(2) Untuk menghormati jasa-jasa para leluhur yang telah berjasa membuka lahan (babat alas) sebagai tempat huni masyarakat sekaligus tempat untuk mencari kehidupan.
(3) Adanya pelaksanaan bersih desa dapat memperkuat solidaritas antar masyarakat satu dengan lainnya. Serta, terlestarikannya budaya-budaya asli daerah.
Tradisi tegal ndeso di kelurahan Putat Gede biasanya diiringi oleh gunungan hasil panen, dimana hasil panen ditata dengan rapi dicetakan berbentuk kerucut yang mirip gunung. Yang melambangkan atas syukur nya hasil panen selama setahun dan jika acara sudah memasuki puncak, setelah pembacaan do’a masyarakat sekitar akan mengambil / berebutan mengambil gunungan hasil panen tersebut.
Juga diiringi dengan ogoh ogoh dan sound untuk memeriahkan acara. Ogoh ogoh di gunakan untuk menghargai leluhur ataupun sesepuh. Tak lupa juga masyarakat nya juga mengenakan pakaian bernuansa kebudayaan dengan tema kearifan lokal.
Data Pustaka dan Lampiran
https://drive.google.com/drive/folders/1qIKbEIWBcbuYxxcxZxHo5sB38D2UIj0uÂ
Budiarti, Y., Rinda, D., & Puspito, A. (t.t.). Tula’an: Tradisi Bersih Desa Sebagai Sumber Pembelajaran IPS. 8(2).
Cathrin, S. (t.t.). TINJAUAN FILSAFAT KEBUDAYAAN TERHADAP UPACARA ADAT BERSIH-DESA DI DESA TAWUN, KECAMATAN KASREMAN, KABUPATEN NGAWI, JAWA TIMUR.
Nuraseh, S. (2023). Selamatan Bersih Desa sebagai Wujud Ucapan Syukur dalam Kontradiksi Budaya Jawa: Jaman Dahulu dan Sekarang. Sabdasastra : Jurnal Pendidikan Bahasa Jawa, 7(1), 146. https://doi.org/10.20961/sabpbj.v7i1.55261
Sundawa, D., & Wadu, L. B. (2021). Implementasi Nilai Karakter Religius dalam Tradisi Bersih Desa. Jurnal Moral Kemasyarakatan, 6(2), 77–82. https://doi.org/10.21067/jmk.v6i2.6488