Mohon tunggu...
Nandita Fitri Ananda
Nandita Fitri Ananda Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA UNIVERSITAS MERCU BUANA

NIM: 43223010134 | PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI | FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS | UNIVERSITAS MERCU BUANA | DOSEN: PROF. Dr. Apollo, M. Si.,Ak.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Gaya Kepemimpinan Aristotle

24 Oktober 2024   16:44 Diperbarui: 24 Oktober 2024   16:44 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Modul PPT Dosen: Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, kepemimpinan yang berlandaskan Pancasila adalah jenis kepemimpinan yang memiliki jiwa Pancasila. Para pemimpin ini memiliki kekuatan dan kemampuan untuk membawa serta memupuk kesadaran kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan dalam komunitas mereka.

 Sikap konsisten dan konsekuen dalam menghayati serta mengamalkan Pancasila merupakan komponen penting dalam kepemimpinan Pancasila. Selain itu, semangat kekeluargaan juga menjadi elemen vital dalam kepemimpinan ini.

  • Kepemimpinan sebagai Kegiatan

Kepemimpinan adalah kegiatan yang mendorong orang untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu.

  • Kepemimpinan sebagai pengaruh dalam Kelompok

Pengaruh yang diberikan dalam kegiatan kelompok untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan juga dikenal sebagai kepemimpinan.

Dengan demikian, kepemimpinan mencakup berbagai aspek yang berkaitan dengan nilai-nilai, motivasi, dan pengaruh yang digunakan untuk mengarahkan kelompok menuju pencapaian tujuan bersama.

Pandangan Aristoteles tentang Etika, Keutamaan dan Kebahagiaan

Sebagai seorang filsuf yang berfokus pada hal-hal antroposentris, Aristoteles selalu membahas masalah yang berhubungan dengan manusia, terutama dalam bidang etika. Karyanya yang dikenal sebagai "Ethica Eudemia" secara khusus membahas etika kemanusiaan yang seharusnya diterapkan oleh setiap individu. Tidak mengherankan jika etika dalam karya-karya Aristoteles mencerminkan kehidupannya sendiri, yang mungkin sulit ditiru oleh orang-orang di masa kini yang tengah mengalami disrupsi.

Pemikiran Aristoteles bersifat teleologis dan berpusat pada keutamaan. "Keutamaan" berasal dari bahasa Inggris "virtue," yang berakar dari bahasa Latin "virtus," serta istilah "sifat virtuous," yang berarti "saleh." Akibatnya, dalam bahasa Barat, "keutamaan" sering diartikan sebagai kesalehan. Menurut Aristoteles, keutamaan adalah sifat utama yang muncul dari kebiasaan. 

Karena perbuatan baik harus dilakukan secara terus-menerus, kebiasaan memainkan peran penting. Seseorang tidak dapat dinilai memiliki keutamaan jika hanya berbuat baik sesekali atau jika niat perbuatan baik tersebut hanya untuk kepentingan pribadi. Keutamaan juga disertai dengan keinginan yang terus-menerus untuk bertindak baik, karena manusia selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik. Perilaku yang mengandung keutamaan harus didasarkan pada niat yang baik. 

Mungkin ada orang yang menilai seseorang tidak memiliki niat baik, tetapi selama tujuan yang ingin dicapai adalah baik, maka perbuatan itu tetap dinilai sebagai keutamaan. Misalnya, jika seseorang dianggap sombong oleh orang lain, tetapi sebenarnya tidak bermaksud demikian, maka tindakannya tetap merupakan keutamaan karena niatnya tidak mengarah pada keburukan.

Aristoteles menyatakan bahwa keutamaan adalah titik tengah antara dua ekstrem yang berbeda. Misalnya, sifat berani berada di antara dua sisi yang berbeda, yaitu pengecut dan nekat. Seorang pengecut cenderung melarikan diri dari berbagai bahaya, sedangkan sifat nekat mempertaruhkan risiko yang terlalu besar.

Kebahagiaan, atau "eudaemonia" sebagai tujuan hidup tertinggi, adalah inti dari etika Aristoteles yang mirip dengan pandangan Socrates dan Plato. Namun, Aristoteles memahaminya secara pragmatis dan mudah dimengerti. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun