Mohon tunggu...
Nanda Toyino
Nanda Toyino Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Hobi saya suka membaca buka

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Peran Kebudayaan Pendidikan Keluarga dalam Jiwa Nasionalisme

6 Desember 2022   09:39 Diperbarui: 2 Januari 2023   20:22 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PENTINGNYA PERAN KEBUDAYAAN PENDIDIKAN KELUARGA DALAM  JIWA NASIONALISME

Nanda toyino, Novianty Djafri

Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo

ABSTRAK

Pendidikan dan kebudayaan merupakan dua hal yang saling berkaitan. Dimana pendidikan selalu berubah dengan perkembangan kebudayaan. Karena pendidikan merupakan proses transfer nilai- nilai kebudayaan (pendidikan bersifat reflektif). Budaya berkembang melalui proses pendidikan yang tidak lepas dari peserta didik, lingkungan sosial, dan budaya masyarakat. 

Dalam kurikulum pendidikan terdapat pelajaran tentang keterampilan dan sikap, maka nilai kebudayaan harus ada didalam pendidikan. Kemudian sikap mempunyai nilai utama pada peserta didik yang bertujuan agar mereka dapat bersikap baik dilingkungan masyarakat. Tentu antara pendidikan dan budaya tidak bisa dipisahkan, budaya dengan pendidikan saling berkaitan. 

Dalam pendidikan, budaya sangat penting karena dapat mendukung pembelajaran siswa, dengan adanya budaya dalam pendidikan, potensi peserta didik semakin berkembang. Seni dan budaya dalam pendidikan bisa mengembangkan potensi anak didik agar tidak hanya cerdas secara intelektual akan tetapi juga mempunyai akhlak dan moral yang baik. Kata

Kunci : Pendidikan, Kebudayaan Peran Keluarga Dalam Membentuk dalam membentuk kebudayaan

Pendahuluan

Pendidikan merupakan disiplin ilmu yang terkait dengan proses pemeradaban, pemberbudayaan, dan pendewasaan manusia. Salah satu upaya untuk membangun dan meningkatkan mutu sumber daya manusia menuju era globalisasi yang penuh dengan tantangan, sehingga pendidikan merupakan sesuatu yang sangat fundamental bagi setiap individu. Manusia dan kebudayaan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, sementara itu pendukung kebudayaan adalah makhluk manusia itu sendiri. Sekalipun makhluk manusia akan mati, tetapi kebudayaan yang dimilikinya akan diwariskan pada keturunannya, demikian seterusnya. Pewarisan kebudayaan makhluk manusia, tidak selalu terjadi secara vertikal atau kepada anak-cucu mereka; melainkan dapat pula secara horizontal yaitu manusia yang satu dapat belajar kebudayaan dari manusia lainnya.

Kebudayaan dan komunikasi seperti sebuah koin yang memiliki dua sisi. Satu kesatuan yang saling mempengaruhi, memiliki hubungan erat, dan tidak bisa dipisahkan. Budaya membuat komunikasi semakin dinamis. Dan komunikasi membuat budaya menjadi lestari. Dalam kehidupan sehari-hari unsur budaya selalu melekat dalam diri kita dan segala interaksi yang kita lakukan, termasuk saat kita berkomunikasi. Sebuah pesan yang dikomunikasikan akan dimaknai dan dipersepsi melalui budaya yang dianut oleh para pelaku komunikasi, sehingga untuk menghasilkan komunikasi yang efektif diperlukan pemahaman terhadap budayabudaya yang dianut oleh para perilaku komunikasi.

Kita sebagai warga negara Indonesia yang memiliki beraneka ragam budaya menghadapi tantangannya tersendiri dalam berkomunikasi. Tidak jarang dalam keseharian kita harus berinteraksi dengan orang yang berbeda budaya. Di sinilah perlu adanya pemahaman tentang budaya-budaya lain, agar komunikasi bisa berjalan dengan lancar dan tidak terjadi kesalahpahaman.

Metode

Penelitian ini menggunaakan metode deskriptif kualitatif dengan studi yang berfokus pada Pendidikan, Kebudayaan dan peran Keluarga Dalam Membentuk dalam membentuk kebudayaan. Cara yang digunakan yaitu dengan menggunakan pendekatan studi literatur, yaitu pengkajian dan analisis kembali terhadap penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan perilaku organisasi publik. Penelitian dengan studi literature adalah penelitian yang menggunakan sumber dan metode pengambilan data dengan mengambil data dari pustaka, membaca, mencatat, dan mengolah bahan penelitian (Melfianora, 2019). 

Dengan metode tersebut kami melakukan analisis data dengan mengumpulkan literature dari artikel jurnal penelitian ilmiah yang terakreditasi nasional dan internasional lima tahun terakhir, informasi di internet, Dalam penarikan kesimpulan, peneliti menggunakan metode deduktif dengan menarik kesimpulan dari kesimpulan umum ke kesimpulan khusus. Peneliti membuat temuantemuan baru dalam studi kasus, temuan ini yaitu dalam bentuk hipotesa yang bisa digunakan untuk penelitian lanjutan.

Hasil dan pembahasan

Budaya atau kebudayaan berasal dari Bahasa Sansekerta, yaitu buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari Buddhi, yang diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata budaya diartikan sebagai: 1) pikiran, akal budi; 2) adat istiadat; 3) sesuatu mengenai kebudayaan yang sudah berkembang (beradab, maju); dan 4) sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar diubah.

Kebudayaan diyakini sebagai warisan dari orang dewasa kepada anak-anak. Bahwa manusia tidak dilahirkan dengan kebudayaan, tapi kebudayaan itu dipelajari oleh manusia sepanjang kehidupan. Proses belajar itu merupakan salah satu bentuk bawaan sosial yang dimiliki manusia sejak dia dilahirkan. Jadi, jika kita ingin mempelajari kebudayaan maka salah satu cara adalah mempelajari bawaan sosial dari sekelompok orang didalam kebudayaan tertentu. Salah satu kunci untuk menentukan komunikasi antarbudaya yang efektif adalah pengakuan terhadap faktor-faktor pembeda yang mempengaruhi komunikasi, apakah itu etnik, ras, atau kelompok kategori yang memiliki kebudayaan tersendiri (Alfatah Sibua, 2019:996). Berbagai kearifan lokal muncul sebagai bentuk respon mereka terhadap kondisi alam yang mereka temukan. Respon tersebut yang dalam perkembangan sejarah melahirkan pola-pola unik yang sangat mempengaruhi perkembangan sejarah dan kebudayaan masyarakat bersangkutan. Kebudayaan selalu berubah, karena kebudayaan merupakan sejarah manusia yang senantiasa memberikan bentuk-bentuk baru pada polapola yang ada. Perubahan budaya dapat terjadi secara internal maupun eksternal. Perubahan internal dapat disebabkan antara lain karena ketidakpuasan terhadap tatanan dan peraturan yang berlaku, kehadiran inventor dan inovator. Perubahan eksternal biasanya lebih terasa sebagai akibat atau dampak. Aspek budaya berubah dari waktu ke waktu menurut dua pola, yaitu percepatan budaya dan serbuan logistik. Dalam percepatan budaya, kemampuan manusia untuk mengendalikan lingkungannya meningkat pesat dan laju percepatan itu sendiri semakin cepat. Sebaliknya, logistik terburu-buru mengacu pada perubahan yang mulai perlahan, tiba-tiba mulai dengan cepat, kemudian kembali perlahan atau berhenti sama sekali. Ada berbagai pola perubahan yang sangat penting, antara lain pola evolusi, difusi dan akulturasi, pola dialektika, dan pola kontemporer industrialisasi dan modernisasi.

Pentingnya Peran Pendidikan dalam Kebudayaan

 Pendidikan dapat diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku individu atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia, melalui upaya pengajaran serta pelatihan. Secara filosofis, pendidikan adalah upaya mempersiapkan warga negara untuk memiliki dan merefleksikan seperangkat pengetahuan, nilai, dan tatanan yang dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat luas Pendidikan nasional harus benar-benar dapat menyiapkan generasi muda yang berkarakter, berkepribadian, beradab dan berbudaya, sehingga para generasi muda Indonesia dapat lebih mencintai kebudayaan bangsanya sendirin.Di dalam amanat Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional dengan jelas dikatakan, bahwa undang-undang tersebut di keluarkan dalam rangka memantapkan ketahanan nasional serta mewujudkan masyarakat maju yang berakar pada kebudayaan bangsa dan persatuan nasional yang berwawasan bineka tunggal ika berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Dengan kata lain pengembangan kebudayaan nasional Indonesia merupakan tanggung jawab dari semua warga indonesia, lebih-lebih lagi hal tersebut akan merupakan tugas dan tanggung jawab dari pranata sosial yang di sebut lembaga pendidikan nasional.

Dalam isi kurikulum saat ini sejumlah mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri. Mengacu pada nilai-nilai karakter yang dikembangkan oleh Pusat Kurikulum dan Pembukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dapat mengidentifikasi nilai-nilai pendidikan karakter yang terlihat baik dalam budaya sekolah maupun dalam pola interaksi pembelajaran (Heri Susanto, Ersis Warmansyah Abbas, M. Zaenal A. Anis, dan Helmi Akmal, 2021:173) Sudah menjadi pemahaman umum bahwa Indonesia adalah negara dengan nuansa multikulturalisme yang kental. Situasi ini membawa konsekuensi bahwa multikulturalisme harus dipahami oleh setiap warga negara termasuk kaum muda, khususnya peserta didik. Memberikan pemahaman yang benar tentang multikulturalisme berarti menghilangkan peluang disintegrasi suatu bangsa di masa depan (Johan Arifin & Heri Susanto, 2017:167).

Makna budaya dalam pendidikan, akan ditemukan bagaimana budaya daerah dan budaya nasional sangat bermakna dalam pendidikan baik dalam konsep otonomi maupun nasional sangat bermakna dalam pendidikan baik dalam konsep otonomi maupun nasional baik budaya lisan maupun budaya tulisan atau budaya materi atau nonmateri. Norma-norma dan nilai-nilai yang dimiliki oleh suatu kebudayaan merupakan potensi dasar pembentukan peserta didik yang cerdas intelektual, cerdas emosional, cerdas interpersonal dan intrapesonal. Keanekaragaman bahasa yang dimiliki oleh bangsa Indonesia akan menjadi alat interaksi didalam proses pendidikan. Bahasa Indonesia yang merupakan bahasa persatuan lahir dari keanegaragaman bahasa.

Pentingnya Peran Keluarga Dalam Membentuk Jiwa Nasionalisme Pada Generasi Muda

Nasionalisme Pada Generasi Muda Sikap cinta tanah air atau nasionalisme tumbuh dan berkembang berdasarkan kultur kebangsaan dan peran orang tua dalam mendidik anak-anaknya (Masfety et al., 2017). Orang tua dan lingkungan merupakan peletak kesadaran kebangsaan dan mental nasionalis generasi muda (Kusrina & Purwanto, 2021) hal ini juga sebagaimana yang diungkap oleh Ibu Kusnawati (39 Tahun) yang senantiasa melibatkan generasi muda mengenal budaya-budaya lokal, seperti mengikuti lomba mewarnai bendera, mengikuti lomba tujuh belas agustusan, mengikuti budayabudaya tradisional di wilayah tempat tinggal, dan mengajarkan anak-anak tarian tradisional di sekolah tempat dia mengajar. Selain itu beliau juga mengungkap dalam lingkungan keluarga, sangat perlu memperkenalkan budaya daerah suku sendiri baik itu lagu daerah, bahasa daerah, baju khas, makanan khas daerah, rumah hingga cerita rakyat yang berasal dari daerah asal orang tua. Hal ini adalah salah satu upaya untuk menanamkan nilai nasionalisme terhadap generasi muda yang saat ini mencintai bahkan meniru daripada budaya-budaya luar sehingga lupa terhadap budayanya sendiri. Salah satu budaya yang saat ini mewabah pada generasi muda di Indonesia adalah Korean Wave atau demam Korea.

Dalam peran menumbuhkan jiwa nasionalisme generasi muda, keluarga dan orang tua haruslah menjadi inspirasi dan tauladan bagi generasi muda dalam mencitrakan jiwa nasionalisme. Hal ini penting untuk menjadi patron integritas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara generasi muda dalam mewujudkan cita-cita dan mengembangkan nasionalismenya. Generasi muda diberikan ruang mengeksplorasi kemampuannya dalam masyarakat secara positif dengan mengarahkan mereka untuk aktif berorganisasi dilingkungannya. Hal ini untuk membuka wawasan genarasi muda dan mengajarkan mereka berjejaring. Salah satunya adalah aktif pada kegiatan karang taruna. Kegiatan ini sebagai salah satu upaya generasi muda menambah wawasan pengetahuan dan sosial untuk beradaptasi terhadap arus globalisasi yang berlangsung cepat. Oleh karena itu generasi muda harus responsif dengan lingkungan sebagai proses pembangunan berkelanjutan dan sebagai bagian dari civic engagement (Wadu et al., 2019). Dukungan dan dorongan orang tua sangat diperlukan dalam aktifitas kegiatan sosial masyarakat. Aktifitas sosial kemasyarakatan ini diharapkan membekali pengetahuan, keterampilan dan karakter generasi muda yang mengembangkan sikap positif seperti gotong royong, mengembangkan silahturahmi, melestarikan budaya sendiri dan toleran dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini sejalan dengan pernyataan Asep seorang mahasiswa berusia 20 Tahun yang menyatakan bahwa organisasi memberi ruang untuk generasi muda memiliki jaringan luas, menambah wawasan serta mengembangkan sikap kebangsaan dan solidaritas, dibutuhkan kerjasama dan dukungan orang tua terkait hal ini.

Kesimpulan

Pendidikan dan kebudayaan merupakan dua hal yang saling berkaitan. Dimana pendidikan selalu berubah dengan perkembangan kebudayaan. Kebudayaan selalu berubah, karena kebudayaan merupakan sejarah manusia yang senantiasa memberikan bentukbentuk baru pada polapola yang ada. Perubahan budaya dapat terjadi secara internal maupun eksternal. Perubahan internal dapat disebabkan antara lain karena ketidakpuasan terhadap tatanan dan peraturan yang berlaku, kehadiran inventor dan inovator. Perubahan eksternal biasanya lebih terasa sebagai akibat atau dampak. Aspek budaya berubah dari waktu ke waktu menurut dua pola, yaitu percepatan budaya dan serbuan logistik.

Disamping mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dari suatu generasi ke generasi lain. Proses pendidikan berfungsi untuk membentuk pribadi-pribadi yang kreatif yang menjadi penggerah serta pengembang dan jaringan kebudayaan dimana dia hidup. Dalam hal ini pendidikan dan kebudayaan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Kebudayaan suatu masyarakat akan mempengaruhi proses pembentukan kepribadian seorang individu dalam pendidikan. Dalam konsep ini, pendidikan tidak hanya diidentikkan sebagai kegiatan sekolah, tetapi juga proses pembudayaan dalam keluarga dan masyarakat. Secara sederhana upaya tersebut dapat dilakukan dengan menumbuhkan persepsi positif terhadap keragaman budaya. Hal ini penting karena inti dari masyarakat multikultural adalah kemauan untuk menerima dan menghargai budaya lain yang tercermin dalam persepsi tentang keragaman budaya (Heri Susanto, 2017:127-128).

Daftar referensi

ASYARI, Daniar; DEWI, Dinie Anggraeni. Peran Pendidikan Kewarganegaraan bagi Generasi Milenial dalam Menanamkan Jiwa Nasionalisme Di Era Globalisasi. Jurnal Pendidikan Dan Konseling (JPDK), 2021, 3.2: 30-41.

Irayanti, I., Yasin, U., Afrilistiani, M., & Indraswari, R. N. (2022). Peran Keluarga Dalam Menumbuhkan Jiwa Nasonalisme Generasi Muda. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, 12(01), 21-25.

Setiaji, Bayu Pratama. "PERAN KEBUDAYAAN DALAM PENDIDIKAN." (2022).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun