Nama: Nanda Mutiara Ratnadewita
NIM: 43221010027
Dosen: Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak
Kampus: Universitas Mercu Buana
Apa itu sadulur papat lima pancer?
Dalam dunia kejawen yakni ada sebuah filosofi kehidupan yang dikenal sedulur papat limo pancer yang berarti anntar jagat kecil(manusia) dengan jagat besar (alam semesta). Sedulur papat limo pancer kebanyakan orang menganggap sebagai salah satu kearifan lokal yang dianggap mitos karena keberadaan sedulur papat limo pancer ini tidak dapat dibuktikan secara ilmiah. Sedulur papat limo pancer adalah istilah yang berasal dari kota Jawa, namun konsepnya dapat ditemukan di hampir setiap nusantara dalam berbagai ungkapan, salah satunya adalah 'khodam'.
Namun, dalam pemikiran jawa khususnya yang menganut percaya bahwa setiap manusia yang lahir kedunia ini tidak sendirian. Setap manusia memiliki penjaga yang mendampingi kita didunia, yang dikenal Sadulur Papat Limo Pancer. Kakang Kawah (anak sulung), Getih (darah), tali pusar, Adhi Ari-Ari (bungsu). Pendamping-pendamping tersebut berpusat kepada pancer yang kelima (limo) yaitu manusia itu sendiri.
Kedalaman makna ini tidak cukup hanya dilihat dari sudut pandang filologis atau antropologis, tetapi harus diambil pendekatan lain yang lebih tepat. Dalam filosofi Jawa, ketika seseorang dilahirkan dari rahim, seseorang harus membawa cairan ketuban, plasenta, darah, dan plasenta. Orang Jawa percaya bahwa keempat benda ini menemani kehidupan manusia dan selalu hidup sejak lahir sampai mati.
Budaya Jawa mengajarkan hubungan yang harmonis antara makrokosmos dan mikrokosmos. Konsep pertama diterjemahkan sebagai alam semesta Gedhe, atau alam semesta dengan tatanannya sendiri yang diatur oleh kekuatan gaib sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Penguasa (dijabat oleh raja pada waktu itu) berkewajiban untuk menjaga hubungan yang harmonis dengan kekuatan gaib agar tidak terjadi guncangan hebat di bumi.
Semua agama percaya bahwa hidup atau mati seseorang ditentukan oleh Tuhan. Dalam kehidupan ini, selain dunia material, juga terdapat metafisika, yang disebut mikrokosmos dalam kepercayaan Hindu, dengan menggabungkan 'sedulur papat' di atas berupa bumi/bumi sebagai bagian dari empat kiblat alam berupa tanah,air, api dan angin. Yang kelima adalah diri manusia itu sendiri
Konsepsi ini tentu sesuai dengan ajaran semua agama di Nusantara, yang percaya bahwa manusia hidup dan mati, bahwa hidup dan mati seimbang oleh bumi, api, air dan angin. Siapapun yang mengingkari Sedulur Papat otomatis mengingkari kehidupan.
Macam-macam sadulur papat lima pancer:
Sadulur papat lima pancer dimensi, ruang dan waktu
- Weton Utama: Kliwon. Kliwon artinya kehilangan.
- Tanah (Utara), Wage atau arah utara maka ada hari pasar Wage. Wage artinya rintangan atau mendapati banyak halangan.
- Geni_Api (Selatan), Pahing atau arah selatan maka ada hari pasar "Pahing". Pahing artinya Rezeki atau banyak mendapatkan rezeki.
- Udara (Timur), Legi atau arah Timur maka ada hari pasar "Legi". Legi artinya Nasehat atau meninggikan tujuan baik.
- Air (Barat), Pon atau arah barat maka ada hari pasar "Pon". Pon artinya Selamat atau mengutamakan keselamatan
Kiblat Papat Lima Pancer menjadi salah satu landasan filosofi Jawa dan berkembang dengan standar (aturan) yang berbeda dalam situasi kehidupan yang berbeda. Filosofi di atas mengacu pada istilah Jawa Pancer kiblat Papat. Dalam bahasa Indonesia, Papat Kiblat berarti empat arah utama Timur, Selatan, Barat dan Utara, dengan lima pancey yang berada di tengahnya. Di atas juga bisa menjadi konsep pasar atau aturan pada zaman Jawa yaitu Pasar Regi (Timur), Pahin (Selatan), Pon (Barat), Loan (Utara), Kriwong (Tengah/Tengah).
Sadulur Papat Lima Pancer Penyatuan Dunia, Jiwa dan Simbol
- Utara; warna hitam; artinya bisanya suka makan enak atau isi perut, ngomongin orang, mengkritik, mencari kesalahan orang lain.
- Selatan; berwarna merah; artinya suka berebut berantem dan konflik, tidak harmonis, antagonis.
- Timur; warna putih; artinya suka kekayaan materi, property dan kepemilikan, wanita, tahta, harta tapi lupa asal usul, egoism.
- Barat; warna kuning; artinya suka pada metafisik, beda pusaka, ilmu kanuraga, bakar kemenyan, makhluk gaib di tempura 4 sungai.
Berdasarkan sifat/ unsur dalam islam ada 4 yaitu:
- Keserakahan , ada hubungannya dengan naluri dasar manusia. Keinginan untuk makan, minum, dan memakai pakaian. Hal ini konon disebabkan oleh pengaruh unsur tanah, yaitu unsur yang menyusun tubuh manusia. Manusia pada umumnya memiliki rasa serakah dan al-ahmah. Oleh karena itu, jika nafsu tidak terkendali, orang mungkin ingin hidup sukses selama tujuh generasi
- terkait dengan keinginan duniawi seperti Keinginan ini sesuai dengan sifat udara, elemen yang membentuk tubuh. Sifat udara adalah mengisi ruang itu selama masih ada (ruang kosong). Keinginan ini juga dikaitkan dengan kecantikan, seperti: Wanita (Percintaan)
- Kemarahan dikaitkan dengan keinginan, harga diri, kemarahan, emosi, dan banyak lagi. Keinginan ini konon dipengaruhi oleh sifat panas yang hebat yang membentuk tubuh manusia. Wajar jika seseorang hanya mengutamakan amarah, ia akan selalu merasa berada di atas angin, akan terus berjuang dan melawan, dan pada akhirnya akan menjadi marah. Karena itu kesabaran adalah alat untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT
- Muthmainah/Kebajikan adalah keinginan untuk kebaikan. Keinginan ini konon dipengaruhi oleh sifat-sifat air yang membentuk tubuh manusia. Tentu saja, keinginan ini adalah suatu kebajikan atau kebajikan, tetapi ketika melewati batas, itu tetap tidak baik. Contoh: Memberi uang kepada orang yang membutuhkan itu baik, tetapi jika kita memberikan semua uang kita untuk merugikan diri kita sendiri, itu jelas tidak baik.
Setelah Islam masuk ke Jawa, keimanan kepada empat bersaudara ini dipadukan dengan empat malaikat Jibril, Israfil, Mikail dan Izrail. Keempat malaikat ini juga terkenal di dunia Yahudi dan kristiani. Sistem empat bersaudara ini diidentifikasi oleh kelompok sufi tertentu dengan empat kualitas keinginan: nafsu amarah, lawmanah , sufiah dan mutmainnah. Dan ini lebih tepatnya/konsisten dengan hakikat kekuasaan, akal/kecerdasan, ruh (yang berada di jalan kebenaran), dan kesucian. Sistem empat bersaudara ini lebih mudah dipahami dan tampaknya didasarkan pada sistem empat malaikat. Karena fungsi keempat malaikat itu menyangkut perlindungan manusia (yang tentunya tidak sembarangan).
Sadulur Papat lima pancer : tubuh,jiwa dan simbol
- Lobang Hidung disimbolkan wilayah Timur, berwarna putih; sukma purba, dihuni oleh Batara Bayu; atau teks Suda Wiwitan Sang Hyang Wening_Wisnu
- Telinga disimbolkan wilayah Barat, berwarna kuning; dihuni batara Sambu atau teks Sunda Wiwitan Sang Hyang Wenag_Brahma
- Bibir dan Mulut disimbolkan wilayah Selatan, sukma wasesa, berwarna merah suka rebutan, berantem, dan konflik, dihuni oleh Batara Brahma atau teks Sunda Wiwitan Sang Hyang Guring Tunggal_Sang Hyang Guru Siwa.
- Mata disimbolkan wilayah (Utara), berwarna hitam, sukmanya langgeng, dihuni oleh Batara Sriten, atau teks Sunda Wiwitan Sang Hyang Tunggal_Mandala Agung.
Dengan 4 pancer ini memungkinkan untuk dipahami menjadi kenyataan jika dibantu oleh unsur kelima yaitu "Sang Hyang Batara Kala" atau "Waktu".
Sadulur papat lima pancer : materi,jiwa dan symbol
- Utara, simbol tali pusar, Sega Cemeng (hitam): Nasi terbuat dari nasi putih yang dicampur dengan jelaga hingga berwarna hitam dan dibentuk tumpeng. Sego cemeng dimaksudkan untuk mengetahui atau menghormati sedulur yang berada diarah utara (puser)
- Selatan, simbol darah, sego abang atau merah : dibuat dari nasi putih yang dicampur gula jawa sehingga berwarna merah dan dibentuk tumpeng nasi merah ini dimaksudkan untuk mengetahui atau menghormati sedulur yang berada dirah selatan (getih).
- Timur, simbol kakang kawah, sego putih: nasi yang dibentuk tumpeng dan disajikan tanpa lauk pauk. Sega putih dimaksudkan untuk mengetahui dan menghormati sedulur yang ada di arah timur (Kakang Kawah).
- Barat, simbol ari – ari, sego kuning: Nasi terbuat dari nasi putih yang dicampur dengan kunyit hingga berwarna kuning dan dibentuk tumpeng. Sego kuning dimaksudkan untuk mengetahui atau menghormati sadulur yang berada di arah barat (Ari-ari).
Pemberian sajen di atas biasanya juga diiringi dengan puasa weton sedulur papat limo pancer. Adapun untuk detail ritual atau prosesi tidak bisa kami jabarkan di sini karena akan sangat panjang sekali dan tidak sembarang orang bisa melakukannya Namun apabila seseorang ingin selalu dijaga, diingatkan, atau dikendalikan dari keinginan dan pengaruh jahat maka orang tersebut wajib menyapa keempat sedulur yang ada di masing-masing arah penjuru angin.
Sadulur Papat Lima Pancer : Nang, Ning, Nung, Neng, Gung.
Sadulur Papat Lima Pancer adalah bunyi atau bunyi estetika musik gamelan "Nang Ning Nung Neng Gung" sebagai cita rasa (rahsa/roso) yang sempurna dalam setiap ritual kehidupan manusia Jawa kuno.
“Nang” artinya wenang atau tenang. Pada tahap ini, membangunkan kesadaran batinnya dan berkonsentrasi untuk mematikan kesadaran batinnya dan berkonsentrasi untuk mematikan kesadaran tubuhnya untuk menangkap dan menyesuaikan frekuensi “gelombang “ ilahi.
“Ning” artinya keheningan, seseorang mencoba untuk membungkam daya kratif (pikiran) agar terhubung dengan daya rahsa sejati yang menjadi sumber cahaya yang suci.
“Nung” artinya ketenangan atau kebesaran pikiran dan jiwa, dan dalam bentuk konkrit bermakna utama, bagi siapapun yang melakukan Nanglalu berhasil menciptakan Ning, maka akan kesinungan untuk mendapatkan anugerah agung dari tuhan yang maha esa.
“Neng” artinya daya cipta atau kemampuan totalitas jiwa, jika wenang atau tenang berarti awal mula dan prosesnya heneng adalah tujuan dan hasil.
“Gung” artinya kemuliaan tuhan sebagai segala sesuatu. Hal ini dapat terjadi setelah ia mampu melepaskan semua ikatan material ego dan duniawi melalui empat tahap sebelumnya, yaitu “ Nang, Ning, Nung,Neng,Gung”. Karena itu ia mampu menjalani kehidupan yang mulia dengan memberi manfaat bagi semua makhluk hidup dan alam semesta (Ramatan Lil Alamin).
"Nang Ning Nung Neng Gung", menyatakan kehidupan manusia ada dalam siklus dan berreinkarnasi menuju "kekembalian hal yang sama secara abadi".
Filosofi Sedulur Papat Lima Pancer merupakan falsafah Jawa kuno yang memiliki makna spiritual yang dalam. Lima elemen dasar filosofi ini menceritakan kelahiran manusia (anak) yang tidak terpisahkan dari empat citra yang menyertainya. Reproduksi diartikan sebagai sedulur (saudara) yang tidak terlihat yang menyertai kehidupan seseorang sejak lahir sampai mati.
Contoh kebudayaan masyarakat di Jawa adalah menghargai kelahiran manusia. Kehidupan seseorang mempunyai arti sejak lahir hingga ia mati, yaitu
- Watman
Rasa cemas atau khawatir, biasanya dari seorang ibu yang hendak menantikan sang buah hati lahir. Sang ibu harus memperjuangkan antara hidup dan mati. Watman bisa juga di bilang kakak atau saudara tertua yang sikap utamanya adalah hormat khususnya kepada sang ibu yang telah melahirkan dan menjaga kita selama dalam kandungan hingga lahir ke dunia.
- Wahman
Biasa di bilang air ketuban, air ketuban yang melindungi sang bayi di dalam kandungan ibu nya
- Rahman
Atau bisa di bilang darah persalinan. Darah juga mempunyai arti yaitu kehidupan atau nyawa, darah mempunyai gambaran tentang kesehatan jasmani seseorang
- Ariman
Yaitu ari ari, ari ari juga mempunyai fungsi sebagai penyalur makanan untuk bayi yang di salurkan dari sang ibu
Mengapa Sadulur Papat Lima Pancer itu ada?
Alasan adanya Sadulur Papat Lima Pancer yaitu :
- "Sadulur Papat" berperan sebagai energi potensi atau energi aktif dan pancer adalah pengendali kesadaran.
- Sadulur Papat Lima Pancer adalah saudara penolong dalam mengarungi kehidupan hingga seseorang kembali lagi pada sang pencipta.
Sedulur Papat juga menggambarkan unsur-unsur dasar manusia: cipta, rasa, karsa dan karya. cipta berarti pikiran atau sumber dari semua ide logis, imajinasi, kreativitas, dan ambisi. Rasa berarti emosi yang dipicu oleh peristiwa dan pengalaman hidup. Khalsa berarti kemauan atau niat berupa motivasi pribadi untuk melaksanakan suatu keputusan atau rencana. Dan pekerjaan dan perilaku merupakan aspek psikomotorik individu yang berwujud konkret sehingga dapat diwujudkan dan mempengaruhi lingkungannya.
Cipta, Rasa, karsa, dan Karya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Keempat unsur tersebut terkandung dalam ranah yang dilambangkan dengan sosok ksatria, yang dikenal sebagai identitas pribadi atau identitas manusia. Manusia ideal adalah manusia seutuhnya yang kreativitas, rasa, karsa, dan karyanya bekerja selaras untuk memenuhi fungsinya masing-masing dan bekerja sama menuju cita-cita yang lebih tinggi. Oleh karena itu jelas bahwa ada hubungan yang cukup besar antara ksatria dan Punakawang. Karakter ksatria tumbuh subur dalam hidup dan mencapai cita-cita ideal jika bertumpu pada pikiran (cipta) yang jernih, hati yang tulus (rasa), kemauan dan keteguhan hati (karsa), serta kemauan untuk bekerja keras (karya). Dengan demikian lambang kesatria dan keempat abdinya menyerupai ``ngelmu'' sedulur papat lima pancer. Sedulur papat adalah Punakawan dan kelima Pancer adalah ksatria.
Sedulur papat adalah wali yang perlu dijaga (dipahami), dan diajak berkomunikasi secara batiniah dengan masyarakat. Dalam kepercayaan batin ini, sebagian orang berkomunikasi dalam bentuk keselamatan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan melalui dialog dengan Sedur Papat. Pelaksanaan fisik dapat berupa pembacaan doa dan salam pada tumpeng, bunga setaman, dll.
Bagaimana filosofi Sadulur Papat Lima Pancer diterapkan dalam kehidupan manusia?
Contoh Penerapan dari Filosofi Sadulur Papat Limo Pancer dalam kehidupan sehari- hari yaitu:
-Berbakti dan hormat kepada Orang Tua kita terutama kepada seorang ibu yang telah melahirkan kita
-Bersedakah dengan ikhlas kepada orang yang kurang mampu
-Belajar lebih giat untuk mendapatkan nilai yang lebih baik untuk mencapai cita - cita
-Rajin beribadah untuk selalu ingat kepada sang pencipta karena manusia akan kembali lagi kepada-Nya
Sumber :
Prof Dr Apollo-CIFM, C. (2022, Oktober). Kajian Filsafat Mental Jawa Kuna. Modul Kuliah 8 & 9 Sub-CPMK 4. Jakarta, Banten, Indonesia.
https://www.academia.edu/41231187/Sedulur_Papat_Limo_Pancer
https://rmol.id/read/2021/09/01/502608/nang-ning-nung-neng-gung
Jabar, L. N. (2020, February 3). Membongkar Misteri Sedulur Papat Limo Pancer. Itnnujabar.or.id. Diakses pada 23 Oktober 2022 https://ltnnujabar.or.id/membongkar-misteri-sedulur-papat-limo-pancer/6/
https://unnes.ac.id/gagasan/memayu-hayuning-bawana
Raharjo, T. (2012). Kiblat Papat Lima Pancer.
https://123dok.com/article/ajaran-kiblat-papat-pancer-kajian-teori-kajian-teori.y6om235y
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H