Mohon tunggu...
Nanda Ilham
Nanda Ilham Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Jember

Saya sebagai Mahasiswa Hubungan Internasional tertarik dengan isu-isu Internasional yang terjadi di dunia dan juga sejarah dunia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Status Superpower Britania Jatuh, Poundsterling Tetap Kuat

26 Maret 2024   20:42 Diperbarui: 26 Maret 2024   20:42 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Britania Raya telah menjadi kekuatan superpower sejak abad ke-18, terutama setelah Perang Napoleon yang menurunkan posisi superpower Prancis dan menaikkan posisi superpower Britania Raya. 

Sejak menjadi superpower, Britania memiliki perekonomian yang paling kuat di dunia yang didukung dengan banyaknya koloni yang dimiliki sementara Amerika Serikat masih berada di fase pasca-kemerdekaan dan perang sipilnya yang membuatnya tidak siap menjadi superpower ekonomi dunia. 

Britania Raya juga mengkonsolidasikan kekuatan ekonomi juga dengan memonopoli perdagangan bukan hanya di koloni-koloninya, tetapi juga negara-negara independen yang lebih lemah ekonominya seperti Dinasti Qing Tiongkok dan Jepang sebelum pengembalian Kaisar Meiji. Tentunya, Britania Raya menjalankan itu semua dengan memanfaatkan mata uangnya sendiri yang dikenal sebagai Poundsterling

Sama seperti negara-negara Eropa lainya pada abad ke-14an, Britania Raya yang kala itu hanya dipanggil Inggris sebelum bergabungnya Skotlandia dan Irlandia menggunakan sistem perekonomian Romawi. 

Sistem ini memberlakukan penggunaan mata uang koin sebagai alat tukar dalam perekonomian. Asal dari simbol  yang menjadi lambang Poundsterling pertama kali muncul di abad pertengahan yang diinspirasi oleh sistem keuangan Charlemagne di Prancis dan Jerman saat itu dengan menggunakan dua macam logam, perak dan emas. 

Ketika Inggris dikuasai oleh raja-raja Normandia, terjadi standarisasi mata uang dan berakhirnya pencetakkan mata uang yang desentralis. Namun,  belum secara resmi memiliki nama Poundsterling hingga pada tahun 1489 dibawah Raja Henry VII dalam bentuk koin dan kemudian dalam bentuk kertas pada tahun 1694 setelah terbentuknya Bank of England

Semenjak itu, Poundsterling menjadi mata uang resmi Inggris dan kemudian Britania Raya dalam perekonomian domestiknya. Poundsterling belum menjadi alat exchange rate global karena posisi itu dipegang oleh Dolar Spanyol. Namun, setelah kekaisaran Spanyol dan Portugis runtuh sementara Imperium Britania bangkit, Poundsterling menggantikan posisi Dolar Spanyol sebagai valuta asing global dengan nilai exchange rate yang kuat. 

Meskipun begitu, Poundsterling belum menjadi tersebarluaskan hingga setelah kejatuhan Kaisar Prancis, Napoleon Bonaparte yang menjadikan Britania Raya sebagai superpower dunia pada saat itu. Sejak itu, Eropa dan Amerika mulai bertransaksi dalam perdagangan dengan menggunakan Poundsterling sebagai mata uang perdagangan yang dapat ditukar ke mata uang tiap negara. Pax Britannica yang salah satunya adalah dominasi Poundsterling berlanjut hingga ke abad selanjutnya

Namun, dominasi Poundsterling mulai jatuh di periode perantara Perang Dunia 1 dan Perang Dunia 2 dengan terjadinya the Great Depression yang berdampak kepada mayoritas negara di dunia yang mengadopsi sistem ekonomi liberal. Britania Raya yang sudah mulai pelan-pelan melemah pengaruhnya, juga tidak lepas dari dampak the Great Depression. 

Disini, mulai terlihat transisi berubahnya valuta asing global dan kekuatan exchange rate yang dimiliki oleh Poundsterling. Fenomena besar ini menyebabkan Bank of England mencopot Poundsterling dari standar emas pada tahun 1931 dan mengadopsi sistem Bretton Woods yang menyebabkan Poundsterling mematok exchange rate kepada Dollar Amerika Serikat. 

Pada era tersebut, Poundsterling sering digunakan dalam transaksi keuangan. Mata uang ini memiliki keunggulan kecil yang dampaknya besar dibandingkan mata uang lainya termasuk dolar AS meskipun Britania mulai melakukan Dekolonialisasi. Setelah Perang Dunia II, Dollar AS mulai mendapatkan nilai dalam perdagangan internasional

Namun, Poundsterling dapat diselamatkan ketika terjadi krisis energi 1970, terutama dengan krisis minyak yang memukul Amerika Serikat dengan resesi dan ini memasuki era dimana Britania Raya kehilangan status superpowernya setelah Krisis Suez dan akan memasuki tahap akhir Dekolonisasi. Meskipun ada penebusan untuk mengembalikan nilai Dollar AS, Poundsterling terus tetap lebih kuat. 

Selama Krisis Moneter besar dari tahun 2008-2009, ketika mata uang lain melemah terhadap Dollar AS, banyak investor yang beralih ke Dollar AS semantara Poundsterling tetap bertahan. Hal ini menyebabkan kehilanganya hegemoni Dollar Amerika Serikat terlebih lagi dengan Eropa yang telah terpulihkan kembali, terutama dengan dilahirkanya European Union dan kebangkitan Jepang sebagai kekuatan Ekonomi yang mampu menyaingi Amerika Serikat

Meskipun hegemoni Dollar AS goyah pada periode-periode tertentu, Dollar AS tetap saja mengambil status sebagai alat exchange rate paling utama dalam perdagangan global. Hal ini berarti Poundsterling tidak lagi menjadi exchange rate Global tetapi apakah itu berarti Poundsterling menjadi lemah? Tidak. Pergeseran ke Dollar Amerika Serikat dengan kebangkitan AS sebagai superpower utama dan krisis-krisis yang ada, meskipun mengancam Poundsterling dengan resesi dan defisit, tentu tidak menyingkirkan Poundsterling dari perdagangan Internasional. 

Justru, Poundsterling tetap kuat dan bahkan lebih kuat dari Dollar AS dan Euro sementara yang mengalahkan Poundsterling Britania Raya hanyalah mata uang milik Kuwait, Bahrain, Oman, dan Yordania sebagai negara konglomerat minyak bumi terbesar. Dari sini dapat diketahui meskipun Pax Britannica telah digantikan oleh Pax Americana  dan pengaruhnya Britania dalam perpolitikan global sudah tidak sekuat dulunya, Poundsterling masih tetap berjaya

Mengapa hal ini dapat terjadi? Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, Stabilitas finansial yang terus ada meski dengan adanya krisis dan kesenjangan membuat para investor percaya berinvestasi di Britania Raya. Disini juga terlihat peran Bank of England untuk mencegah inflasi dan menjaga stabilitas perekonomian melalui kebijakan-kebijakan moneter yang fleksibel. Kedua, Sektor finansial yang sangat berpengaruh dimana The City of London menjadi salah satu hub terbesar di dunia yang mencakup bisnis, asuransi, manajemen aset, dan teknologi. 

Disini, tersedia liquiditas dan stabilitas yang dimana Poundsterling dibutuhkan untuk perdagangan Internasional, transaksi valuta asing, dan aliran investasi yang semuanya difasilitasi oleh lembaga-lembaga finansial di London. Ketiga, Ekspor yang dimana Britania Raya mengekspor beragam ekspor meliputi jasa finansial, obat, mesin, dan kendaraan yang menunjukkan nilai dari Poundsterling yang dimana meskipun mahal, kualitas ekspor tersebut terjamin

Berikutnya juga dikarenakan Britania Raya merupakan negara yang berpaku pada peraturan hukum (the rule of law) termasuk dalam perekonomian serta cadangan global. Prinsip hukum yang menawarkan lingkungan yang aman, mudah diprediksi, dan dengan regulasi yang kokoh dan terbuka untuk kegiatan perekonomian dapat menarik perhatian para investor. Selain itu, cadangan global dunia selalu tersedia dalam wujud Poundsterling hingga saat ini meskipun tidak semenonjol Dollar AS ataupun Euro yang dimana Poundsterling memiliki tingkat permintaan yang tinggi. 

Oleh itulah mengapa bank-bank sentral di setiap negara di dunia, bahkan Amerika Serikat, selalu memiliki cadangan dalam wujud Poundsterling. Dari sinilah Poundsterling mendapat kekuatanya dari permintaan yang stabil dan tahan lama. 

Begitu juga setelah Brexit, meskipun perekonomian Britania menurun, Poundsterling tetap kuat. Dollar AS, Yen, Yuan, Rubel, Euro, dan Franc Swiss tidak pernah memiliki nilai yang lebih tinggi dari Poundsterling. Berkat faktor-faktor diataslah Britania Raya dapat mempertahankan Poundsterling tetap meskipun hari kejayaan Imperium Britania sudah tiada lagi, digantikan oleh mata uang yang kuat

Daftar Pustaka

https://www.sableinternational.com/blog/a-brief-history-of-the-british-pound-sterling-(gbp) "A brief history of the British pound sterling (GBP)". 2022. Sable International

https://bestdiplomats.org/why-uk-pound-is-strong/  Mamchii, Oleksandra. "Historical Perspective & Factors Behind UK Pound's Strength". 2023. BestDiplomats

https://www.investopedia.com/ask/answers/070516/why-british-pound-stronger-us-dollar.asp Dolan, Brian. "Why the British Pound Is Stronger Than the U.S. Dollar". 2023. Investopedia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun