Mohon tunggu...
Nandika Wibowo
Nandika Wibowo Mohon Tunggu... -

Pencari keikhlasan...mohon saran dan kritiknya untuk artikel saya,nuhun. Monggo mampir di nandikawibowo.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Balada Cari Raja

23 Juli 2014   08:17 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:30 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

untuk Pertiwi

Dawai biola tua itu mulai beradu

dengan bow yang juga sama tuanya

tanda runtutan nada akan disajikan,

"Balada Cari Raja" judulnya

Grave:

Begitu sunyi senyap lambat intronya

Sejenak melenakan, tapi

audiens mu belum juga berpaling padamu

"Ah, mungkin masih sama dengan balada lima tahun lalu itu"

bisik seseorang di kursi belakang

Lirikmu masih berkisah

pada janji manis yang tak lagi manis

"Semanis-manis janji, tak bakal ada yang semanis bukti",

komentar orang bercaping itu

masih menguap audiensmu

Andante:

Gesekan dawaimu mulai menghangat seiring tempo bow-mu

ketika lirikmu bercerita tentang warna,

merah,putih,kuning,hijau,biru, hingga hitam

"Ini cerita baru",bisik orang di kursi belakang itu

dia ambil dan aduk kopi hitam seperti tertarik

Tetapi audiensmu masih saja

di luar teater kau show

Andantino:

Tempomu kau naikkan, tapi setengah saja

Lirikmu kini berkisah

sedikit epos Mahabharata,

kau munculkan mereka

Yudhistira,Bima,Arjuna,Nakula,Sadewa

Karna, Duryudana,Dursasana,

dan sederetan Kurawa lainnya

Tampil mencari mahkota Hastinapura

Tunggangan mereka bukan kuda

bukan pula kereta kencana, ceritamu

tapi hanya selembar bendera,

bendera warna

Rupanya audiensmu mulai fokus pada lirik baladamu

Allegro Vivace:

Gesekan bow-mu ternyata semakin cepat

Nyaris saja putus dawai biola itu

Riuh audiensmu mulai memenuhi teater itu

"Ini baru menarik!", teriak sesorang

saat lirikmu bercerita,

hanya Yudhistira dan Bima

yang akan berebut mahkota

Riuh teriakan dan tepukan audiensmu

seriuh negeri Hastinapura saat itu

Tak peduli hujan tak peduli kemarau

Tak peduli sumbang atau fals nadamu

Prestisimo:

Inilah klimaksnya,begitu cepat begitu tegang

ketika lirikmu berisi pertarungan Bima dengan Yudhistira

Beratus kawan, beribu ajian, berjuta gaman

bertarung di gelanggang itu, saling tabrak

"Bumi gonjang-ganjing,

langit kerlap-kerlip"

saat itu, kata saudara mungkin hilang di benak mereka

Yudhistira dan Bima

mungkin hanya mahkota saja

Allegro Vivace II:

Perlahan kau turunkan tempomu

ketika pertarungan itu nampak selesai

ketika gelanggang itu mulai hening

Yudhistira dan Bima dalam pertapaan

menunggu keputusan Dewa

siapa yang akan dapat mahkota

Meskipun Sengkuni, masih bisik-bisik sana sini

Meskipun Kresna, masih kompromi

Tapi Dewa masih pleno tentang mahkota

Prestisimo II:

Tiba-tiba kau percepat lagi tempomu

ketika Bima keluar dari pertapaanya,

dan memilih keluar dari gelanggang,sebelum Dewa memutuskan

ada apa gerangan???

Hastinapura kembali riuh redam

Grave II:

Kau jatuhkan tempo gesekanmu,perlahan

ketika Dewa keluar dari kahyangan, dan

bersabda bahwa Yudhistira yang punya mahkota

sedang Bima masih di luar gelanggang

ada apa gerangan??

Perlahan kau mundur dari panggung itu

masih memainkan tempo Grave

sedang balada mu belum fade out

sedang show mu belum rampung

Kau perlahan ke belakang,

karna tak tahu lanjutan balada mu

tak tahu tempo apalagi setelah Grave itu

sedang audiensmu masih menunggu

Teater Pilpres-14, NW, 23072014

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun