Berdasarkan pengamatan dan pengalaman saya terhadap para pemimpin luar biasa yang saya temui sepanjang perjalanan profesional saya, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menghindari memberikan optimisme palsu.
1. Berani melakukan analisis kelemahan diri sendiri dan anggota tim
Ini adalah langkah pertama dan fundamental untuk mengatasi toxic positivity atau optimisme palsu. Dikritik atasan atau bahkan rekan kerja seharusnya bukan penghambat kita.
Kritikan tersebut juga tidak harus selalu dibarengi dengan permintaan solusi kepada orang yang mengkritik.
"Ah, si bos bisanya kritik aja, mana ada solusi."
Dengan atasan kita memberi kritik saja itu sudah merupakan hal yang baik untuk kita. Dengan demikian kita jadi tahu blind side kita.
Demikian juga ketika kita sebagai pemimpin memberikan kritik kepada anggota kita tentunya harus dengan paradigma bahwa kritikan itu akan memberikan dorongan untuk lebih baik.
Yang sering terjadi adalah ketegangan antara pemimpin dan anggota tim karena kedua belah pihak tidak selalu bisa menerima emosi negatif tersebut.
Akhirnya kita sebagai pemimpin biasanya memaklumi kegagalan kinerja dengan dalih untuk menghindari ketegangan tersebut.
Padahal berdasarkan pengalaman saya hal tersebut dalam jangka panjang akan menjadi api dalam sekam untuk kinerja kedua belah pihak.
2. Jadilah pemimpin di tempat kerja, bukan hanya teman
Saya tahu ini mungkin berbeda dengan ajaran-ajaran buku-buku manajemen yang memenuhi rak-rak buku mulai dari kampus sampai toko-toko buku besar.
Maksud langkah kedua ini adalah jika di tempat kerja usahakan jadi pemimpin yang sebenarnya. Pemimpin yang mampu memberikan evaluasi dan koreksi yang diperlukan.