Mohon tunggu...
Andesna Nanda
Andesna Nanda Mohon Tunggu... Konsultan - You Are What You Read

Kolumnis di Kompas.com. Menyelesaikan S3 di Universitas Brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Yang Terlupakan

22 Juli 2023   21:55 Diperbarui: 25 Juli 2023   00:08 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Lennart Wittstock/pexels.com

Suasana malam di desa terpencil sangatlah gelap. Bulan tersembunyi di balik awan mendung, membuat gelap semakin menyelimuti alam. Di sebuah rumah tua yang terletak di pinggir hutan, hiduplah seorang wanita tua bernama Nyai Darmini. Konon, Nyai Darmini memiliki kemampuan supranatural yang menakutkan.

Saat malam semakin larut, cerita-cerita mistis tentang Nyai Darmini bergema di kalangan warga desa. Beberapa orang mengatakan bahwa dia memiliki kekuatan untuk memanggil arwah orang-orang yang sudah meninggal. Yang lain menyebutkan bahwa rumahnya dihuni oleh roh jahat yang berteriak setiap malam.

Salah satu warga desa yang penasaran adalah Mira, seorang gadis muda yang berani namun sering kali meragukan keberadaan makhluk gaib. Suatu malam, dia bersama dua temannya, Dito dan Rani, memutuskan untuk mengunjungi rumah Nyai Darmini. Mereka bertiga mengadakan taruhan untuk membuktikan apakah cerita-cerita mistis tentang Nyai Darmini itu nyata atau hanya mitos belaka.

Dengan hati yang berdebar, Mira mengetuk pintu rumah Nyai Darmini. Tidak ada jawaban. Dia mencoba lagi, kali ini dengan lebih keras, dan baru kali ini pintu terbuka perlahan. Suasana gelap gulita membuat bulu kuduk mereka berdiri tegak. Mira mengambil langkah maju dan masuk ke dalam, diikuti oleh Dito dan Rani.

Saat mereka berjalan-jalan di dalam rumah, suara ketukan pintu tiba-tiba terdengar lagi dari belakang mereka. Mereka berbalik dan melihat pintu yang sebelumnya tertutup rapat, kini terbuka lebar. Mira mencoba mengendalikan ketakutannya dan berbicara, "Siapa di sana?"

Tidak ada jawaban, hanya kesunyian yang menyeramkan. Mereka pun melanjutkan eksplorasi mereka ke ruangan-ruangan lain dalam rumah tersebut. Di salah satu ruangan, mereka menemukan sejuta lilin menyala dengan sendirinya, menciptakan rasa yang lebih menyeramkan lagi.

Dalam perjalanan mereka menelusuri lorong sempit, Mira tiba-tiba merasa sesuatu menyentuh bahunya. Dia berteriak dan berbalik cepat, tapi tidak ada apa pun di belakangnya. "Itu pasti hanya imajinasi kita," gumamnya dengan nafas tersengal.

Namun, semakin jauh mereka menjelajahi rumah itu, semakin nyata rasa takut mereka. Pintu-pintu yang tiba-tiba terbuka, suara langkah kaki di belakang mereka, dan bayangan-bayangan menyeramkan yang terlihat di pojok-pojok ruangan.

Hingga akhirnya, saat mereka berada di lantai atas, mereka menemukan sebuah ruangan yang terkunci. Tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalamnya, tetapi Mira merasa ada sesuatu yang menariknya ke arah ruangan tersebut. Dia merogoh kantongnya dan mengeluarkan selembar kunci kecil yang dia bawa sebagai persiapan.

Mira memasukkan kunci ke lubang gembok, dan dengan perasaan campur aduk, dia memutar kuncinya. Pintu itu terbuka, dan mereka berdiri kaku melihat apa yang ada di dalamnya. Ruangan itu dipenuhi dengan boneka-boneka tua yang dipajang di dinding dan berjajar rapi di atas rak.

Tetapi yang paling mengejutkan adalah boneka di tengah ruangan, yang berukuran lebih besar dari yang lainnya. Boneka itu menyerupai wajah Nyai Darmini dengan mata yang tajam dan senyum menyeramkan.

Tiba-tiba, Dito merasa tangan kanannya dipegang erat oleh sesuatu. Dia menoleh, dan terkejut melihat Nyai Darmini berdiri di sampingnya dengan senyum menakutkan di wajahnya. "Kalian telah menginjak wilayahku yang terlarang," bisik Nyai Darmini dengan suara serak.

Seketika itu juga, Rani berteriak keras karena melihat bayangan hitam yang menyerupai sosok gelap mendekati mereka dari belakang. Mereka berusaha berlari keluar dari rumah, namun pintu keluar tiba-tiba tertutup dengan sendirinya. Mereka terjebak di dalam rumah yang mencekam.

Di tengah kepanikan, Mira mengingatkan dirinya sendiri tentang taruhannya: jika dia bisa bertahan di dalam rumah selama tiga jam, dia akan membuktikan bahwa semua cerita mistis tentang Nyai Darmini hanya bohong belaka. Dengan tekad bulat, Mira mengajak teman-temannya untuk mencari cara keluar.

Saat mereka merenungkan bagaimana caranya, pintu kembali terbuka perlahan. Tapi kali ini, bukan ketukan yang terdengar, melainkan sebuah lagu perlahan yang mengalun dari dalam rumah. Lagu itu terdengar merdu namun menyeramkan, dan menyedot perhatian mereka.

Mira, Dito, dan Rani mengikuti suara lagu itu hingga akhirnya mereka menemukan sumbernya di ruangan yang sama dengan boneka-boneka tadi. Ternyata, sumber lagu itu adalah radio lawas yang berbunyi sendiri tanpa ada yang menghidupkannya.

Saat Mira mencoba mematikan radio, ruangan itu tiba-tiba penuh dengan kegelapan. Mereka berpegangan tangan erat-erat dan berusaha mencari jalan keluar dalam kegelapan yang menyelimuti mereka.

Tak disangka, ketika cahaya kembali menyala, mereka berada di luar rumah Nyai Darmini. Mereka terdiam sejenak, mencoba mencerna apa yang baru saja mereka alami.

Dengan hati yang berdebar, Mira mengecek jam tangannya dan terkejut. Ternyata sudah lewat tiga jam sejak mereka memasuki rumah itu. Mira, Dito, dan Rani menatap satu sama lain dengan penuh keheranan. Mereka tidak tahu bagaimana cara mereka bisa keluar dari rumah itu tanpa sadar.

Ketika kembali ke desa, mereka berjanji untuk tidak pernah lagi memasuki rumah Nyai Darmini atau mencoba membuktikan keberadaan makhluk gaib. Kejadian itu meninggalkan mereka dengan cerita yang tak terlupakan dan ketakutan yang selalu mengintai di pikiran mereka setiap kali malam tiba.

Setelah beberapa minggu berlalu sejak kejadian mengerikan di rumah Nyai Darmini, Mira, Dito, dan Rani mencoba melupakan segala peristiwa mistis yang pernah mereka alami. Mereka kembali menjalani kehidupan sehari-hari seperti biasa, bersekolah, bergaul dengan teman-teman, dan berusaha mengabaikan rasa ketakutan yang masih menghantuinya.

Namun, suatu malam ketika mereka berada di kampus, sebuah acara pesta besar diadakan untuk merayakan akhir semester. Pesta itu ramai dan dihiasi dengan ornamen-ornamen yang menyeramkan. Terdapat hiasan rumah berbentuk boneka, lilin, dan radio tua yang sama persis seperti yang mereka temukan di rumah Nyai Darmini.

Mira merasa jantungnya berdegup kencang saat melihat semua hiasan itu. Dia mencoba meyakinkan dirinya bahwa itu hanyalah kebetulan, namun ketakutannya semakin memuncak ketika dia melihat seorang gadis memakai topeng yang menyerupai wajah Nyai Darmini sedang berjalan menuju mereka.

Dia memutuskan untuk menghindari gadis itu dan berusaha mencari Dito dan Rani yang sudah berada di tengah keramaian. Namun, semakin dia mencari, semakin susah dia menemukan mereka. Di tengah kebingungannya, suara lagu perlahan mulai mengalun dari dalam gedung.

Mira menyusuri lorong-lorong yang sempit, mencari sumber suara itu. Saat dia akhirnya menemukan pintu yang terbuka, dia tak menyangka akan melihat apa yang ada di dalamnya. Di ruangan itu, dia melihat Dito dan Rani yang berdiri tak bergerak dengan wajah yang pucat menatap ke arahnya.

"Sudah waktunya untuk bermain," bisik suara serak dari belakang Mira. Dia berbalik dengan cepat dan terkejut melihat gadis berpakaian serba hitam dengan topeng Nyai Darmini berdiri di belakangnya.

"Sialan! Kau siapa?!" teriak Mira dengan ketakutan.

Gadis itu hanya tersenyum dan berkata, "Aku hanya ingin bermain denganmu."

Dan seketika itu benang-benang di kepala Mira berdiri tegak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun