konsep arus kas atau investasi, tetapi juga bagaimana mengelola risiko dan menciptakan pendapatan pasif. Misalnya, data dari “World Bank” menunjukkan bahwa negara-negara dengan tingkat literasi finansial yang rendah cenderung memiliki kesenjangan ekonomi yang lebih besar. Ini menunjukkan bahwa pendidikan finansial bukan hanya penting bagi individu, tetapi juga untuk pembangunan ekonomi secara keseluruhan.
Sebagai mahasiswa, kita harus menyadari bahwa keterampilan ini tidak hanya penting untuk karier, tetapi juga untuk kehidupan sehari-hari. Pendidikan keuangan yang baik dapat membantu kita membuat keputusan yang lebih bijak di masa depan, seperti memprioritaskan tabungan dibanding konsumsi atau memilih investasi yang tepat.
Namun, teori-teori yang sering kita dapat dalam perkuliahan mengatakan bahwa rumah, mobil, bahkan laptop adalah aset yang berharga. Dan pada kenyataan nya, itu semua adalah sebuah kekeliruan. Rumah, terutama jika kita gunakan untuk tempat tinggal, lebih cenderung menjadi kewajiban (liabilitas) karena memakan biaya seperti perawatan, pajak, dan bunga hipotek tanpa menghasilkan pendapatan, apalagi mobil dan laptop yang tak jauh berbeda. Aset sejati, seperti properti sewaan atau saham, menghasilkan arus kas positif yang nantinya dapat membantu mencapai kebebasan finansial.
Di sekolah, siswa diajarkan untuk mendapatkan nilai tinggi agar bisa mendapatkan pekerjaan yang baik. Namun, ini bukan jaminan keberhasilan finansial. Menurut sebuah penelitian oleh “National Financial Educators Council”, kurangnya pendidikan finansial menyebabkan kerugian rata-rata sebesar $1.200 per orang dewasa per tahun di Amerika Serikat. Jika ini diterapkan di Indonesia, kerugian tersebut dapat berdampak lebih besar mengingat tingkat literasi finansial masyarakat kita masih tergolong rendah.
Kritik lainnya adalah pendekatan yang terlalu fokus pada pekerjaan tetap. Padahal, dunia kerja saat ini semakin dinamis dengan hadirnya platform digital. Oleh karena itu, penting untuk mengajarkan keterampilan yang lebih relevan, seperti cara berinvestasi, membangun bisnis, dan mengelola risiko.
Langkah Menuju Kebebasan Finansial
Pendidikan finansial sejati dimulai dari memahami perbedaan antara aset dan kewajiban. Menurut saya aset adalah segala sesuatu yang memasukkan uang/penghasilan ke dalam kantong kita (kolom aset), sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang mengeluarkan uang dari kolom aset menuju kolom liabilitas. Sebagai mahasiswa, kita bisa mulai dengan langkah sederhana, seperti menabung secara rutin atau berinvestasi dalam instrumen sederhana dan aman seperti emas, reksadana, maupun obligasi. Dan yang paling penting adalah investasi dalam kecerdasan keuangan kita sendiri.
Menurut saya belajar tidak hanya ada dalam perkuliahan, kita bisa belajar dimana saja, tentang apa saja, dan di mana saja, salah satunya yakni dalam permainan. Permainan “CASHFLOW” karya Kiyosaki juga menjadi alat pembelajaran yang efektif untuk memahami konsep keuangan. Permainan ini mengajarkan bagaimana cara kita agar bisa keluar dari “balap tikus”, yaitu siklus bekerja untuk membayar tagihan, dengan cara membangun arus kas pasif melalui investasi. Dengan pendekatan ini, kita belajar untuk tidak hanya bekerja demi uang, tetapi juga membuat uang bekerja untuk kita.
Selain pembelajaran, kita juga perlu menekankan pentingnya memiliki tujuan yang jelas dan percaya pada kemampuan diri. Dalam konteks keuangan, ini berarti menetapkan tujuan finansial yang spesifik, seperti membeli properti pertama dalam lima tahun atau mencapai pendapatan pasif tertentu sebelum usia 40 tahun. Tak lupa juga menggarisbawahi pentingnya disiplin dan kerja sama tim, yang sangat relevan dalam membangun portofolio investasi atau memulai bisnis.
Mengintegrasikan Pendidikan Finansial ke dalam Kurikulum
Sebagai mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis, saya percaya bahwa pendidikan finansial sejati harus menjadi bagian integral dari kurikulum sekolah dan universitas. Hal ini dapat dilakukan dengan menambahkan mata kuliah khusus tentang literasi keuangan atau program pelatihan investasi untuk siswa. Misalnya, pemerintah dapat bekerja sama dengan institusi keuangan untuk menyediakan pelatihan praktis bagi siswa dan mahasiswa.
Selain itu, keluarga juga memainkan peran penting. Seperti, anak-anak belajar tentang uang dari orang tua mereka. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memberikan contoh yang baik, seperti mengajarkan pentingnya menabung atau berinvestasi sejak dini.
Pendidikan finansial sejati adalah kunci menuju kebebasan finansial, dan ini dimulai dari keberanian untuk berpikir berbeda. Kita harus melampaui pola pikir tradisional yang hanya mengandalkan pekerjaan tetap dan mulai membangun aset yang dapat menghasilkan pendapatan pasif. Sebagai mahasiswa, ini adalah waktu yang tepat untuk mempelajari literasi finansial dan mengambil langkah pertama menuju kebebasan sejati.
Napoleon Hill dalam “Think and Grow Rich” mengajarkan bahwa “kesuksesan adalah hasil dari pikiran yang terorganisasi dan tindakan yang konsisten.” Pesan ini relevan dalam perjalanan kita menuju kebebasan finansial. Dengan pemahaman yang benar tentang uang dan keberanian untuk bertindak, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih baik tidak hanya untuk diri kita sendiri, tetapi juga untuk generasi mendatang. Mari mulai hari ini, karena perubahan besar dimulai dari langkah kecil yang kita ambil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H