Namun melalui peristiwa itu saya mendapatkan pelajaran yang berharga, yakni Pancasila, terutama sila pertama, harus dirombak besar-besaran! bukan secara tekstual formalistik, namun lebih pada pengaplikasian dan paradigma masyarakat. Contoh yang saya maksud adalah seperti jika aksi demo pada 4 November silam dapat menjadi contoh yang memalukan, maka melihat dari sudut lain kita dapat meninggikan martabat, mempertahankan agama dengan mempertahankan negara begitu pula sebaliknya, mempertahankan negara dengan mempertahankan agama.
Dalam sila pertama, kita sudah di wajibkan untuk memiliki keyakinan kepada Tuhan YME yang bersifat mutlak dan tidak langsung. Hal ini sesuai dengan asal mula Pancasila yakni berupa nilai-nilai agama , nilai-nilai kebudayaan, yang telah ada pada bangsa Indonesia sejak zaman nenek moyang, yang harus direalisasikan dalam setiap aspek penyelenggaraan negara untuk hidup dengan berpedoman nilai-nilai yang berasal dari Tuhan, dengan kata lainnya berpedoman dengan nilai-nilai agama. Namun tidak dapat terbantahkan lagi jika keberagaman agama maupun pemeluk agama di Indonesia merupakan sebuah kenyataan, kenyataan yang menuntut adanya kesadaran dari setiap pemeluk agama untuk menjaga keharmonisan hubungan antar umat beragama.
Maka dari itu sebagai umat yang berketuhanan kita harus berupaya menjamin keamanan dan keharmonisan agar Indonesia menjadi tempat tumbuh suburnya kehidupan beragama walaupun dengan keberagaman yang ada. Kita harus bisa taat dalam beragama namun juga waspada dan jeli akan ajakan, sikap, maupun tindakan provokasi, berpegang teguh pada nilai toleransi untuk mengurang kemungkinan terjadinya konflik yang mengatasnamakan agama.
keelah se'lai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H