Mohon tunggu...
Andesna Nanda
Andesna Nanda Mohon Tunggu... Konsultan - You Are What You Read

Kolumnis di Kompas.com. Menyelesaikan S3 di Universitas Brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Mewaspadai Perundungan di Balik Gaya Kepemimpinan

6 September 2021   20:37 Diperbarui: 7 September 2021   09:56 897
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perundungan atas nama gaya kepemimpinan | Foto oleh Yan Krukov dari Pexels 

Pada 2008, Apple pernah meluncurkan suatu aplikasi yang bernama MobileMe, ini merupakan aplikasi persurelan. Saya sampai saat ini juga belum paham kenapa Apple meluncurkan aplikasi ini.

Menurut saya peluncuran aplikasi ini sangatlah jauh dari core business Apple saat itu.

Anyway, singkat cerita aplikasi tersebut gagal total di pasar dan CEO Apple kala itu masih dibesut oleh legenda Apple, Steve Jobs.

Menurut banyak cerita yang beredar, di hari kegagalan aplikasi tersebut, Steve Jobs, sang CEO memanggil semua layer officernya untuk meeting membahas hal itu.

Di hari tersebut, Steve Jobs bertanya kepada seluruh manajemennya dengan lumayan keras dan semua tim manajemen Apple kala itu habis "dikunyah" oleh sang CEO.

Steve Jobs mengatakan bahwa tim manajemen yang bertanggung jawab atas aplikasi tersebut tidak becus bekerja dan telah mempermalukan nama Apple.

Intinya di hari itu sang CEO marah besar dan mungkin dalam bayangan saya semua orang di dalam ruang tersebut habis sudah.

Dan betul, hari itu juga Steve Jobs mengumumkan manajemen baru untuk melakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan terhadap aplikasi tersebut.

Banyak yang mengatakan memang begitu gaya kepemimpinan Steve Jobs, tegas, langsung di muka yang bersangkutan tanpa tedeng aling-aling.

Saya yakin jika cerita di atas kita terjemahkan dalam budaya timur, pasti Steve Jobs sudah dianggap melakukan perundungan terbuka terhadap tim manajemennya.

Saya pribadi melihat cerita di atas sebagai suatu alert bagi kita semua bahwa perundungan dapat saja terjadi dalam bentuk cerita di atas.

Perundungan di tempat kerja yang terjadi berlindung dibalik frasa "gaya kepemimpinan", yang mengharapkan semua orang maklum.

"Ya memang si Bapak begitu orangnya."

"Mau bagaimana lagi, dia CEO."

Beberapa contoh-contoh yang sering saya dengar dan melihat dengan nyata bahwa gaya kepemimpinan acap kali dijadikan tameng perundungan kelas atas terhadap kelas di bawahnya.

Alasan Hal Ini Penting

Banyak buku-buku yang mengajarkan betapa pentingnya gaya kepemimpinan mulai dari gaya kepemimpinan konvensional, sampai dengan gaya transformasional.

Saya memahami bahwa gaya kepemimpinan adalah hal yang nyata. Gaya kepemimpinan dibutuhkan untuk memimpin sekelompok orang dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan hebat.

Gaya kepemimpinan juga dibutuhkan untuk mengarahkan, mengajar, dan membangun kesepakatan serta keputusan penting.

Saya pikir kita semua juga memahami setiap orang mempunyai gaya masing-masing yang tentunya dibangun atas dasar karakter dan pengalaman masing-masing.

Gaya kepemimpinan Steve Jobs tentunya tidak bisa dibandingkan dengan gaya kepemimpinan para pemimpin bisnis yang lain.

Hal tersebut karena para pemimpin bisnis tersebut berada di industri yang berbeda dan tentu tantangan berbeda.

Namun memaki-maki anggota tim di depan anggota tim lainnya jelas bukan merupakan gaya kepemimpinan yang dapat diterima.

Model marah-marah di depan publik atau anggota tim tersebut, walaupun memang anggota tim kita tidak bisa bekerja, tetap saja merupakan perundungan yang harus dihindari.

Dalam setiap kegagalan bisnis, produk, atau apa pun itu merupakan hasil akhir yang tentunya dari awal sudah pasti melibatkan si pemimpin.

Kegagalan tim merupakan kegagalan kolektif | Foto oleh Yan Krukov dari Pexels 
Kegagalan tim merupakan kegagalan kolektif | Foto oleh Yan Krukov dari Pexels 

Nah, logikanya ketika suatu produk, misalnya dalam cerita di atas gagal di pasar, jelas itu bukan kesalahan satu orang saja namun merupakan kegagalan kolektif termasuk si pemimpin.

Gaya kepemimpinan bukan berarti kita sebagai pemimpin bisa dengan santai melakukan perundungan di muka umum tanpa mau belajar bahwa mungkin saja ada persentase kontribusi kita di kegagalan tersebut.

Pemimpin adalah seseorang yang dipercaya mampu mengambil tindakan dan tanggung jawab lebih dalam suatu organisasi.

Oleh karena itu, seorang pemimpin harus mampu memberikan dampak positif dengan cara yang positif pula untuk pekerjaan dan juga timnya.

Ketika seorang pemimpin berlindung di balik gaya kepemimpinan untuk melakukan perundungan terhadap seseorang, terlepas latar belakangnya, tetap tidak bisa diterima.

Berlindung di balik gaya kepemimpinan atau dengan alasan seorang pemimpin mengalami tekanan lebih dan akhirnya melakukan perundungan dengan dalih terbawa emosi jelas bukan hal yang baik.

Kalau seorang pemimpin merasa tertekan secara psikologis dan butuh penyaluran, ya jangan melampiaskan ke anggota timnya.

Datanglah ke psikolog untuk mengadu dan membicarakan masalah tekanan psikologis tersebut bukan malah marah-marah tidak jelas kepada anggota tim.

Hal yang Harus Dilakukan

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan agar sewaktu kita sebagai pemimpin menerapkan "gaya kepemimpinan" kita jangan sampai kebablasan melakukan perundungan kepada anggota tim kita.

1. Memiliki pandangan pada dasarnya semua orang ingin bekerja dengan baik

Sejelek-jeleknya kinerja anggota tim kita, mereka tetap seorang manusia yang harus kita hargai.

Memarahi seseorang di depan umum hanya gara-gara pekerjaan mereka gagal, bagi saya ini justru menunjukkan kegagalan yang sama bagi kita sebagai pemimpin.

Harusnya kegagalan tersebut dievaluasi, dicari penyebabnya apakah memang human error atau jangan-jangan karena sistem yang buruk.

Jika karena sistem yang buruk, jelas kita tidak boleh melakukan perundungan terhadap anggota tim di mana kita sebagai pemimpin juga merupakan bagian dari sistem yang buruk tersebut.

2. Suatu kegagalan itu pasti hasil interaksi lebih dari satu departemen

Prinsip kedua ini akan membantu kita melihat lebih jernih bahwa kegagalan strategi atau misalnya produk baru, merupakan hasil interaksi lebih dari satu departemen.

Tidak bisa hanya merundung tim kita saja, tapi juga harus melihat departemen lain yang terlibat.

Bisa saja kegagalan tersebut karena miskomunikasi kita sebagai pemimpin dengan pemimpin departemen lain.

Namun kita merasa gengsi untuk menerima hal tersebut dan berlindung di balik "ini memang style saya."

3. Memahami peran kita di perusahaan

Langkah terakhir adalah memahami peran kita di perusahaan atau organisasi. Saya banyak melihat perundungan di balik gaya kepemimpinan terjadi karena kita sebagai pemimpin tidak paham mengenai sebenarnya apa peran kita sebagai pemimpin.

Kita hanya merasa kita pemimpin dan paling senior padahal paling senior belum tentu paling benar.

Peran kita sebagai pemimpin, apa pun gaya kepemimpinannya adalah how to get things done!

Bagaimana kita bisa memimpin orang menyelesaikan pekerjaan mereka, bukan memaki, merundung, dan akhirnya pekerjaan tim menjadi terganggu.

Kesimpulan

Dalam melaksanakan tugasnya pemimpin yang satu dengan yang lainnya selalu ada perbedaan-perbedaan tertentu.

Karakter sejati seorang pemimpin akan terlihat justru dalam caranya melakukan pekerjaan kepemimpinannya seperti misalnya sewaktu memberi arahan kepada anggota tim, caranya menegur kesalahan-kesalahan, sampai dengan cara memimpin meeting.

Tugas pemimpin adalah memimpin dan membina dan bukan merundung anggota tim karena kesalahan mereka.

Anggota tim membuat kesalahan tentu wajar sebagai manusia namun ketika kita ikut merundung mereka maka sebenarnya kita sudah gagal menjadi pemimpin.

Terakhir, gaya kepemimpinan kita seharusnya menjadi mendorong untuk anggota tim agar mereka punya optimisme dan semangat.

Ketika anggota tim mempunyai optimisme dan semangat maka mereka akan bersedia melakukan apa pun yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan bersama.

Satu hal lagi, aplikasi MobileMe yang membuat Steve Jobs merundung seluruh anggota timnya bersama-sama itu pada akhirnya benar-benar gagal menjadi debu sejarah Apple di tahun-tahun berikutnya.

Salam hangat saya

Referensi: www.cnet.com dan wikipedia

Harvard Business Review/The Most Important Leadership Competencies, According to Leaders Around the World

Harvard Business Review/Intimidating Bosses Can Change — They Just Need a Nudge

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun