Mohon tunggu...
Andesna Nanda
Andesna Nanda Mohon Tunggu... Konsultan - You Are What You Read

Kolumnis di Kompas.com. Menyelesaikan S3 di Universitas Brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Jangan Mengulang Hal yang Sama dengan Cara yang Sama!

12 Juni 2022   13:51 Diperbarui: 13 Juni 2022   12:00 1093
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Adam Cao on Unsplash   

Pernahkah kamu mendengar argumen atau nasihat mengenai jika kita ingin berhasil dalam suatu hal maka lakukan hal tersebut berulang-ulang sampai kita mendapatkan hasil yang diinginkan?

Ya, saya sering mendengar argumen tersebut yang didasarkan pada sudut pandang probabilitas, di mana ketika kita melakukan suatu hal dengan lebih banyak maka peluang keberhasilan akan muncul.

Saya tidak menolak sudut pandang tersebut, secara logika argumen tersebut valid. Ketika kita melakukan suatu hal dengan sedikit pengulangan tentu hasil akan berbeda ketika pengulangannya lebih banyak.

Namun ada yang mengganjal dalam benak saya mengenai sudut pandang ini, yaitu sampai kapan kita harus terus mengulang-ulang hal yang sama tapi hasil yang kita harapkan tidak juga muncul.

Apakah kita harus menunggu sampai waktu kita habis atau sebenarnya ada faktor lain dalam argumentasi tersebut yang kita belum ketahui?

Saya meyakini bahwa argumen tersebut benar namun masih ada pekerjaan rumah yang harus kita kerjakan agar argumen tersebut bisa menghasilkan sesuatu yang positif.

Jika kita benar-benar ingin mengubah hasil yang selama ini itu-itu saja, jangan hanya fokus pengulangan hal tersebut saja, namun kita harus mendapatkan pengalaman dan merasakan betul di mana letak kegagalan atau bagaimana sebenarnya cara bekerja hal tersebut sesuai dengan kekuatan dan kelemahan kita.

Secara sederhananya, pengulangan tanpa rasa dan pengalaman hanya akan menjadi pengulangan kosong. Namun, dengan merasakan dan mendapatkan “feeling” mengenai bagaimana hal tersebut bekerja maka kita akan bisa mengubah jalan cerita keberhasilan di masa depan.

Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk menghindari pengulangan yang membuat hidup kita terjebak dalam siklus kegagalan yang juga berulang-ulang.

Refleksi dan observasi

Cara pertama adalah dengan melakukan refleksi dan sekaligus observasi terhadap pengalaman yang dirasakan ketika kita melakukan sesuatu hal.

Banyak orang melakukan sesuatu hal atau pekerjaan hanya sekedar melakukan saja tanpa mendapatkan dan merasakan pengalaman yang sesungguhnya dari hal tersebut.

Jika hal tersebut terjadi maka pada akhirnya kita hanya akan mendapatkan lelah dan tidak bisa mendapatkan hasil yang terbaik di masa depan.

Kemudian setelah kita melakukan refleksi terhadap rasa dan pengalaman tersebut, maka di saat yang bersamaan kita juga harus mampu melakukan observasi terhadap rasa dan pengalaman yang kita lalui.

Observasi dalam artian kita mampu mengamati apa yang berjalan sesuai rencana dan mana yang tidak. Kemudian observasi dalam hal kita mampu menerjemahkan arti keberhasilan atau bahkan kegagalan ketika kita melakukan hal tersebut dalam bentuk perbaikan dan penyempurnaan.

Ketika kita mampu melakukan refleksi dan observasi, maka secara logika akan sama dengan kita bercermin dan kita menjadi tahu apakah pakaian yang kita kenakan sudah rapi atau belum, atau bahkan kita menjadi tahu apakah outfit kita sudah tepat atau belum.

Tanpa kemampuan dan keinginan untuk melakukan refleksi dan observasi tersebut, maka kita pasti akan terjebak dalam lingkaran dan pengulangan tanpa henti dan juga tidak bermakna.

Foto oleh Adam Cao on Unsplash   
Foto oleh Adam Cao on Unsplash   

Belajar dari pengalaman

Setelah kita mampu melakukan refleksi dan observasi, maka hal kedua yang penting kita lakukan adalah mampu untuk belajar dari pengalaman.

Refleksi dan observasi saja tanpa mampu belajar dari pengalaman sama saja dengan kita akan mengulang terus kesalahan masa lalu tanpa bisa belajar hal baru.

Padahal ketika kita melakukan refleksi dan observasi sebenarnya kita pada saat bersamaan seharusnya bisa menarik pelajaran dari observasi yang kemudian akan kita sempurnakan untuk pengulangan yang berikutnya.

Jika kita tidak mampu belajar dari pengalaman maka kemampuan dan kapasitas kita akan tetap berada di level yang sama dengan sebelumnya.

Coba hal baru ketika hal lama tersebut tidak juga berhasil

Nah, ini mungkin yang bagi Sebagian besar orang menjadi momok, yaitu mau mencoba hal baru ketika semua kemampuan sudah kita kerahkan tapi hasilnya masih sama saja.

Sebenarnya ketika kita sudah melakukan refleksi, observasi, dan mampu belajar dari pengalaman namun hasil masih sama saja, bagi saya ini tandanya memang kita tidak tepat untuk mengerjakan hal tersebut.

Saya memilih istilah tidak tepat alih-alih tidak bisa. Hal ini karena kita sudah terbukti mampu melakukan hal tersebut berulang-ulang yang artinya kita memang bisa melakukan. Namun apakah hal tersebut tepat untuk kita? Ini yang seharusnya menjadi pertanyaan mendasarnya.

Di titik inilah kita harus mau mengakui bahwa memang kita tidak tepat di posisi dan mengerjakan hal tersebut. Kita harus mau belajar tentang situasi ini dan sangat mungkin ego membuat kita merasa tersudut oleh kritik atas ketidakmampuan kita.

Kita mungkin berpikir bahwa kita membuat kemajuan karena kita sudah mampu melakukan refleksi, observasi, dan belajar. Namun, sekali lagi hasil akhir yang akan menentukan apakah memang kita tepat untuk hal tersebut atau tidak.

Disinilah ego harus mampu ditekan dan menyadari bahwa kita semua adalah manusia biasa yang sudah mempunyai jalan masing-masing.

Saya ingin menutup tulisan ini dengan memberikan sudut pandang bahwa kita adalah manusia yang punya keterbatasan yang berbeda-beda. Yang sering terjadi adalah kita mungkin bingung menentukan batasan diri sendiri karena kita terlalu sibuk melihat dan mengukur batasan diri orang lain.

Tentunya hanya diri kita yang mampu mengukur batasan diri pribadi. Ada yang merasa tidak ada batasan namun ada juga yang merasa dirinya serba terbatas.

Saya pribadi memilih untuk mencoba melakukan suatu hal dengan maksimal kemudian saya refleksikan, observasi, pelajari, dan baru kemudian saya ulang kembali jika hasilnya belum maksimal.

Ketika semua itu sudah saya lakukan namun masih saja berputar-putar di tempat yang sama, maka mungkin saya lebih memilih memutar balik dan mencari perjalanan baru melintasi semesta yang mungkin lebih tepat untuk saya.

Salam hangat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun