Mohon tunggu...
Nandita Fitri Ananda
Nandita Fitri Ananda Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA UNIVERSITAS MERCU BUANA

NIM: 43223010134 | PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI | FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS | UNIVERSITAS MERCU BUANA | DOSEN: PROF. Dr. Apollo, M. Si.,Ak.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Gaya Kepemimpinan Aristotle

24 Oktober 2024   16:44 Diperbarui: 24 Oktober 2024   16:44 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Modul PPT Dosen: Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

 Sebaliknya, Aristoteles berpendapat bahwa bentuk pemerintahan terbaik adalah yang paling sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat tertentu. Ia juga menekankan pentingnya keseimbangan dan keadilan, serta pemerintahan yang didasarkan pada hukum, bukan pada kekuasaan pribadi. Menurutnya, pemerintahan yang baik adalah yang berupaya untuk mencapai kesejahteraan bersama, baik itu monarki, aristokrasi, atau demokrasi.

  • Pandangan tentang Etika dan Kebaikan

Dalam hal etika, Plato menganggap bahwa kebaikan adalah konsep yang ideal dan bisa dipahami dengan merenungkan dunia ide. Menurutnya, kebaikan sejati hanya dapat dicapai jika seseorang memiliki pengetahuan tentang apa yang baik itu sendiri. Ini berarti bahwa orang hanya dapat melakukan perbuatan baik jika mereka benar-benar memahami konsep kebaikan. 

Aristoteles memiliki pendekatan yang lebih praktis terhadap etika, yang dijelaskan dalam karyanya "Nicomachean Ethics".

 Ia berpendapat bahwa kebaikan adalah hasil dari kebiasaan dan tindakan yang terus-menerus, bukan hanya dari pemahaman intelektual semata. Menurut Aristoteles, seseorang menjadi baik dengan melakukan tindakan-tindakan baik secara berulang-ulang, sehingga kebajikan menjadi bagian dari karakter mereka. 

Dia memperkenalkan konsep "kebajikan sebagai jalan tengah" (golden mean), di mana kebajikan adalah keseimbangan antara dua ekstrem. Misalnya, keberanian adalah kebajikan yang berada di antara pengecut dan nekat.

Secara keseluruhan, perbedaan pandangan antara Aristoteles dan Plato mencerminkan dua pendekatan yang sangat berbeda dalam filsafat. Plato lebih mengarah pada idealisme, di mana dunia nyata dianggap sebagai bayangan dari realitas yang lebih tinggi dan abadi. Sedangkan Aristoteles lebih berpijak pada realitas yang konkret dan berfokus pada pengamatan dunia nyata untuk memahami kebenaran. 

Perbedaan ini juga tercermin dalam pendekatan mereka terhadap etika, politik, dan teori pengetahuan, di mana Plato cenderung bersifat idealistik dan teoritis, sementara Aristoteles lebih pragmatis dan empiris. 

ari perbedaan ini, kita bisa melihat bagaimana dua tokoh besar ini memberikan kontribusi yang sangat penting dalam sejarah filsafat, memberikan dasar bagi berbagai aliran pemikiran yang berkembang di kemudian hari. Ide-ide Plato mempengaruhi pemikiran metafisika dan idealisme, sementara pemikiran Aristoteles menjadi fondasi bagi metode ilmiah dan pendekatan empiris yang kita kenal sekarang.

Modul PPT Dosen: Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak
Modul PPT Dosen: Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Modul PPT Dosen: Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak
Modul PPT Dosen: Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Modul PPT Dosen: Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak
Modul PPT Dosen: Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun