Mohon tunggu...
Andesna Nanda
Andesna Nanda Mohon Tunggu... Konsultan - You Are What You Read

Kolumnis di Kompas.com. Menyelesaikan S3 di Universitas Brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pemimpin yang Baik Versus Optimisme Palsu

29 Juli 2021   16:51 Diperbarui: 30 Juli 2021   09:35 916
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Terkadang emosi negatif itu diperlukan | Foto oleh Andrea Piacquadio dari Pexels 

Pada kenyataannya hidup itu seperti lintasan bola, kadang lurus tapi kadang melengkung. Keberanian untuk jujur dalam melihat kondisi sebenarnya adalah keberanian yang sejati.

Keberanian untuk memutuskan berdasarkan fakta akan membuat kita bertanggung jawab penuh atas tindakan kita.

Terakhir, cobalah untuk tidak bersembunyi dalam kepompong optimisme yang palsu dan membuka mata dan hati kepada jati diri yang sebenar-benarnya.

Salam hangat

Sumber:

1. Patrick Lencioni/The Five Dysfunctions of a Team: A Leadership Fable

2. Vasundhara Sawhney/Harvard Business Review/It’s Okay to Not Be Okay

3. How Toxic Positivity Leads to More Suffering /Mahmoud Khedr /TEDxMenloCollege

4. Heidi Grant/Harvard Business Review/Be an Optimist Without Being a Fool

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun