Sejumlah keluarga bahkan hanya punya 1 ponsel untuk beberapa anak mereka. Tak jarang anak-anak harus menunggu orang tuanya pulang untuk mengunduh tugas. dan adapula seorang siswa sd yang harus bekerja sendiri hingga malam hanya agar bisa membeli handphone tanpa harus menyusahkan orang tua merka
Bukan hanya itu, kewajiban kami sebagai mahasiswa pun kerap kali bersautan dengan kewajiban kami sebagai anak di rumah. Sebelum masuk dalam pembahasan selanjutnya, terlebih dahulu saya ucapkan permintaan maaf apabila pihak-pihak terkait yang akan saya bahas di bawah ini merasa tersinggung dengan kata-kata dan keluhan yang saya tuliskan.
Ada beberapa hal yang saya pribadi rasakan dari kuliah / belajar daring ini dilakukan mulai Dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore tiada habisnya menatap layar laptop/handphone.
Belum lagi untuk mengerjakan tugas dengan batas waktu tidak sampai 1 minggu dan parahnya ada juga beberapa yang hanya diberi waktu di hari yang sama sampai jam 12 malam padahal tugas tersebut tidak hanya semata mata sedikit atau jika dicari di google ada. adanya bentrokan peranan sosial antara peran sebagai mahasiswa dan peran sebagai anak serta terkadang ada bentrok terhadap peran di masyarakat. kurangnya waktu untuk berkumpul dengan keluarga dan untuk diri sendiri.
Setiap hari terus berulang seperti itu sampai pada akhirnya  saya merasa, ada beban Bahkan saya pernah berada pada titik dimana saya ingin sekali marah, menangis karena rentetan tugas yang tiada henti, kurangnya waktu tidur, mata minus yang semakin parah, ditambah lagi keseharian menjalani tugas di rumah sebagai anak yang tentunya masih harus berbakti membantu ini dan itu. Terkesan klise dan terlihat seperti dilebih-lebihkan.
Terlepas dari kecanggihan teknologi dalam memudahkan pembelajaran jarak jauh, tentu masih banyak kendala yang kami hadapi selama proses pembelajaran berlangsung. Kendala tersebut diantaranya adalah masalah kestabilan jaringan yang seringkali membuat beberapa dari kami tertinggal ketika melakukan pembelajaran via zoom dan google meet.
Masalahnya, ketertinggalan dalam aplikasi tersebut apabila telah selesai tidak ada lagi jejak materi pembahasan seperti yang ada dalam aplikasi WhatsApp dimana kami masih bisa mendengarkan penjelasan dosen di voice note setelah jaringan membaik.
Kuliah daring yang awalnya saya pikir bisa lebih banyak memanfaatkan waktu di rumah ternyata tidak semulus seperti apa yang saya bayangkan. Hiburan di rumah selama pandemi nyatanya tidak banyak kami nikmati ketika beban-beban tugas mulai membayangi kepala.Â
Kepenatan sehari-hari yang saya rasakan selama proses daring di masa pandemi ini pun susah mendapat waktu luang untuk sekadar menikmati ketenangan membaca dan menulis karya sastra yang telah lama saya gemari. Padahal di sisi lain sebagai manusia, kita sangat butuh yang namanya me time atau waktu luang untuk diri sendiri.
Pada masa pandemi ini, sangat dianjurkan bagi kita untuk bisa mengelola strees agar imunitas tubuh tetap terjaga dalam kondisi normal. Sehingga sedikit kemungkinan untuk bisa terpapar covid 19. Dilansir dari Psychology Today, psikolog Sherrie Bourg Carter, PsyD menyebut beberapa manfaat me time, di antaranya:
1.Memberikan kesempatan otak untuk beristirahat, menjernihkan pikiran, mengurangi stres, sekaligus merevitalisasi tubuh
2.Meningkatkan konsentrasi dan produktivitas karena pikiran jadi lebih jernih
Bisa mengetahui apa yang benar-benar diinginkan diri sendiri dan lebih mengenal diri sendiri
3.Dapat kesempatan untuk berpikir lebih mendalam sehingga bisa lebih efektif untuk memecahkan persoalan