Chaos dalam proses ini kemudian akan menyebabkan konflik yang lebih dalam dan berkepanjangan.
2. Menentukan tujuan yang jelas
Setelah kesepahaman bersama tersebut terbangun, maka langkah kedua adalah membuat tujuan yang jelas ketika perusahaan mengotomatiskan proses bisnis.
Kenapa ini perlu? tanpa tujuan yang jelas kenapa suatu proses diotomatiskan hanya akan membuang biaya dan sumber daya yang tidak jelas.
Dengan adanya tujuan yang jelas, maka suatu proses yang diotomatiskan akan mampu memberikan hasil yang terbaik, dengan efisiensi tinggi dan efektif.
3. Membuat skala ukuran keberhasilan yang tepat
Langkah ketiga adalah membuat skala pengukuran kinerja secara tepat. Saya banyak melihat perusahaan sukses di langkah pertama dan kedua, namun gagal di langkah ketiga.
Hal ini terjadi karena pemahaman dan tujuan yang sudah jelas dan terbangun dengan tepat, gagal diukur secara objektif.
Kegagalan pengukuran yang objektif ini hanya akan membuat perpecahan tim dan munculnya konflik dalam sekam karena semua orang akan merasa berhak mendapatkan nilai yang terbaik.
4. Harus mau berinvestasi
Setelah sukses di langkah pertama, kedua, dan ketiga, maka langkah selanjutnya adalah melakukan investasi untuk mendukung otomatisasi proses bisnis yang sudah direncanakan.
Nah, langkah keempat ini juga merupakan langkah yang vital. Tanpa kemauan untuk berinvestasi dalam teknologi informasi, maka keinginan untuk melakukan otomatisasi proses bisnis hanya akan menjadi rencana di atas kertas.
Kenapa? karena seperti yang sudah saya kemukakan di atas, otomatisasi proses bisnis harus didukung oleh digital, inovasi yang revolusioner, dan agility.
Tiga hal tersebut memerlukan fondasi teknologi informasi yang mumpuni, kekinian, dan tentunya costly.