Sayangnya tidak ada ilmu pasti yang mengukur besaran bakat tersebut.
Artinya jika kita teruskan logikanya maka konsep 10 ribu jam ini pun tidak ada ukuran pastinya untuk mengukur hasil dari 10 ribu jam tersebut.
Misalnya, ada dua orang yang sama-sama berlatih 10 ribu jam menendang bola agar bisa melengkung seperti tendangan David Beckham di Piala Dunia 1998, walaupun sudah 10 ribu jam, tidak ada jaminan dua orang ini akan menjadi David Beckham.
Dan, tidak ada ukuran pasti siapa dari dua orang ini yang mendapatkan hasil terbaik dari 10 ribu jam tersebut.
Ahli atau  tidak ahli itu bukan berdasarkan 10 ribu jam. Namun didasarkan kepada target yang ingin dicapai.
Ketika orang pertama menentukan targetnya adalah bukan seperti David Beckham maka mungkin dua ribu jam cukup membuat dia bisa menendang sesuai keinginannya.
Sebaliknya juga begitu untuk orang kedua, mungkin target dia bukan hanya menjadi David Beckham namun lebih dari itu dan tentunya membutuhkan mungkin seratus ribu jam.
Jangan Terjebak Miskonsepsi 10 Ribu Jam
Pemahaman konsep 10 ribu Jam tersebut di atas tentunya harus kita cermati lebih mendalam agar kita tidak terjebak keinginan sesegera mungkin menjadi ahli.
Keinginan agar segera menjadi ahli tersebut biasanya menjadikan kita mendorong diri kita ke titik yang sebenarnya malah tidak sehat.
Kita jadi terobsesi dengan sesegera mungkin mencapai 10 ribu jam dengan mengorbankan kesehatan fisik dan mental kita.