Inovasi adalah tentang mengubah cara kita melakukan sesuatu saat ini. Seperti yang telah kita lihat, perubahan menimbulkan tantangan kognitif dan emosional.
Hal ini memaksa kita untuk berinovasi, tentunya jika inovasi ini tidak tepat maka dapat menciptakan emosi negatif, yang tidak efektif dan dapat menghentikan produktivitas itu sendiri.
Pertanyaan besarnya adalah apakah semua orang mampu menjadi inovator? Jawabannya adalah mampu. Namun, tidak semua mempunyai komitmen dan kapasitas yang cukup untuk menuju ke sana.
Dasar logikanya adalah komitmen jelas dibutuhkan untuk melakukan eksekusi ide-ide besar, tanpa komitmen maka ide-ide besar inovasi tersebut hanya akan menjadi ide-ide di atas presentasi powerpoint yang cantik namun tidak bisa dijalankan.
Kemudian kapasitas, yang sering terjadi adalah inovasi dijalankan hanya sebatas produk atau jasa baru, padahal jelas tidak sesempit itu.
Inovasi dapat dilakukan misalnya, dalam spektrum mengemas ulang lanskap industri dan atau proses bisnis, membuat ceruk pasar yang belum tersentuh, dan bahkan dalam titik tertentu adalah bagaimana menemukan keunggulan kompetitif baru.
Salah satu cara untuk mencapai kapasitas tersebut adalah pola pikir yang tepat mengenai esensi dari inovasi itu sendiri.
Hal ini dikarenakan inovasi membutuhkan lebih banyak kreativitas dan lebih banyak kemauan untuk mengambil risiko, oleh karena itu diperlukan pola pikir yang berbeda.
Pola pikir yang berbeda jelas menuntut sudut pandang terhadap suatu fenomena atau permasalahan yang berbeda pula.
Ada banyak cara untuk menjadi seorang inovator. Selain menghasilkan ide, kita dapat juga melihat dari sudut pengembangan dan implementasinya.