Mohon tunggu...
Andesna Nanda
Andesna Nanda Mohon Tunggu... Konsultan - You Are What You Read

Kolumnis di Kompas.com. Menyelesaikan S3 di Universitas Brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Final Euro 2024: Duel Maut Dua Filosofi Baru

12 Juli 2024   10:23 Diperbarui: 14 Juli 2024   19:00 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepak bola selalu menjadi olahraga yang berkembang seiring berjalannya waktu, mengadopsi taktik, strategi, dan filosofi baru. Final Euro 2024 akan menampilkan duel maut antara dua tim yang memiliki gaya bermain berbeda dan inovatif.

Final Euro 2024 menandai momen penting dalam evolusi filosofi sepak bola, karena kedua tim, Spanyol dan Inggris memperkenalkan “pendekatan” baru yang mencerminkan perubahan lanskap filosofi sepak bola.

Spanyol saat ini, selepas gagal total di Piala Dunia 2022, mengadopsi gaya penguasaan bola yang terinspirasi oleh tim Barcelona di awal tahun 2010-an dan tipis-tipis dikombinasikan dengan bertahan gaya Atletico Madrid era Simeone, sementara Inggris menerapkan sistem pressure tinggi yang mengingatkan kita pada kesuksesan tim Liverpool di bawah asuhan Jurgen Klopp.

Filosofi Baru Inggris

Salah satu aspek kunci dari gaya Southgate adalah fleksibilitas taktis yang ia tanamkan dalam tim.

Ia dikenal karena mengadopsi formasi berbeda berdasarkan lawan, apakah itu tiga bek, empat bek, atau bahkan bereksperimen dengan lima bek.

Southgate juga cerdas dalam penyesuaian taktis yang dilakukan selama pertandingan, seperti pergantian pemain, perubahan formasi, dan instruksi dalam pertandingan, yang sepanjang Euro 2024 ini berdampak besar pada hasil akhir.

Southgate juga menekankan pentingnya mempertahankan penguasaan bola dan membangun permainan dari belakang. Tim  Inggris kerap fokus sabar mengedarkan bola, menunggu momen tepat menembus pertahanan lawan.

Pendekatan berbasis penguasaan bola ini telah membantu Inggris mengendalikan permainan dan mendikte tempo. Dalam konteks ini, terlihat seperti AC Milan era Ancelotti dengan Bellingham yang berperan agak mirip dengan Kaka.

Di bawah Southgate, Inggris menunjukkan kemauan untuk menekan tinggi di lapangan, bertujuan untuk memenangkan bola kembali dengan cepat dan melancarkan serangan balik yang cepat.

Gaya permainan ini efektif membuat lawan lengah dan menciptakan peluang mencetak gol. Gol Ollie Watkins di semifinal melawan Belanda telah membuktikan hal ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun