Suku baduy...Â
Itu namanya
Puun
Itu panggilan mereka kepada kepala adat
Tidak ada aliran listrikÂ
Tidak ada teknologiÂ
Rumahnya saja dari kayu dan tali
Aku terus berjalan melintasi rumah-rumah adat
Sejuk, asri dan damai
Rasanya aku terbang
Perempuan cantik dibalut kain putih dan hitam
Aku termenung dan batin ku berkata
"Aku gagal menjadi perempuan kota"
Lentik jemari tangan mengayun tenun yang dibuatnya
Entah bagaimana aku merasakan lelah
Ransel yang kupikul pun tak ada rasanya
Berjalan terus berjalan
Anyaman daun, daun kelapa dan ilalang tua indah sekali
Mengumpat - umpat aku membelinya
Aku di kejutkan kembali dengan laki - laki
Nan gagah, bersuara lantang, tak beralas kaki
Entah mantra apa yang ia katakan
Tanpa alat apapun ia mampu membuat ku tercengang
Pohon menjulang tinggi dinaikinya tanpa jeda
Lebah beterbangan....Â
Madu asli di tanganku
Madu asli? ....
Inilah yang orang - orang cari dan kemari untuk mendapatkannya
Melanjutkan perjalanan, terus berjalanÂ
Tak di sangka langit mulai gelap
Malam dengan segala bisu
Ditemani aku dengan lampu lencana dari api
Eits... Ini bukan lilin
Mana mau mereka menggunakannya
Tidak ada riuh piuh suara bising mobil dan motorÂ
Yang ada hanya suara binatang - binatang hutan
Berlomba semarakkan suaranya ....
Rasa senang bercampur panikÂ
Aku gelisah tak beraturan
Entah kapan tak tau aku tertidurÂ
Hingga aku disadarkan oleh perempuan yang sudah ada disebelahku
Sopan, santun, dan berparas cantik
Tak hanya oleh perempuan itu
Aku mendengar riuh piuh lain di luar
Kali ini bukan suara binatangÂ
Dengan rasa penasaran , aku segera menemui suara itu
Ternyata mereka sudah berkumpul untuk gotong royongÂ
Ini masih sangat pagi
Aku saja tak tau matahari mengumpat dimana
Tapi aku harus segera membantunya
Diajaknya aku apapun yang mereka lakukan
Hmm.... Lagi - lagi mereka bungkam dengan mantra yang sering mereka ucapkan
Hari itu aku harus kembali pergi ke kota
Di bekalinya aku hasil panen yang mereka olah sendiriÂ
Berjuta senang yang aku rasakanÂ
Melambai tangan dan ucapan terimakasihÂ
Itu yang aku katakanÂ
Dan aku melontarkan kata
"Selamat Tinggal Baduy"
Oktober, 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H