Premis dasarnya wellness itu adalah pilihan. Suatu pilihan dari konsumen untuk mulai bertanggung jawab atas kualitas dan keseimbangan hidupnya.
Di masa pandemi seperti saat ini saya pikir kita bisa melihat bahwa pilihan-pilihan tersebut nyata terlihat di depan mata.
Wellness adalah bagaimana otak kita menetapkan pilihan dan berani melakukan koreksi terhadap pilihan kesehatan dan keseimbangan gaya hidup sebelumnya.
Jika kita lihat pilihan-pilihan untuk melakukan koreksi tersebut biasanya dimulai dengan perubahan gaya hidup. Yang semula konsumen tidak memedulikan misalnya mengenai bahan dasar suatu produk atau tidak terlalu memikirkan bagaimana ketika bepergian tetap bisa berolahraga menjadi berubah drastis.
Tentunya dari sudut pandang konsumen hal tersebut jelas diambil untuk mulai bertanggung jawab atas kesehatan dan kehidupan di masa depan.
Dalam perspektif ilmiah, wellness sendiri saat ini telah berkembang tidak hanya bicara soal pola diet atau bahan makanan sehat, namun telah berkembang menjadi beberapa dimensi.
Dimensi-dimensi yang bersifat holistik mulai dari social wellness, physical wellness, emotional wellness, dan bahkan career wellness.
Bayangkan jika seandainya perusahaan-perusahaan yang mempunyai target pasar terhadap konsumen yang mulai peduli dengan hal ini tidak melakukan perubahan mendasar.
Jangankan mengejar ketertinggalan dengan kompetitor, untuk bertahan di pasar yang sudah berubah saja mungkin butuh tenaga ekstra.
Karena pilihan dan pandangan tentang kesehatan terus berkembang, maka perusahaan harus memahami pasar dari perspektif konsumen agar tetap bisa berkompetisi di era pandemi.