Tanah merupakan salah satu sumber daya utama sistem pertanian berkelanjutan. Kesehatan tanah sangat menentukan produktivitas pertanian dan keberlanjutan ekosistem. Tiga faktor utama yang sering diperhatikan dalam pengelolaan tanah adalah pH tanah, kandungan bahan organik, dan keseimbangan unsur hara.
 Ketiga faktor tersebut saling bergantung satu sama lain untuk menjamin keberlanjutan dan produktivitas lahan pertanian. Artikel ini akan membahas pentingnya pengelolaan pH tanah, bahan organik, dan unsur hara untuk menciptakan sistem pertanian berkelanjutan.
1. Mengelola pH tanah
PH tanah adalah ukuran keasaman atau kebasaan tanah yang mempengaruhi kemampuannya dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman. PH tanah yang ideal biasanya antara 6 dan 7, tergantung jenis tanamannya. Jika pH terlalu asam atau terlalu basa, tanaman akan kesulitan menyerap unsur hara meskipun unsur hara tersebut tersedia di dalam tanah.
Keasaman tanah sering kali disebabkan oleh penggunaan pupuk nitrogen, pencucian unsur hara, dan pengaruh curah hujan yang tinggi. Sebaliknya, tanah alkalin terdapat di daerah kering atau semi kering, dimana mineral alkali terakumulasi di permukaan tanah.
Pengelolaan pH tanah dapat dilakukan dengan beberapa cara:
Pengapuran: Kapur dolomit atau kalsit sering digunakan untuk menaikkan pH tanah yang terlalu asam. Kapur jenis ini tidak hanya menetralkan keasaman tetapi juga menambah kalsium dan magnesium pada tanah.
Penambahan unsur sulfur atau bahan organik yang bersifat asam: Untuk tanah yang bersifat basa, penambahan unsur sulfur atau bahan organik yang sangat asam dapat membantu menurunkan pH.
Pengamatan Reguler: Pemantauan pH tanah dengan alat uji pH atau analisis laboratorium penting dalam menentukan metode pengolahan yang tepat.
Dengan pH tanah yang optimal, tanaman akan menyerap unsur hara dengan lebih efisien, mengurangi kebutuhan penggunaan pupuk sintetis yang berlebihan dan mengurangi dampak terhadap lingkungan.
2. Kandungan bahan organik