Mohon tunggu...
Sri Handayani
Sri Handayani Mohon Tunggu... Perawat - Nanda Sri Handayani

Hidup singkat, berbahagialah dengan tidak membuat orang lain menderita

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Beginilah Baduy

21 Mei 2020   23:30 Diperbarui: 21 Mei 2020   23:34 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Suku baduy... 

Itu namanya

Puun

Itu panggilan mereka kepada kepala adat

Tidak ada aliran listrik 

Tidak ada teknologi 

Rumahnya saja dari kayu dan tali

Aku terus berjalan melintasi rumah-rumah adat

Sejuk, asri dan damai

Rasanya aku terbang

Perempuan cantik dibalut kain putih dan hitam

Aku termenung dan batin ku berkata

"Aku gagal menjadi perempuan kota"

Lentik jemari tangan mengayun tenun yang dibuatnya

Entah bagaimana aku merasakan lelah

Ransel yang kupikul pun tak ada rasanya

Berjalan terus berjalan

Anyaman daun, daun kelapa dan ilalang tua indah sekali

Mengumpat - umpat aku membelinya

Aku di kejutkan kembali dengan laki - laki

Nan gagah, bersuara lantang, tak beralas kaki

Entah mantra apa yang ia katakan

Tanpa alat apapun ia mampu membuat ku tercengang

Pohon menjulang tinggi dinaikinya tanpa jeda

Lebah beterbangan.... 

Madu asli di tanganku

Madu asli? ....

Inilah yang orang - orang cari dan kemari untuk mendapatkannya

Melanjutkan perjalanan, terus berjalan 

Tak di sangka langit mulai gelap

Malam dengan segala bisu

Ditemani aku dengan lampu lencana dari api

Eits... Ini bukan lilin

Mana mau mereka menggunakannya

Tidak ada riuh piuh suara bising mobil dan motor 

Yang ada hanya suara binatang - binatang hutan

Berlomba semarakkan suaranya ....

Rasa senang bercampur panik 

Aku gelisah tak beraturan

Entah kapan tak tau aku tertidur 

Hingga aku disadarkan oleh perempuan yang sudah ada disebelahku

Sopan, santun, dan berparas cantik

Tak hanya oleh perempuan itu

Aku mendengar riuh piuh lain di luar

Kali ini bukan suara binatang 

Dengan rasa penasaran , aku segera menemui suara itu

Ternyata mereka sudah berkumpul untuk gotong royong 

Ini masih sangat pagi

Aku saja tak tau matahari mengumpat dimana

Tapi aku harus segera membantunya

Diajaknya aku apapun yang mereka lakukan

Hmm.... Lagi - lagi mereka bungkam dengan mantra yang sering mereka ucapkan

Hari itu aku harus kembali pergi ke kota

Di bekalinya aku hasil panen yang mereka olah sendiri 

Berjuta senang yang aku rasakan 

Melambai tangan dan ucapan terimakasih 

Itu yang aku katakan 

Dan aku melontarkan kata

"Selamat Tinggal Baduy"

Oktober, 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun