Britania Raya telah menjadi kekuatan superpower sejak abad ke-18, terutama setelah Perang Napoleon yang menurunkan posisi superpower Prancis dan menaikkan posisi superpower Britania Raya.Â
Sejak menjadi superpower, Britania memiliki perekonomian yang paling kuat di dunia yang didukung dengan banyaknya koloni yang dimiliki sementara Amerika Serikat masih berada di fase pasca-kemerdekaan dan perang sipilnya yang membuatnya tidak siap menjadi superpower ekonomi dunia.Â
Britania Raya juga mengkonsolidasikan kekuatan ekonomi juga dengan memonopoli perdagangan bukan hanya di koloni-koloninya, tetapi juga negara-negara independen yang lebih lemah ekonominya seperti Dinasti Qing Tiongkok dan Jepang sebelum pengembalian Kaisar Meiji. Tentunya, Britania Raya menjalankan itu semua dengan memanfaatkan mata uangnya sendiri yang dikenal sebagai Poundsterling
Sama seperti negara-negara Eropa lainya pada abad ke-14an, Britania Raya yang kala itu hanya dipanggil Inggris sebelum bergabungnya Skotlandia dan Irlandia menggunakan sistem perekonomian Romawi.Â
Sistem ini memberlakukan penggunaan mata uang koin sebagai alat tukar dalam perekonomian. Asal dari simbol  yang menjadi lambang Poundsterling pertama kali muncul di abad pertengahan yang diinspirasi oleh sistem keuangan Charlemagne di Prancis dan Jerman saat itu dengan menggunakan dua macam logam, perak dan emas.Â
Ketika Inggris dikuasai oleh raja-raja Normandia, terjadi standarisasi mata uang dan berakhirnya pencetakkan mata uang yang desentralis. Namun, Â belum secara resmi memiliki nama Poundsterling hingga pada tahun 1489 dibawah Raja Henry VII dalam bentuk koin dan kemudian dalam bentuk kertas pada tahun 1694 setelah terbentuknya Bank of England
Semenjak itu, Poundsterling menjadi mata uang resmi Inggris dan kemudian Britania Raya dalam perekonomian domestiknya. Poundsterling belum menjadi alat exchange rate global karena posisi itu dipegang oleh Dolar Spanyol. Namun, setelah kekaisaran Spanyol dan Portugis runtuh sementara Imperium Britania bangkit, Poundsterling menggantikan posisi Dolar Spanyol sebagai valuta asing global dengan nilai exchange rate yang kuat.Â
Meskipun begitu, Poundsterling belum menjadi tersebarluaskan hingga setelah kejatuhan Kaisar Prancis, Napoleon Bonaparte yang menjadikan Britania Raya sebagai superpower dunia pada saat itu. Sejak itu, Eropa dan Amerika mulai bertransaksi dalam perdagangan dengan menggunakan Poundsterling sebagai mata uang perdagangan yang dapat ditukar ke mata uang tiap negara. Pax Britannica yang salah satunya adalah dominasi Poundsterling berlanjut hingga ke abad selanjutnya
Namun, dominasi Poundsterling mulai jatuh di periode perantara Perang Dunia 1 dan Perang Dunia 2 dengan terjadinya the Great Depression yang berdampak kepada mayoritas negara di dunia yang mengadopsi sistem ekonomi liberal. Britania Raya yang sudah mulai pelan-pelan melemah pengaruhnya, juga tidak lepas dari dampak the Great Depression.Â
Disini, mulai terlihat transisi berubahnya valuta asing global dan kekuatan exchange rate yang dimiliki oleh Poundsterling. Fenomena besar ini menyebabkan Bank of England mencopot Poundsterling dari standar emas pada tahun 1931 dan mengadopsi sistem Bretton Woods yang menyebabkan Poundsterling mematok exchange rate kepada Dollar Amerika Serikat.Â
Pada era tersebut, Poundsterling sering digunakan dalam transaksi keuangan. Mata uang ini memiliki keunggulan kecil yang dampaknya besar dibandingkan mata uang lainya termasuk dolar AS meskipun Britania mulai melakukan Dekolonialisasi. Setelah Perang Dunia II, Dollar AS mulai mendapatkan nilai dalam perdagangan internasional